Holaaa! Niiih aku bawain satu cerita lagi supaya gak dibacok gara2 gak update MAMP sampai juni, wkwkwk... Biasalah cerita ini cerita mainstream yang aku usahain gak mainstream2 amat (?) #apalahomongangueini. Semoga cerita ini bisa menghibur hati kalian semua yaa!
Selamat menikmati perjalanan Alin-Calvin❤️💋
**********
"Alin, kamu dicariin sama Mas Pram."
Seorang gadis yang mengenakan kemeja berwarna merah dengan motif kotak-kotak dan jeans berwarna biru dongker itu segera menahan gagang telefon dengan salah satu telapak tangannya. "Iya tunggu sebentar. Bilangin Mas Pram aku lagi ada telefon sama Mbak Wiwit."
Setelah membalas perkataan temannya, Alin segera menjawab panggilan telefon itu. "Iya Mbak Wiwit, ini Alin."
["..."]
"Oh iya iya, nanti kita bahas lagi saja gimana?"
["..."]
"Iya Mbak Wiwit, baik aku mengerti. Bagaimana kalau kita membicarakannya siang ini bareng Mas Pram? Tadi kata Nunik, Mas Pram juga mencariku."
["..."]
"Baiklah Mbak Wiwit, siang."
Alin menutup telefonnya dan menghembuskan nafasnya lega. Tarik nafas-keluarkan. Alin berusaha menstabilkan dirinya yang saat ini ingin meledak-ledak saking senangnya!
"Nik, aku sedang tidak bermimpi kan?" jerit Alin histeris, Nunik yang melihat rekan kerjanya mulai sarap itu pun hanya mengangguk-angguk. "Enggak Alin sayaaang, kamu lagi di dunia nyata. Please Lin, kamu sudah histeris sejak dua minggu yang lalu."
Alin masih sibuk menepuk-nepuk pipinya sendiri membuat Nunik menghela nafas panjang, meskipun terkesan lebay tapi mau bagaimana lagi, sikap Alin yang seperti ini memiliki alasan yang jelas. Siapa sih yang tidak senang novel-nya dijadikan film? Nunik pun pasti akan senang kalau dia di posisi Alin.
"Untung aku punya editor keren kaya kamu, Nik! Aku bener-bener berterima kasih ke kamu!" ujar Alin sungguh-sungguh.
"Yaampun, Lin! Aku itu Cuma editor, yang nulis ceritanya kan kamu sendiri, ide juga dari otak kamu, buat apa sih kamu berterima kasih ke aku? Jangan lebay gitu deh ah," balas Nunik seraya mencubit pipi sebelah kiri Alin.
"Sudah sana mending kamu cepetan nemuin Mas Pram sama Mbak Wiwit, biar novel kamu cepet-cepet di-film-in."
Alin mengangguk dengan riang dan mengambil tasnya, ia melambaikan tangannya kearah Nunik lalu berjalan keluar dari ruangan gadis itu dengan hati riang gembira.
***
Ilas menggelengkan kepalanya heran melihat Calvin yang dengan santainya diobati oleh paramedis tanpa mengeluh sakit sedikit pun, pria ini pria baja atau bagaimana sih? Kalau Ilas ada di posisi Calvin, pasti Ilas sudah kesakitan level langit ketujuh! Apalagi yang terluka adalah bagian lengan atas bagian kirinya.
"Astagaaa Calvin! Kenapa tangan kamu bisa luka begini?!" suara nyaring seorang wanita membuat beberapa orang disekitar Ilas dan Calvin menoleh.
'Mampus. Tamatlah riwayatku habis ini,' keluh Ilas dalam hati.
"Santai saja, Mbak," balas Calvin cuek secuek bebek.
Wanita itu bergegas menghampiri Ilas dan Calvin lalu memelototi Ilas. "Ilaaas! Kamu itu bagaimana sih? Masa Calvin bisa sampai luka begini? Kamu tau enggak kalau seluruh tubuh Calvin itu asset pentingnya?! Kamu bisa gantiin luka dia gini? Tidak kan? Untung saja wajahnya tidak kenapa-kenapa, kalau sampai wajah Calvin luka... Kamu akan tau akibatnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Stealer (COMPLETED)
Literatura FemininaKisah mengenai dua orang yang tidak saling mengenal satu sama lain tetapi dipertemukan oleh takdir. Kisah mengenai dia yang tidak pernah mengenal cinta bertemu dengan seseorang yang penuh luka atas nama cinta. Kisah mengenai dia yang berusaha berdam...