Story 9: Who?

39 5 0
                                    

Keesokan harinya

Zora nampak kewalahan karena membawa buku yang cukup banyak. Ia membawa buku itu untuk ke perpustakaan.

Sebenarnya, enggan betul dia di suruh membawa tumpukan buku bekas itu dengan guru paling killer disekolahnya. Baru tiba di depan gerbang dengan muka pucat sedikit karena belum memasukan apa apa untuk perutnya, Bu Bernadeta menghampiri dan menitipkan setumpukan buku itu.

Kakinya gemetar begitu sampai di koridor sekolah. Keringat dingin mulai dirasakan di area pelipisnya, penglihatannya buram sedikit demi sedikit.

Zora menundukan kepala sebentar memperbaiki penglihatannya dengan menggeleng kepalanya dengan kasar. Mungkin ini karena dia tak sarapan pagi tadi.

Tubuhnya makin melemas. Dan...

Bruk!

Dia terjatuh duduk pelan di lantai. Semua tumpukan buku yang tadi ditangannya sekarang berserakan ke mana mana. Murid-murid di sekitarnya hanya menyaksikan dan mengabaikannya.

Tidak dia tidak pingsan. Hanya saja penglihatannya yang buram dan kepalanya seperti mutar tak tahan dan akhirnya terjatuh.

"Butuh bantuan?" ucap suara asing di sebelahnya.

Tangannya masih memegang pelipisnya itu. Kepalanya masih terasa berat.

"Ga usah. Gue bi...bisa sendiri." balas Zora mencoba bangkit lalu mengambil buku yang berserakan itu.

"Gausah so kuat. Lo itu lagi lemes gitu. Nanti malah tambah parah. Udah sini bukunya gue yang bawa." elak lelaki itu.

"Gue bilang gausah ya gausah!" balas Zora tegas. Berhasil bangkit, ia mencoba menyeimbangkan tubuhnya dengan berdiri lalu melangkah perlahan ke arah perpus.
Tetapi, kepalanya malah semakin berat. Begitupun penglihatannya yang semakin buram.

Hap!

Untung saja Zidane menangkap perempuan itu. Cepat cepat Zidane membawanya ke ruang UKS.

*

Sudah cukup lama mereka berdua masih tetap di UKS. Zidane yang tertidur di pinggiran kasur. Sedangkan Zora masih terbaring di kasur UKS dan dilengkapi selimut yang menibani dirinya.

Sekarang ini, pelajaran sedang berlangsung. Zidane lupa bahwa di kelasnya akan mengadakan pembagian kelompok, belum lagi gurunya sangat killer. (Masih killeran bu Bernadeta)

Setelah itu, Zora mencoba membuka matanya lalu mengamati keadaan disekitarnya. Pandangannya berhenti di lelaki yang tertidur di pinggir kasurnya itu.

"Eh.. Eh.. Elo! Bangun!" ucap Zora serak mengguncang guncang tubuh Zidane.

Dengan lemas dan mata masih terkantuk. Zidane berusaha membuka matanya, kemudian mengucek ngucek mata itu.

"emmh.. Lo udah sadar ya? Yaudah balik ke kelas. Ngerepotin aja. Gue balik duluan. Lo balik sendiri." ucap Zidane bangkit dari kursinya.

"Buku yang gue bawa kemana?"

"Udah gue balikin ke perpus pas lo awal pingsan dan baring disini." balasnya di ambang pintu.

Zora menatap heran lalu memegang kepalanya yang tiba tiba pusing kembali lalu hilang.

"Eh! Tunggu tunggu. Gue balik bareng lo!" ujar Zora langsung bangkit dari ranjangnya cepat cepat mengejar Zidane.

*

Beruntung sekali bagi Zora karena dikelasnya belum ada guru yang mengajar. Ia cepat cepat duduk di bangkunya.

Zidane'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang