Arti hadirnya dan diri-Nya

2.8K 135 2
                                    

Semua orang akan merasakan titik jenuh pada ujungnya, dan dengan kembali kepada-Nya adalah satu-satunya jalan.

Seorang laki-laki terlihat sedang gusar dan penuh kebimbangan, jalannya tak seteratur biasanya.

"Ali,"
Seorang laki-laki sedang berjalan dibelakangnya sembari terus memanggilnya. Namun Ali, nama laki-laki itu tidak menghiraukan, kekosongan dalam lamunannya lah yang mentulikan telinganya.
"Woy Ali."
Tara yang sejak tadi memanggil-manggilnya, sekarang sudah dalam batas akhir kesabaran.    Sahabatnya itu tidak seperti biasanya, dia tau sekali kalau Ali selalu fokus dan tidak mungkin membiarkan fikiran gusarnya membuatnya menjadi melamun. Tapi kali ini tidak.

Ali terhentak seiring tangan Tara menepuk pundaknya.

"Apa sih lo?"
Tanya Ali ketika sadar dari lamunannya dan mendapati sahabatnya itu bersungut-sungut.

"Gue daritadi manggil lo, sejak kapan nama lo ganti, sampek dipanggil hampir seribu kali nggak nyahutin."
Gerutu Tara, menyalahkan Ali.

"Sorry sorry, gue nggak sadar lo panggil. Ada apa?"
Ucap Ali sembari mengacak-ngacak rambutnya, setidaknya isi kepalanya yang membebaninya terasa berkurang.

"Nggak biasanya lo gak fokus kayak gini. Kenapa?"
Tanya balik Tara.

Ali bergeming, untuk berbicara kegusarannya saja dia ragu, apakah Tara percaya atas alibinya kali ini.

"Gue nggak tau, mungkin kurang istirahat."
Jawab Ali ragu.

"Oh gitu, yaudah, sekarang lo harus pergi ketengah-tengah lapangan. Semuanya sedang kacau, latihan nggak maksimal banget."
Ujar Tara sesuai tujuannya menghampiri Ali.

"Ada apa lagi? Apa lo nggak bisa ngatur mereka?"
Tanya Ali ke Tara, selalu seperti ini. Tanpa dirinya, latihan paskibra tak pernah berjalan mulus.

"Elo tau banget kan mereka, kalo sama gue, mereka malah salah fokus ke muka gue, dan akhirnya? Ya kayak gini, kacau parah."
Jawab Tara yang ikut gusar.

"Elo nya yang tebar pesona."
Sahut Ali mendengar ucapan yang penuh rasa percaya diri dari sahabatnya itu.
"Yaudah, gue samperin mereka dulu."
Tambah Ali sembari membalikkan badannya menuju lapangan yang ada ditengah-tengah sekolahan.

***

"Oke, saya rasa latihan sore ini cukup. Besok setelah pulang sekolah kita berkumpul lagi disini."
Ucap Ali yang diikuti langkah para anggota membuyarkan barisannya. Diantara mereka, seorang gadis sedang tersenyum manis kearah Ali. Dia melangkahkan kakinya menghampiri Ali yang sudah menjauh dari lapangan, laki-laki itu ingin segera pulang dan merilekskan tubuh, juga fikirannya.

"Kak Ali."
Suara itu membuatnya berhenti.

"Iya Nafa?"
Tanya Ali, ketika melihat gadis cantik dengan tubuhnya yang tinggi dan ideal menghampirinya.

Sebuah botol berisi air mineral disodorkannya kepada Ali, dan handuk kecil dengan cepat mengusap keringat yang menguar didahi juga sebagian wajahnya.

"Udah, udah Nafa, makasih.."
Ucap Ali memegang tangan gadis itu untuk tidak lagi membersihkan keringatnya.

"Ini Kak, minum dulu."
Ucapnya dengan begitu manis.

"Kamu minum saja, kamu jauh lebih capek dari aku."
Jawab Ali.

"Tidak Kak, Kak Ali pasti lebih capek karena banyak teriak dan ngasih arahan. Lagian aku juga sudah minum tadi.. Ini, Kak Ali harus minum, aku tau daritadi Kakak belum minum sama sekali."
Ucap gadis itu terlihat sangat memperhatikan Ali.

Laki-laki itu tersenyum, seolah rasanya gadis itu begitu perhatian terhadapnya. Hampir setiap kali latihan, gadis itu selalu siap satu botol untuk diberikannya pada Ali.

Mimpi Diujung Senja (Kumpulan Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang