Story 7 : First.

47 5 0
                                        

Zora melangkahkan kakinya ke kantin yang sekarang sudah sedikit lengah.

Perutnya yang sedari tadi bermain musik masih tetap memainkan irama yang tidak beraturan.

*

"No, lo tau ga cewe yang pake headset putih, rambut di gerai, sama megang novel disana itu?."

Reno yang sedang fokus mengetik pesan di hpnya. Reflek menatap ke Zidane. "Apaan sih?" balasnya yang malah menanya balik.

Zidane berdecak. "Itu loh cewe yang disana itu. Lo kenal dia ga?." ucap Zidane menunjukan jari telunjuknya ke objek yang dimaksud.

"Oh, Zora? Kenal. Dia pelatih basket putri di sini, prestasinya juga bagus. Pernah ikut PBNC loh Dan." balas Reno kembali menatap ponsel.

"PBNC? Dia gamers?"

"Iya pasti gamers. Pernah juga juara olimpiade sains se provinsi. Tapi, pas mau ke berikutnya dia gabisa hadir. " ucap Reno yang nampaknya memang sangat mengenali Zora.

"Terus? Mantan? Sahabat? Ceritanya gimana tuh?"

"Sahabat ga ada. Mungkin yang paling asik di denger itu teman dekat kalo bagi dia. Clise temdn deketnya, tapi Clise gatau banyak tentang Zora dibanding gue. Kalo mantan, punya cuma satu. Menurut dia, mantannya itu ga bisa di gantiin sama siapapun. Zora dulu asik, seru, ceria. Tapi semenjak sepeninggalan kekasihnya, dia berubah seperti sudut lingkaran. Semuanya hilang begitu aja. Sekarang, dia lebih nyaman dengan 'sendiri' nya itu. Diam, blak blakan pun terhapus dari karakter dirinya, dan juga kalo bagi cowo cowo disini, Zora jual mahal." Zidane mendengarkan dengan serius.

"Hmm. Kira kira gue bisa ga ya ngajakin dia nge date? Terus jalan, kemana kek gitu? " tanya Zidane.

"Gue bakalan kasih mobil skyline R32 gue kalo lo berhasil ngajak dia nge date atau jalan Dan!"

"Hanjir! Serius? Hmm. Emang ngajak nge date dia susah? Tenang,kalo sama gue gampang kok."

"Bagus deh."

*

Zora kembali ke kelasnya dengan membawa sebotol estea di tangan kanannya.

Menurut nya, hari hari sekarang ini seperti hari yang sangat gundah. Dirinya tak ada motivasi untuk semangat sekolah, wajahnya selalu terlihat sangar, serta gaya berjalannya yang seperti kecowoan itu.

"Zor! Sini deh! " teriak Clise di meja nya. Terdapat buku di depannya. Tapi Zora yakin itu bukan buku pelajaran.

Zora langsung mendekat. "Apaan?" tanya nya.

"Ini loh ini, bakalan ada event di sekolah elite lain. Tapi seluruh sekolah bebas buat ngikutinnya. Eventnya kaya lomba main call of duty gitu. Jadi, satu sekolah harus ngambil 20 orang di setiap kelas dari 10,11,12. Satu kelas satu siswa.  Lo harus ngewakilin kelas ini Zor!"

Zora membuka tutup botol minumannya lalu menegaknya perlahan. "Ga ah." balasnya bernada malas.

"Loh? Zor! Lo 'kan gamers lo harus ngewakilin kelas kita Zor!"

Zora memutar matanya. "Banyak kali gamers disini. Anak laki juga gamers semua palingan. Tapi, intinya gue ga berminat."

Tangan Clise hinggap di pundak Zora serta mengguncang guncangkannya perlahan. "Zor! Please lo ikut. Pasti lo keren deh! Come on lah Zor." ucap Clise memaksa.

"Clise, itu gapenting. Gue sama sekali ga berminat! Please jangan maksa gue." jawab Zora menghempaskan tangan Clise.

"Itu emang ga penting Zor. Tapi , lo itu butuh fresh dan ketenangan. Lo lupa sama omongan lo sendiri? 'Game itu udah bagian dari hidup gue Clise. Ketenangan yg bisa gue dapet itu dari game.' lupa?"

"Ya.. Tap..tapi gue sekarang ga gitu juga. Gue bisa dapet ketenangan dengan cara gue sendiri." balas Zora.

"Please sekali ini aja." ucap Clise dengan menunjukan eyes puppy nya.

"... Lo temen gue 'kan? Please, gue mau liat lo main kaya dulu, gamers." sambung Clise yang masih memohon.

Zora terdiam dan nampak berpikir.

Apa salahnya di coba lagi dulu. Bener apa yang dibilang Clise. Bisa jadi gue kembali kaya dulu. Ah. Sekali ini aja. Batinnya.

"Oke yaudah. Tapi sekali ini aja."

Mendengar jawaban Zora. Clise langsung memeluknya.

Sebegitu bahagaianya kah kau Clise?

*

Pulang sekolah, Zidane memutuskan untuk menunggu kelas Zora bubar. Ia masih penasaran dengan wanita ini.

Ditemani dengan sahabatnya dari kecil, Reno. Ia menunggu di depan kelasnya.

"Jadi, gue minta nomor telefonnya harus sama Clise itu?" tanya Zidane.

.

Tbc!

Zidane'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang