Chapter 22

305 22 6
                                    

warning : ini chapter pendek! author lg sibuk dan ini ngebut nulisnya :D

Happy Reading! Sorry for typo(s) ^^

***

Author POV

"menikahlah dengan Jiyeon"

Kata-kata itu seperti petir yang menyambar Minho di siang hari. Sungguh, Minho sama sekali tak menyangka appa nya akan berkata seperti itu. Menikah? Bahkan Minho sama sekali tidak berfikir untuk menikah muda, apalagi dengan Jiyeon? yang benar saja, pikir Minho.

"mwo?" tanya Minho

"menikahlah dengan Jiyeon" ulang Siwon

"tolong bantu appa, Minho-ya. Tuan Park menolak kita membalas budi kecuali dengan menikahkan kau dan Jiyeon. Bahkan dia akan mencabut seluruh sahamnya di perusahaan kita jika kau menolaknya" timpal Tiffany

"jadi aku sebagai jaminan?" tanya Minho sarkastik

"bukan begitu Minho, kau..."

"sudahlah, aku anggap aku tidak pernah mendengar perkataan appa tadi" potong Minho. Ia beranjak dari duduknya lalu kembali ke kamarnya, menenangkan diri, menjerihkan lagi pikirannya yang semakin keruh karena berita gila yang baru saja ia dengar.

"apa mereka tidak memikirkan perasaanku, eoh?" gumam Minho. Ia mendudukkan dirinya di tepi ranjang lalu menangkup wajahnya dengan kedua tangan besarnya.

Tok tok tok

Lagi-lagi ketenangannya terganggu oleh suara ketukan pintu yang Minho yakin itu pasti appa atau eommanya.

"Minho-ya, biarkan eomma masuk" Minho menggeram kesal lalu bangkit untuk membukakan pintu.

"kalau eomma kesini hanya ingin membahas masalah tadi aku tidak mau!" tolak Minho

"biarkan eomma menjelaskannya sebentar" jawab Tiffany memelas membuat Minho akhirnya mempersilahkan Tiffany untuk masuk.

"Minho-ya, eomma dan appa tau kau pasti menolak perjodohan ini. Tapi eomma mohon, paling tidak bantulah appa untuk sedikit membalas budi pada Tuan Park. Mereka sudah menyelamatkan hidup appa Minho, hidup kita juga" jelas Tiffany.

"tapi apa eomma tau perasaanku? aku tidak mau eomma, aku tidak mencintainya. Bagaimana mungkin aku menerima perjodohan ini sementara aku tidak mencintainya? apa kalian lebih mementingkan perusahaan daripada anak sendiri?" bentak Minho membuat Tiffany menunduk.

"apa kau mencintai Yurin?" tanya Tiffany membuat Minho mendelik. Minho tidak menjawab tapi ekspresi yang di tunjukkan Minho cukup jelas sebagai jawaban untuk Tiffany.

"Minho-ya eomma tau kau menolak ini karena kau mencintai Yurin, bukan? tapi percayalah... cinta tidak akan membuat kalian berpisah. Mianhae karena eomma dan appa tidak memikirkan perasaanmu, tapi eomma mohon ini terakhir kali eomma dan appa meminta bantuanmu. Kau hanya perlu 'berteman' dulu dengan Jiyeon, untuk ke depannya kita tidak pernah tau apa kau akan benar-benar menikah dengan Jiyeon atau tidak. Tapi paling tidak untuk saat ini kita bisa menunjukkan rasa terimakasih kita pada Tuan Park" kata Tiffany memohon membuat Minho bungkam.

Kim Yurin POV

Aku duduk di tepi tempat tidur dengan menatap kosong pemandangan di luar jendela. Aku bahkan tidak tidur semalaman, hatiku terlalu sakit untuk sekedar membiarkan semua luka itu mengalir.

"apa ini yang namanya cinta?" gumamku. Aku kembali terisak, entah sudah berapa liter air mata yang ku keluarkan dari semalam tapi mataku yang hampir tak bisa terbuka inilah yang menjadi jawabannya.

"Yurin-ah" aku mendengar suara Jonghyun oppa dibalik pintu kamarku. Tidak lama kemudian Jonghyun oppa masuk dan melihatku dengan tatapan khawatirnya.

"oppa" lirihku dengan menatapnya sendu. Jonghyun oppa mendekat lalu duduk di sampingku.

"mianhae, andai saja oppa tidak membujukmu untuk menerima Minho pasti semua ini tidak akan terjadi. Mianhae chagi, ini salah oppa" kata Joghyun oppa sembari memelukku. Aku semakin terisak mengingat bagaimana kerasnya aku berpikir dan meyakinkan hatiku hanya untuk mengenakan sebuah cincin sebagai jawaban.

Cincin? Ya.. cincin itu. Bahkan aku masih memakai cincin itu hingga sekarang.

Aku melepaskan pelukan Jonghyun oppa lalu menatapnya dengan pandangan sedikit kabur.

"aku harus mengembalikan cincin ini oppa" kataku.

Choi Minho POV

"ARGGHH!!!" aku menyapu bersih semua benda yang ada di meja nakas dengan tanganku. Aku tidak peduli dengan kamarku yang sudah seperti kapal pecah sekarang.

"kenapa jadi seperti ini?" aku bergumam lalu menjatuhkan diriku di lantai. Punggungku menyandar di tepi tempat tidurku. Sungguh aku tidak menyangka akan menjadi seperti ini jadinya, terlebih dengan masalah perjodohanku dengan Jiyeon. Ini benar-benar membuatku muak.

Yeoja itu, yeoja yang dengan gampangnya tiba-tiba datang lagi ke dalam hidupku dan mulai menghancurkan segalanya. Jadi ini maksud perkataannya kemarin?

Aku mengepalkan tanganku kuat-kuat seolah menyalurkan seluruh emosi yang memuncak. Aku tidak bisa diam, aku tidak bisa seperti ini. Aku harus mengejar Yurin, sebelum dia benar-benar pergi dari hidupku.

Aku bangkit dari dudukku lalu menyambar kunci mobilku. Aku berjalan cepat menuju keluar rumah. Baru saja aku membuka pintu rumah, langkahku terhenti ketika melihat seorang yeoja yang kini berdiri di depan rumahku.

"Yurin-ah" lirihku. Hatiku seperti tertusuk ribuan jarum ketika melihat kondisinya yang sangat kacau, bahkan dia masih mengenakan baju yang kemarin. Aku yakin dia pasti tidak tidur semalam, bahkan untuk membersihkan badan pun tidak.

Author POV

Minho terpaku melihat Yurin kini berdiri di depannya. Setitik harapan muncul di hati Minho. Apa Yurin akan mendengarkan penjelasannya kali ini? apa Yurin akan memaafkannya? Minho benar-benar bersyukur jika saja itu benar-benar terjadi.

Perlahan Yurin berjalan mendekat ke arah Minho. Air matanya kembali menggenang, namun sebisa mungkin ia menahannya agar air mata itu tidak menerobos keluar. Yurin melepaskan cincin yang sebelumnya tersemat di jari manisnya. Tanpa berbicara Yurin menarik tangan kanan Minho lalu membukanya, memberikan cincin itu dan kembali menutupnya.

Setetes air mata Minho mengalir dari sudut matanya. Ia menatap nanar yeoja yang ada di depannya dengan perasaan campur aduk. Setitik harapan yang tadi sempat muncul di hatinya kini lenyap, berganti dengan kenyataan menyakitkan.

"Yurin-ah jebal"lirih Minho

Yurin menatap Minho dengan tatapan sayunya. Seulas senyum tipis yang diberikan Yurin membuat hati Minho semakin hancur berkeping-keping. Bodoh! Umpat Minho dalam hati. Minho sadar, ia telah menghancurkan hati suci Yurin yang belum terjamah siapapun dengan tindakan bodohnya.

Yurin berbalik, berjalan meninggalkan Minho yang masih menatap sakit kepergiannya. Pertahanan Yurin runtuh, air matanya menetes seketika.

"apa ini akhir dari cinta pertamaku? Cinta yang mengenaskan" batin Yurin

Ia terus berjalan hingga tiba-tiba Minho menarik lengannya dan langsung melumat kasar bibirnya. Yurin terbelalak ketika menyadari kini Minho sedang menciumnya. Air mata Yurin turun semakin deras ketika ia merasakan rasa sakit Minho yang disalurkan lewat ciumannya. Yurin tidak menolak tapi juga tidak menerima ciuman itu.

"biarlah, ini akan jadi yang terakhir sebelum aku benar-benar melupakanmu" batin Yurin.

Yurin hanya diam, manikmati rasa yang sama-sama mengalir lewat ciuman itu. Lagi-lagi air mata Minho melesak keluar seolah mewakili perasaannya yang sedang kalut.

"saranghae" bisik Minho setelah melepaskan pangutannya. Yurin kembali membuka matanya. Seperti tersadar akan sesuatu, Yurin melangkah mundur lalu berbalik dan berjalan menjauhi Minho tanpa mengatakan sepatah kata pun.

TBC

mian chapter ini ngga terlalu panjang. Next part nya author publish nanti malam, dan lebih panjang tentunya^^

jangan lupa vote dan comentnya readers :)

gomawo~

Love On RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang