Could I be the one you talk about in all your stories
Can I be him?
James Arthur - Can I Be Him
Wajah seluruh kru tampak panik, tak terkecuali Alin dan Nara. Sepanjang perjalanan Alin hanya terdiam sementara Nara memperhatikan Alin dengan khawatir. Nara tahu seperti apa tempramen Calvin dan Alin, dengan terjadinya kecelakaan ini Nara khawatir kalau Alin akan bertengkar semakin besar dengan Calvin.
"Kak Alin..."
"Hmm?" Alin tersadar dari lamunannya dan menatap Nara yang tengah memerhatikannya dengan hati-hati.
"Kakak tidak pa-pa?"
Alin mengernyit heran. "Apa maksudmu? Seharusnya kamu mengkhawatirkan Calvin, bukan aku."
"Aku... tidak ingin kakak menyalahkan diri kakak atau apapun itu." Alin terhenyak beberapa saat, ia terkejut kalau Nara bisa membaca sedikit pikirannya. "Kecelakaan bisa menimpa siapapun dan kita tidak bertanggung jawab atas hal itu kak. Ini semua sudah ditakdirkan oleh Tuhan, jadi aku harap kakak tidak merasa bersalah ya."
Perkataan Nara sama persis seperti apa yang Roro katakan kepadanya dahulu bahwa ia tidak boleh menyalahkan dirinya atas kematian Bayu. Tetapi, Alin tetap menyalahkan dirinya sendiri hingga saat ini dan kalau Calvin mengalami hal yang sama... Alin memejamkan matanya pedih, ia akan menanggung rasa bersalah yang jauh lebih besar untuk kedua kalinya.
***
Mobil van berjalan memasuki pekarangan rumah sakit, seluruh kru bersama dengan Alin dan Nara berlari menuju IGD dimana Calvin dirawat. Alin melihat wajah Pram, Wiwit, dan beberapa kru lain yang sudah berada di IGD tampak dilanda kepanikan. Melihat kedatangan mereka, Pram memberikan penjelasan singkat bahwa semua persiapan sudah dicek dan tidak ada yang rusak tetapi karena kondisi jalanan yang cukup licin, Calvin jadi tidak bisa mengendalikan mobilnya dan terjadi kecelakaan sungguhan.
"Tetapi tenang saja," Pram berusaha memasang wajah meyakinkan, "dokter bilang Calvin akan segera pulih, ia hanya membutuhkan beberapa jahitan di kepalanya dan kakinya patah karena terjebak di dalam mobil."
Penjelasan Pram tidak membuat wajah tegang di seluruh kru mencair, tetapi setidaknya mereka tidak setegang sebelumnya. Entah apa yang akan dilakukan agensi Calvin kalau Calvin jatuh ke dalam koma atau kakinya harus diamputasi. Bisa-bisa satu production house akan digiring ke meja hijau.
"Jadi sekarang Kak Calvin di ruang operasi?" tanya Nara memecah keheningan.
"Iya. Kita doakan yang terbaik saja bagi Calvin."
Seluruh kru menghembuskan nafas lega, kecuali Alin. Alin merasa ada dinding di sekelilingnya yang menghimpitnya hingga ia sesak nafas, Alin segera meninggalkan mereka semua diam-diam dan setengah berlari menuju toilet. Ia menutup pintu bilik toilet dengan cepat sementara salah satu tangannya merogoh tasnya untuk mencari obat penenang.
Jemarinya bergetar hebat sehingga ia menjatuhkan beberapa obatnya, Alin tidak ingat berapa banyak pil yang ia ambil, ia segera menelannya dan menepuk-nepuk dadanya untuk menenangkan diri. Setelah beberapa saat menelan pil-pil itu, gelombang panik yang menyerangnya perlahan menghilang digantikan oleh kelegaan yang luar biasa. Meski Alin tahu perasaan ini hanya sesaat, tetapi ia cukup puas dengan efek obat itu.
Meski dokter telah memperingatkan dirinya untuk tidak mengkonsumsi anti-depressan terus menerus dan secara berlebihan, Alin tidak peduli. Kondisi jiwanya saat ini sedang rapuh dan tanpa obat itu, ia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Saat ini ia sedang berada di kota yang dipenuhi oleh kenangan buruknya dan tidak ada satu orang pun yang mengetahui rahasianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Stealer (COMPLETED)
Romanzi rosa / ChickLitKisah mengenai dua orang yang tidak saling mengenal satu sama lain tetapi dipertemukan oleh takdir. Kisah mengenai dia yang tidak pernah mengenal cinta bertemu dengan seseorang yang penuh luka atas nama cinta. Kisah mengenai dia yang berusaha berdam...