Story 6 : Start.

67 6 0
                                    

Author POV

Pagi itu Zora berjalan jalan disekitar sekolahnya. Suasana hening menemani setiap langkahnya. Ia selalu datang tepat waktu, bahkan murid pertama yang hadir di kelasnya. Zora yang notabennya tak suka dengan keramaian, menyempatkan bergaul dengan teman temannya. Walaupun Zora harus bergaul dengan teman yang agak bopung dikelasnya, tapi setidaknya ia masih bisa belajar memahami diri dari lingkungan sekitat atau bersosialisasi.

Tak lama, ia berhenti didepan pintu gudang. Terdiam cukup lama dia berdiri di depan pintu itu. Akhirnya Zora memutuskan untuk masuk ke dalam nya.

Debu-debu yang terdapat disana cukup membuat Zora sesak nafas. Udara yang pengap, serta tumpukan beberapa kardus dan barang barang lainnya yang sudah tak terpakai.

Satu per satu barang ia geser untuk memperlancar langkahnya ke arah lemari besar yang masih terlihat indah dengan cat yang bernuansa classic di pojok ruangan.

Kemudian, ia membuka lemari itu. Terdapat banyak album-album foto disana. Zora mengambil salah satu dari album yang terdapat disana.

Blacktev'en album
28 'okt 2008
By Dact's

Pic one: 14 May 2008
Capt- Oh tuhan, jangan pisahkan aku dan dia. Kita sudah bahagia. Jangan kau ambil kebahagiaan itu ataupun memindahkannya.

Album foto itu tersimpan di lemari cukup lama. Bukan album yang berisikan tentang foto foto kegiatan disekolah, melainkan keceriaan para murid murid sebelumnya serta beberapa foto yang diabadikan saat keadaan yg genting.

Zora membuka secara perlahan ke halaman berikutnya. Di halaman itu menampilkan sosok lelaki yang dulu amat di cintai nya, Devano. Di foto itu, Devano mengenakan seragam sekolahnya, rambut yang di klimis, serta tangan yang mengacung keatas sedang memegang piala penghargaannya sebagai murid teladan.

Tak terasa, pipi Zora kini mulai basah karena air matanya yang keluar tanpa disadari.

Di gudang ini, banyak sekali cerita-cerita tentang mereka berdua.

Ia kembali membuka halaman berikutnya. Foto yang berhasil membuat air matanya mengalir deras sederas derasnya. Foto yang dimana saat itu Zora merasakan menjadi perempuan yang paling bahagia di dunia ini. Dirinya yang sedang menggunakan gaun pesta serta Devano yang memeluk dirinya dengan erat dilengkapi dengan senyuman yang lebar membuat momen di foto saat itu adalah yang paling bahagia.

*

" Hai Zor, lo gapapa?" tanya Clise teman sebangkunya.

Zora melemparkan senyum, sebelum itu ia menghapus bulir air mata yang tersisa di sana. "Yeah, i'm fine Clise." balasnya menaruh tas dan menduduki bangkunya perlahan.

"...Zor tau ga? Dikelas sebelah ada anak baru." ucap Clise dengan nada pamer.

"... Ganteng banget Zor, manis pula, tinggi lumayan, ga item ga putih. Sedeng lah. Type lo banget itu Ra." sambungnya.

Zora mengeluarkan buku diary hitamnya. " iya. Buat lo aja. Gue gasuka."

"Gasuka? Emang lo udah liat? Kan belom. Siapa tau dia bisa jadi pengganti de-----"

" gaada yang bisa gantiin sosok Devano Clis." potong Zora tegas.

"Gue kira, dengan liburan panjang kemarin. Suasana hati lo udah berubah. Lo masih inget sama Devano." ucap Clise

Clise memang teman sebangku Zora yang selalu membahas tentang Devano. Entah karena dia menyukainya atau dia hanya ingin selalu mengingatkan kepada Zora bahwa Devano masih ada. Tapi, menurutnya Clise adalah teman yang paling bisa di ajak kompromi dan selalu ada setiap kapanpun ia butuhkan.

Pelajaran sedang dimulai.

*

Suasana di kantin kini sangat ramai. Zora lapar sekali, ingin memesan makanan disana. Namun karena ramai, ia memutuskan baca novel kesukaannya sebentar di areal taman sembari mendengarkan musik dari hp-nya.

Menurut dirinya sendirian itu lebih tenang dan nyaman. Karena tidak ada satupun yang harus menjadi beban karena suasana hati yang sangat damai.

Bruk!

"Hai, boleh kenalan ga?" ucap suara berat di samping Zora tetapi sangat asing.

Zora masih diam di posisi semula karena earphone masih menyantel di telingnya.

"He em."

Zora pun terkejut dan reflek menjauh dari jarak lelaki itu.

"Kenapa ya?" tanyanya dingin.

Gadis belia itu menatap dingin lelaki yang berada di depannya.

"Jangan kaget kaya gitu juga kali. Gue ga ada niat jahat kok.Sans aja." balas lelaki itu.

Ciri cirinya persis sama apa yang lo bilang Clise. Pikir Zora.

"Oh. Yaudah gue cabut dulu. " tanpa menunggu jawaban dari lelaki sokap itu, Zora langsung bangkit dari duduknya lalu pergi menuju ke kantin.

Huh. Beda.

....

Jangan lupa baca Sweety heart juga y. Sebenernya cerita ini cuma buat satu orang. Yodah gapapa buat kalian.

Happy reading guys.

Zidane'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang