Zora masih terlelap dalam tidurnya. Alarm yang menghebohkan seluruh penjuru ruang kamarnya itu masih setia berbunyi. Gadis itu sangat lelah karena banyak beraktivitas kemarin hari.
Tak lama, gadis itu membuka matanya perlahan dan menatap tepat ke arah jam yang pukul setengah 6 pagi. Ia pun bergegas menuju ke kamar mandi dengan ciri khas penampilan baru bangun tidurnya.
*
Zora berlari terburu buru untuk menuju ke mading. Ia lupa kapan kompetisi CoD itu akan dilaksanakan. Gadis itu lupa mengenakan dasi serta ikat pinggangnya karena mengejar waktu.
Sialnya.
Saat ia ingin berbelok di koridor sekolah, dia tak sengaja menabrak seorang guru.
"Umm, maaf pak." ucapnya membenarkan gendongan tas nya itu yang melorot.
"Ya.tak apa. Kamu Zora? Peserta yang ada di mading itu?" tanya Pak guru yang berada didepannya itu.
Merasa peluhnya berjatuhan serta meluncur di bagian keningnya. Zora mengelapnya dengan kasar. Ia terlihat panik dan gugup saat ini.
"Hmm.. Eh. Iya pak." balas Zora.
Guru yang bernama Pak Roni itu menatap penampilan gadis belia didepannya ini dengan sangat inci. Zora menyadari bahwa dirinya tidak berpakaian lengkap sesuai peraturan sekolah.
"Beruntung belum telat. Cepat ikut saya. Semua peserta dari setiap kelas sudah di kendaraan. Tinggal menunggu satu orang, yaitu kamu." ucap Pak Roni mendahului Zora untuk ke tempat parkiran.
Zora mengangguk lalu mengekor dibelakang Pak Roni. Ia merapikan pakaiannya karena begitu gugup.
"Kenakan dasimu serta kelengkapan pakaian sesuai peraturan sekolah." ucap Pak Roni tanpa menoleh kebelakang.
Zora langsung melepaskan satu gendongan tas nya dan mengambil dasi serta ikat pinggang untuk dikenakannya.
Kemudian, Zora melewati kelasnya sekaligus melewati kelas Zidane. Dan entah kebetulan atau memang takdir, Zidane berada dipintu kelas menatap lekat kearah Zora yang berpandangan lurus kedepan.
"Semangat ya, semoga menang." ucap Zidane begitu Zora lewat didepannya.
Reno yang berada disampingnya, menepuk pundak Zidane pelan lalu menaikan alis serta melemparkan senyum ke arah sahabatnya.
Saat mendengar ucapan seseorang yang tidak asing bagi Zora, ia menoleh kearah suara itu. Dia tak menjawab, tetapi hanya melempar senyum.
Manis. Pikir Zidane.
*
Tiba di kendaraan, lalu Zora menaiki bis yang cukup besar itu. Ia memandang sekitar, dan menyimpulkan bahwa hanya dia yang wanita sendiri untuk mengikuti kompetisi ini.
Saat Zora berjalan ke arah depan bis mencari kursi yang tepat. Semua murid lelaki yang berada di sana memberi tatapan seperti 'amazing' kepada Zora.
Respon Zora hanya melempar senyum kecutnya yang selama ini jarang ia keluarkan. Terakhir kali, ia ingat ingat memunculkan senyuman itu saat dirinya bersama Devano beberapa waktu lalu.
Setelah itu, seorang lelaki me say hi Zora. Lelaki itu nampaknya duduk sendiri dan membutuhkan teman duduknya. Kalau dilihat lihat, memang tempat duduk disebelahnya itu sangat nyaman dan berada di dekat jendela. Tempat yang strategis untuk menenangkan diri sambil mendengarkan musik bagi Zora.
"Hi!" ujar lelaki yang sangat tampan itu.
Zora menoleh. "Hi too." balasnya.
"You can sit beside me." ucapnya berbahasa inggris dan menepuk kursi kosong disebelahnya mengisyaratkan 'silahkan duduk sini'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zidane's
Historia CortaGamers, anak basket, jago ngedit foto,cantik, jago masak, taekwondo bisa, karate bisa, rajin ibadah apalagi, apa yang kurang dari sosok Azora Drevionade? . Ya pasti ada. Karena setiap manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan masing masing. Memang...