"Gue ga punya cowo."
"Itu?."
"Itu mantan mati gue."
"Maksud?"
Sebelum menjawab ucapan Zidane. Zora menarik nafas terlebih dahulu dan mengubah posisi yang menurutnya nyaman.
"Dia udah meninggal." kata nya lega.
Mendengar itu ekspresi Zidane seperti merasa bersalah karena mungkin salah bicara."Gue turut berduka cita." ucap nya lalu beralih pandangan.
Keadaan hening seketika. Hanya terdengar suara berisik kendaraan yang berlalu lalang. Tiba-tiba Zora merasakan gemetar pada kakinya entah mengapa. Cuaca yang dingin ini menusuk sampai menusuk dada rasanya. Bisa dilihat, tetes demi tetes air hujan yang membasahi buku yang berada di samping Zora.
Zora pun menghirup udara dalam dalam lalu dihembuskan kembali. Zidane yang sedari tadi hanya menyaksikan aktivitas gadis yang disampingnya ini, mengeluarkan headset serta handphonenya. Ia pun memutar lagu Mine-Petra sihombing.
"Nih. Dengerin deh." ucap Zidane lalu menaruh satu headset bagian kiri ke telinga Zora, sedangkan satunya lagi di telinga Zidane.
Girl your heart, girl your face
Is so different from them others
I say, you're the only one that I'll adoreCos everytime you're by my side
My blood rushes through my veins
And my geeky face, blushed so silly oo yeah, oyeahAnd I want to make you mine
Oh baby I'll take you to the sky
Forever you and I, you and I
And we'll be together till we die
Our love will last forever
and forever you'll be mine, you'll be mineGirl your smile and your charm
Lingers always on my mind
I'll say, you're the only
one that I've waited forZora yang tadinya di awal pemutaran musik hanya diam. Lama kelamaan terbawa dengan suasana yang diberikan oleh musik tersebut. Terlalu mellow. Pikirnya.
"Enak ga?" kata Zidane setelahnya.
Zora mencopot headset yang masih menggelantung di telinganya. Dilepaskannya headset itu setengah kasar.
"Biasa aja." balasnya yang menipu perasaannya sendiri.
"Will you be mine? " ucap Zidane tiba tiba.
"Hah?"
"Becanda." balas Zidane setengah tertawa.
Jam menunjukan pukul 16.30 PM. Tetapi, malas rasanya untuk balik ke rumah di jam segini. Duga menduga sudah menjadi pokok utama di pikiran Zora kalau jam segini. Abangnya sedang menonton tv diruang tengah dan pastinya sampai tengah malam. Kalau acara yang lain seperti talkshow, memang bukan masalah. Tapi ini adalah acara yang paling dihindari. Bahkan bisa dibilang dibenci dengan Zora. Pertandingan sepak bola.
Saat dia melihat ada yang menonton bola atau ada yang menanyakannya nonton bola persija lawan semen padang waktu lalu. Zora dengan malasnya menjawab. 'Boro boro nonton persija berlaga. Nonton pertandingan bola waktu classmeet aja ogah banget.'
Bukannya dia meng haters - i club bola tersebut. Karena abangnya terlalu fanatic dengan club itu. Zora jadi tak menyukainya. Yah, seperti itulah kira kira gambarannya.
"Zor, ada tukanh es krim tuh. Mau beli ga?" Zidane tak sengaja menangkap pemandangan tukang es krim dengan gerobak merah jambu nya itu disertai corak cone eskrim.
"Hmm. Boleh." balasnya.
Mereka berdua pun bangkit dari kursi lalu menuju gerobak berwarna pink itu.
"Bang, beli dua ya." kata Zidane.
"Tiga ya bang. Jgn dua." timpal Zora.
Seusai itu. Mereka berdua lanjut jalan mengelilingi taman. Zora dengan nafsunya menjilati lumeran eskrim vanilla chocochips itu. Enakkk.pikirnya.
Tapi masih enakkan eskrim MCD.
Ditengah taman, tepatnya di sisi kiri air mancur. Zora sibuk dengan tasnya. Ia sedang mencari sesuatu disana.
Kemudian, ia menatap jam tangan swatch nya yang melekat di tangan kirinya itu.
"Eh, gue pulang duluan ya." ucap Zora langsung meninggalkan tempat yang jadi pijakkannya tanpa menunggu balasan dari Zidane.
"Tunggu. Mau gue anter ga?"
"Gausah. Gue naik angkot aja." balasnya.
Kemudian, Zora langsung berlari ke jalan raya. Sebelum itu, dia berhenti lalu berbalik kebelakang.
"Oh iya. Thanks!" ucapnya lalu pergi.
*
Lelaki berjambul itu duduk di teras nya dengan gitar dipelukannya sambil memetik nada nada yang tak beraturan,serta menatap langit malam yang kebiruan. Bintang pun juga hanya jarang-jarang terlihat. Padahal, dulu banyak sekali bintang kecil dari kejauhan memunculkan wujudnya.
Ia masih terlamun karena momentnya tadi sore bersama perempuan yang berhasil membuat dirinya terjebak dalam asmara lagi sekaligus membuatnya penasaran setengah mati.
"Whoyy!! Ngelamun wae lo. Kesambet aja." teriak Reno yang tiba-tiba memukul keras bahu Zidane sampai Zidane merintih kesakitan. Tadi, lelaki satu ini habis dari kamar mandi. Bangsat lo bro ngagetin gue. Batin Zidane.
"Bangke." ucap Zidane menggeser duduknya.
"Eh bro. Btw, gimana lo sama si Zora itu? Berhasil?."
"Berhasil apaan sih?." balas Zidane sinis. "Nembak dia itu impossible banget nge. Gue tau tentang dia. Tentang mantan dia juga tau." sambungnya menaruh gitar yanh tadi dipeganya sekarang menjadi bersandar di tembok putih bersih itu.
"Gile. Keren lo bo. Sehari ngedeketin udah bisa know banget tentang dia." kata Reno menyeruput susu yang tadi dibawanya. Hanya satu. Ya satu gelas. Parah.
Zidane berdiam diri lagi.
"eh Ren, lo 'kan waktu itu pernah bilang kalo gue berhasil ngajak Zora ngedate atau jalan gitu lo ngasih gue skyline lo, 'kan?" ucap Zidane mengingat omongan Reno sewaktu itu.
Reno yang tadi masih di sebelah Zidane, sekarang sudah menghilang layaknya hantu begitu saja dari hadapan Zidane. shit!
*
Vote ae dulu. baru lanjut
KAMU SEDANG MEMBACA
Zidane's
NouvellesGamers, anak basket, jago ngedit foto,cantik, jago masak, taekwondo bisa, karate bisa, rajin ibadah apalagi, apa yang kurang dari sosok Azora Drevionade? . Ya pasti ada. Karena setiap manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan masing masing. Memang...