Pagi pun datang. Sinar matahari masuk melewati celah-celah jendela kamar Zora. Gadis itu menggelinjang begitu terkena paparan sinar sang mentari.
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu. Tak terasa sekarang sudah hari minggu lagi. Padahal baru saja Zora menghabiskan Weekendnya bersama lampu lampu yang menghiasi taman seorang diri.
Zora menyipitkan matanya dan menoleh ke arah jam. Jam tersebut menunjukan ke pukul 07.30 pagi.
"Hoamm."
Langsung saja ia bergegas ke kamar mandi untuk menyiapkan dirinya pergi keluar menghirup udara bebas.
*
Dengan memakai Hoodie , rambut tergerai, sepatu boots coklat tua, tas jansport yang mengangkut di bahunya, headset putih yang menyantel di telinganya, serta kamera Polaroid yang ia gantung di depan dadanya. Zora mencari tempat yang sesuai dengan moodnya sekarang.
Hari minggu ini merupakan hari kebebasan baginya. Bebas dari segala aktivitas, kecuali bebas dari masalah. Karena masalah itu akan ikut kemana kita prgi kalau kita belum menyelesaikannya dengan baik.
Zora tiba di sebuah hutan kota di daerah Cibubur. Dalam dalam ia hirup udara segar dari pepohonan rindang yang terdapat disana. Kemudian, ia mencoba melangkah lebih jauh lagi kedalam sana mencari suasana yang pas.
Gadis berambut ungu itu pun mengangkat kameranya lalu memotret pemandangan di arah kirinya. Kemudian, keluarlah selembar foto dari kamera tersebut. Zora meniup nya perlahan dan di keplekannya foto itu lalu dia masukan kedalam saku Hoodienya.
Ia pun terfokus pada satu objek yang menarik perhatiannya, Danau.
Lalu, Zora pun mempercepat langkahnya untuk sampai ke danau itu.
Tiba disana, ia memilih untuk duduk di bangku pinggiran danau.
Nyaman dan nyaman.
*
Perasaan jenuh berhasil menguasai tubuh lelaki tampan itu. Dirinya masih penasaran betul dengan perempuan yang sewaktu pagi itu ada di UKS dan ditemaninya.
Entah apa yang membuat perempuan itu menarik naluri nya untuk berusaha mendekatinya. Tetapi, memang beda. Beda dengan perempuan lain. Dia begitu misterius dan tertutup sehingga mengundang penasaran yang kuat dari Zidane.
Sekarang ini Zidane berada di suatu tempat yang cocok untuk memberi kenyamanan dan ketenangan untuk pikirannya sedang kacau benar.
Kakinya mulai menginjak area taman yang didepannya menampakan keindahan alam buatan alias Danau.
Dilihat nya dari ujung jalan. Pandangannya menatap objek yang sangat ia kenal.
Lagi dan lagi Zidane bertemu dengan Zora. Zidane menyipitkan matanya mencoba untuk memperjelas apa yang dilihat.
Tak lama, ia menghampirinya.
"Boleh duduk disini, nona?" ucap Zidane kepada wanita yang fokus menatap layar laptopnya.
"Ya. Silahkan." balas wanita itu masih dengan posisi yang sama.
Dapat dilihat, Zidane hanya dalam diamnya serta menatap wanita yang sibuk itu disampingnya. Zora masih menghiraukan keberadaan Zidane yang duduk disebelahnya.
"He em. Gimana keadaan lo waktu balik dari UKS? Baikan? " ucap Zidane menghancurkan suasana hening sialan itu.
Zora mulai terdiam dari aktivitasnya dan secepat kilat ia menoleh ke arah Zidane.
"Elo? Ngapain disini?" kata Zora memelototkan matanya.
"Hm. Ga sengaja aja lewat sini terus ngeliat lo deh." balas Zidane menggesek gesekan sepatunya ke aspal.
"Oh gitu. Yaudah , gue balik duluan. Mau nyari suasana yang enak lagi." ucap Zora menutup Laptopnya lalu memasukannya kedalam tas.
"Loh loh? Baru ngobrol udah mau ditinggal gitu aja?." balas Zidane mengerutkan dahinya.
"Iya."
"Sombong ya jadi cewe. Ga banyak yang nyukain loh entar. " ledek Zidane.
Zora yang tadinya sudah separuh jalan untuk berpindah tempat. Dengan cepat menoleh.
"Ii...ihh siapa bilang gue sombong. Ngga kok." elaknya.
"Itu buktinya. Setiap gue deketin. Ngejauh."
"Hm. Yaudah gue mau nyari tempat lagi. Lo mau ikut?" ucap Zora memutar bola matanya. Ucapannya itu hanya semata mata. Bukan disangka tulus dari hati.
"Kemana?"
"Udah ikut aja. Tempatnya pas."
*
Waktu sudah sangat sore sekali. Sinar matahari mulai redup. Sang mentari akan digantikan dengan fajar cepat atau lambat.
Zora dan Zidane duduk di taman yang dikelilingi dengan kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang.
Sikap yang acuh dan dinginnya itu masih di tunjukannya juga.
"Lo ga cape apa ngetik mulu? Di danau tadi gue liat lo ngetik. Disini ngetik juga. Mungkin dirumah lo kerjaannya ngetik mulu kali ya?" kata Zidane. Ia merasa gundah karena perempuan di sebelahnya mengacangkan dirinya dengan aktivitas mengetiknya itu.
"Ga la. Udah keseharian gue ngetik gini."
"Emang lo ngetik apaan sih? Coba sini gue liat." balas Zidan yang tanpa izin langsung merebut laptop Zora. Sontak, Zora langsung menahannya pula.
Tak sengaja, Zidane membaca 3 baris pertama yang menceritakan tentang apa yang dilakukan Zora saat ini.
"Buat apaan lo nulis kaya gini? Penting?." tanyanya menaikan sebelah alis kanannya.
"Buat kebahagiaan seseorang dan juga gue." balas Zora lalu merebut kembali laptopnya.
"Oh, jadi lo udah punya cowo." ucap nya dengan kaki yang berganti posisi menjadi ditimpahi ke kaki yang sebelahnya.
"Gue ga punya cowo."
"Itu?."
"Itu mantan mati gue."
"Maksud?"
"..."
...
Lagi kangen dia. Ga on on.
Q: "dia nya siapa ray?"
A: "ada deh. Orang inisial.."
Q: " inisialnya Z?"
A: " X "HOAX.
tbc!
Tembus Vote 10 lanjut. Ga 10 juga gpp. Tetep dilanjutin demi kebahagiaan tersendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zidane's
Short StoryGamers, anak basket, jago ngedit foto,cantik, jago masak, taekwondo bisa, karate bisa, rajin ibadah apalagi, apa yang kurang dari sosok Azora Drevionade? . Ya pasti ada. Karena setiap manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan masing masing. Memang...