Perbedaan ( Feza & Yumna )

592 27 0
                                    

Feza menemui gadis yang sejak beberapa menit lalu telah menunggunya di taman. Sedangkan gadis itu menyunggingkan senyum sempurnanya ketika melihat Feza.
Mereka pun kini sudah ada dititik yang sama, yang tanpa berkata apapun mereka sudah tau isi hati satu sama lain. Karena dihati mereka masing-masing menyeruakkan rasa rindu, kerinduan yang hanya bisa dikuarkan saat itu. Rindu yang disebabkan oleh jarak, ya, mereka harus menjalani hubungan jarak jauh.
Perusahaan baru yang perlu banyak dipantau olehnya berada di luar kota, dan itu bukan hal mudah untuk menjadikan anak perusahaan miliknya menjadi sebesar yang lainnya, itu kenapa dia berniat untuk menetap di kota tersebut.

"Yumna, apa aku sekarang salah mengatakan rindu?" Tanyanya pada gadis yang sudah berdiri dengan setelan gamis berwarna biru wardah, dia mengerjap kala mendengar suara Feza yang baru didengar bersama wujudnya secara langsung, setelah beberapa bulan hanya bisa didengarnya lewat voice note atau telpon.

"Apa aku juga salah kalau mengatakan tidak?" Jawab Yumna, yang membuat kekehan terdengar dari laki-laki didepannya.

"Sungguh, apa sekarang kita saling menyalahkan diri? Apa kita tidak coba merubah rasa rindu ini?" Ucap Feza duduk dibangku yang tadi sudah diduduki oleh Yumna.

"Kenapa kita baru bertemu, kamu sudah mengajakku berdebat?" Gerutu Yumna.

"Ayo sini, duduklah. Kita habiskan waktu kita berdua, aku janji tidak akan mengajakmu berdebat lagi." Ucapnya sembari mengangkat kedua jarinya ke udara, meyakinkan Yumna bahwa dia tidak berbohong.

"Gitu doong." Yumna ikut duduk disamping Feza. Tapi niatnya terhenti ketika mendengar suara laki-laki itu menahannya.

"Eh tunggu," Ucap Feza.

Yumna mendengus, "Akh Za, nanggung nih, setengah lagi udah duduk."

Feza lagi-lagi terkekeh melihat gadisnya yang selalu mencebik ketika digoda olehnya, begitu menggemaskan wajahnya hingga laki-laki itu ingin selalu melakukan hal yang membuat Yumna kesal.

"Sudahlaah, ayo kita ke restoran saja. Kenapa disini? Mau makan apa disini?" Feza berdiri sekarang, mensejajari Yumna yang hanya sepundaknya.

Yumna melihat Feza adalah kelebihan yang tidak dimilikinya, ketenangan yang ada disaat kegelisahannya, bau tubuhnya menyalurkan energi yang menambah setiap tenaganya. Mungkin kah, jika dia benar-benar kelebihan yang dicari oleh kekurangannya? Jika dia telah melengkapinya menjadi satu kesatuan yang sempurna?

"Disini juga ada makanan kok." Elak Yumna.

"Apa? Mana?" Tanya Feza coba mengelak balik, dia mengedarkan pandangan, berusaha nyinyir Yumna yang sudah cemberut.

"Ada KOK. Tuh, makan angin." Jawab Yumna sembari melengos, dan berjalan menuju mobil milik Feza yang tidak jauh dari tempat mereka.

"Eh Yum, tunggu. Kita naik taksi saja." Ucap Feza yang coba mengejar Yumna, sedangkan gadis itu sudah masuk didalam mobil miliknya. Tertawa sombong, karena Feza tidak bisa mengejarnya.

Gadis itu tiba-tiba ingat lagi awal pertemuannya dengan Feza, mereka tidak sengaja bertemu disebuah lomba lari yang diadakan oleh tiap sekolah, dulu. Feza dan Yumna sama-sama menjadi peserta perwakilan dari sekolahnya masing-masing.
Yumna yang begitu optimis, melihat Feza dengan pandangan remeh, tapi naasnya diakhir pertandingan dia harus menahan malu, karena ternyata Feza lah yang malah mengalahkannya dari puluhan pelari, laki-laki itu lah yang menjadi juara 1 sedangkan Yumna harus mendapat urutan ke-2.
Tanpa diketahui oleh Yumna, Feza menjatuhkan hatinya langsung pada gadis itu. Dia mulai menyukai pandangan remeh yang dimiliki oleh Yumna, terkesan lucu menurutnya, bahkan saat kalah darinya, Yumna malah melengos ketika melewatinya. Setiap kejadian yang hanya terjadi dalam satu hari dan satu waktu itu, membuat Feza berantusias untuk mengenal Yumna, selain karena rasa penasaran, laki-laki itu juga ingin tau kekonyolan apa saja yang dimiliki oleh Yumna. Menarik.

Mimpi Diujung Senja (Kumpulan Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang