Story 18: Nikmat yang tak terduga.

76 1 1
                                    

Zora ternyata mencuri pandang saat Zidane sedang membersihkan baju seragamnya yang kotor. Zidane tak menyadari akan hal itu.

Zora juga bingung, kenapa Zidane boleh masuk ke ruang OSIS padahal Zidane sendiri adalah murid baru di sekolahnya. Dan setahu Zora, Zidane tidak mengikuti organisasi itu. Ah masa bodoh lah. Tidak peduli.

Kelamaan, aktivitas Zora itu tertangkap basah oleh Zidane. Tepat saat Zora menatap matanya, Zidane juga menatap Zora juga. Hm.

Zora bertumpu di meja OSIS sedangkan Zidane didepannya berdiri sambil membungkuk sedikit. Jarak antara keduanya tidak terlalu dekat.

"Majuan. Susah nih." ucap Zidane menarik tangan Zora lembut. Tetapi, tidak ada pergerakan dari gadis itu.

"Udah, gue bisa sendiri, Dan. Minggir gue mau keluar." balas Zora.

"Whats? Lo tadi nyebut nama gue? Ga biasanya." kata Zidane masih melanjutkan aktivitasnya.

"Ah bodo lah. Udah lepasin. Gue mau balik nih." ucap Zora sepertinya canggung karena mereka hanya berdua.

"Diem kenapa. Lo terlalu jauh, coba deketan sini. Belom bersih tuh." balas Zidane mengelak.

"Ahh gue bis--" ucapannya terputus saat Zidane menelusup belakang tubuhnya dan menarik Zora sampai akhirnya...

Cup!

Terjadilah kissing .

Zora terdiam dan jantugnya berdegub kencang. Keringat bercucuran di belakang tubuhnya. Ciumannya itu masih berlanjut. Satu sama lain bahkan tidak ada yang melepaskan terlebih dulu.

Zora seperti merasakan benar benar kalau bibirnya sedang di mainkan oleh Zidane. Dan ternyata, Zidane sendiri juga merasakan nikmat yang ditunggu-tunggu nya. Bibir menggemaskan Zora.

Zidane memperdalam ciumannya, kepala nya mendorong Zora untuk mengecupnya lebih dalam. Zora sepertinya sedang dalam hipnotis nya Zidane.

Saat Zidane mencoba meraih tubuh Zora, mata nya seakan baru dipejamkan dan langsung saja sebuah tamparan hinggap di pipi Zidane. Alhasil, 'merah' lah pipinya.

"Apa apaan lo?! Maksud lo apaan kaya gini?! Bantuin si bantuin. Tapi, ujung-ujungnya mesum!" ucap Zora dengan ngotot.

"Maa..maaf Z---"

"Minggir lo! Jangan harap bisa ngomong sama gue lagi!" potong Zora dengan menghangantam tubuh Zidane karena menghalangi jalannya.

"Zor, gue minta maaf!!" teriak Zidane. Tapi sayang, Zora sudah keluar dari ruang OSIS dan menghilang di koridor dengan cepatnya.

"Fuck! Apa-apaan gue! Gabisa ngendaliin diri, payah! Shit shit shit and double shit! Triple shit!!!" ucapnya sendiri dengan mengacak-ngacak rambutnya dengan gusar.

Dilemparkan handuk kecil bekas membersihkan bubur yang ada di seragam Zora tadi, sampai terkena lemari dokumen.

*

Zora berjalan dengan amat terburu-buru untuk tidak ingin Zidane mengejar dirinya di koridor sekolah. Memang sialan lelaki itu, asal cium 'aja. Baju seragam nya sudah mulai bersih, hanya tersisa percikan-percikan kotoran mungkin. Di otaknya, masih jelas ancang-ancang kejadian yang tadi di Ruang OSIS. Dan jujur, itu akan menjadi ruang dibenci Zora karena hal yang tak menguntungkan bagi dia sudah terjadi disana.

Di arah berlawanan, terdapat Mark yang berjalan mengarah ke Zora. Dia hanya sendiri, dan nampaknya yang lain sudah pada pulang.

"Are you okay, Zoe?" Ucap Mark memegang kedua bahu Zora. Kepala Zora tertunduk tak lepas pandangan dari baju yang sedikit kotor itu.

"Yeah. Im okay." Zora tersenyum tipis. Rasanya tak ingin berlama lama lagi dia berada disitu. Ingin cepat meninggalkan sekolah itu karena tidak mau bertemu dengan lelaki yang bernama Zidane.

"Zor! Zidane sama lo ga? Dia kemana?" Tiba riba Reno muncul tanpa memberi tanda-tanda.

Zora tak menoleh kepadanya.

"Ga." Balasnya singkat kemudian berlalu meninggalkan Reno dan Mark.

*

"Gila lo Dan! Nyali lo kurang gede buat nge kiss tuh cewe!" teriak Reno begitu mendengar cerita dari Zidane yang terjadi di ruang osis tadi siang.

Mereka berdua duduk di balkon luar kamar Reno sambil menatap langit malam yang kebiruan.

"Itu juga ga sengaja kali Ren." ucap Zidane tak berpaling dari layar ponselnya serta bersandar di tembok.

"Ga sengaja sih. Tapi..." Reno sengaja tak meneruskan omongannya.

"Tapi kenapa Ren?"

"Lupakan."

Keadaan hening kembali. Hanya terdengar petikan nada gitar yang tidak beraturan yang di main kan oleh Reno. Sedang kan Zidane, ia sibuk men stalk instagram Zora. Setiap foto ia tinggalkan love . Dia terus men scroll akun Zora sampai bawah dan berhenti di salah satu foto yang terdapat Zora dan...

Devano.

Dahi nya mengkerut saat melihat foto itu.

"Ren, coba lo buka akun Zora deh. Foto dia sama cowo itu siapa? "Ucap Zidane mengubah posisi nya.

Reno menaruh gitar nya dan cepat-cepat mengambil ponselnya yang terlentang di pulau kapuk alias kasur. Kemudian, ia langsung search akun IG milik Zora.

Azoraaa_ search.

"Oh, itu tuh cowo yang gue bilang waktu itu. Dia mantan Zora. Dan si Zoe juga gamon ama dia Dan." ucap Reno setelah melihat foto nya juga.

Zidane ber-oh ria dan kembali dengan aktivitas stalk nya.

*

"Please Zoe! Don't thinking him! Forgeting him! Come on! " Zora bicara sendiri sambil mundar-mandir di dekat jendelanya.

Dia belum bisa move on dari kejadiannya tadi siang itu. Sungguh, demi cheytac m200 menjadi Ak47 Zora tidak akan mau bertemu dengan Zidane. Kalau tidak, habislah Zidane itu.

Zoe yang tadi mundar-mandir. Sekarang, duduk di tepi kasur dengan mengacak rambutnya gusar. Jemari nya menyentuh bibir berwarna pink glow itu. Tak menyangka Zidane pernah menempelkan bibirnya disana.

I'm sorry Dev. Si sialan itu mencium ku. Maafin aku Dev. Ujarnya dalam hati menyesali apa yang sudah dilakukan dirinya dengan Zidane.

Zora sendiri masih bertanya-tanya kenapa Zidane begitu selalu mengejar-ngejar Zora, setiap kemanapun Zoe pergi dan saat itu juga Zidane muncul. Padahal, mereka bertemu hanya sepintas saja. Dan tanpa alasan yang jelas Zidane langsung menyukai dirinya dalam jangka waktu sehari. Dan setelah itu ingin mendapatkan gadis berambut ungu tersebut.

Kalau soal tampang, Zora memang menyukai nya. Tapi bukan itu yang dia incar. Dia hanya mau menemukan seseorang yang benar-benar menjadi kepercayaan terakhir bagi dirinya dan kehidupannya. Sekaligus, Zora mrncari lelaki yang sangat berbeda dari yang pernah ia temui, terutama Devano.

Devano type cowo yang sangat peduli dengan perempuan. Tidak salah Zora menerima Devano untuk menjadi kekasih saat bulan oktober 3 tahun yang lalu. Hubungan mereka tidak rumit, lancar selancar-lancarnya. Tetapi, waktu yang memisahkan mereka. Sampai, salah satu diantara mereka harus dikebumikan terlebih dahulu. Dan saat itulah kehidupan Zora mulai berubah.

*

Lagi ukk. Bukan belajar. Wtf.
Cerita di wp ini emang gaterlalu famous. Tapi kalo cerita yang mau diterbitin mngkn lumayan. Ini hanya sebagian yg di ambil dari ms word gue.

Semoga penerbitan cerita bisa.

Need vote.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Zidane'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang