Kamu, yang kucintai

722 58 4
                                    

Apa kabar denganmu?
Kenapa rasanya kita semakin jauh, jarak tak membuatmu lebih lama ada untukku. Apakah memang jarak sebagai pelakunya atau kamu yang sengaja melakukannya?
Baiklah, sejauh ini sampai mana kita berbincang terakhir kali? Sampai mana kita tertawa bersama? Saling mengolok atau saling mendebat? Sampai mana? Apakah kamu melupakan hal-hal kecil yang menurutku begitu mengesankan itu? Bagaimana menurutmu?
Ku tau, cukup kamu yang mengerti bagaimana alur dipikiranku yang begitu absurd ini, meminta segala hal yang sebenarnya diluar nalar, dan tidak bisa diterima oleh siapapun, mungkin juga oleh kamu. Tapi sayangnya, kamu mengerti, dan aku cukup tersanjung. Terimakasih.
Segala persepsiku tentangmu berjalan secara tak terduga. Dulu, yang kusebut monster senja, membuatku hampir setiap melihatnya menjadi menggigil takut, lalu berubah secara perlahan saat kamu mulai mengutarakan untuk bisa menjadi teman. Lihat, bagaimana seorang monster senja mengajakku berteman? Sungguh, itu hal paling menarik dalam hidupku, bahkan aku masih ingat bagaimana pertama kalinya kita saling menyapa hingga berakhir pada kata teman. Kemudian, dengan cerobohnya aku membiarkan rasaku mengembang begitu cepat, seperti bakpao yang isinya melumer. Begitulah, setiap kali berhadapan denganmu, aku menjadi lumer tak terkendali. Lalu? Aku boleh merutuk diriku sendiri? Ketika semuanya sesuai dengan harapanku, aku malah mengajukan permintaan yang mungkin siapapun tidak akan bisa menerimanya, siapapun, terkecuali kamu. Sesakit apa hatimu? Tapi kamu mau memaafkanku, dan aku dengan bekal secuil keberanian, lagi-lagi memintamu menetap, tanpa tau bagaimana rasanya menjadi dirimu, tanpa menilik rasa sakit yang seharusnya aku sadari.
Seharusnya kamu bisa pergi, meninggalkan perempuan tidak tau malu sepertiku. Siapa aku? Sampai mengajukan banyak permintaan yang diluar nalar.
Bersama? Tanpa satu ikatan apapun? Apa itu bisa dibilang adil? Bodoh. Lagi, siapa aku? Seputri apakah aku? Sampai harus segala permintaan dituruti? Dan sepangeran apakah kamu? Sampai kamu bisa menuruti semua permintaanku.
Aku, sangat berterimakasih sekali atas semuanya, bagaimana cara kamu menjaga hatiku, menjaga komitmen yang coba kubuat denganmu, dan caramu menerimaku dengan segala permintaan.
Tapi, entah terhitung sejak kapan. Aku merasakan semuanya sedikit berubah, kamu yang biasanya mengucapkan segala selamat, hanya mengucapkan saat aku tegur. Kenapa? Ada apa denganmu? Bahkan berkali-kali, logikaku coba meracuni hati yang sedikit demi sedikit retak, segala persepsi lagi-lagi muncul dibenak.
Dengar, kamu monster senjaku. Kamu yang telah membuatku bersikap egois, kamu yang telah memanjakanku dengan segala permintaan yang coba kamu turuti. Maka jangan hentikan aku untuk bersikap egois juga. Meski kamu coba mendiamkanku, jangan berfikir aku akan membencimu, dan membiarkan logika nakalku menyentil hati. Sejak kapan aku peduli dengan logika? Bahkan aku menulis pun karena hati yang menyuruhku. Jadi, sekali lagi, jangan menghentikanku untuk terus mencintaimu.
Aku tidak bisa membuatmu terus menetap, karena memang aku bukan siapa-siapa yang bisa menyuruhmu lagi-lagi untuk menetap, cukup menyakitimu dengan segala permintaanku. Ini sudah keterlaluan, aku menghukummu atas kesalahanku. Aku mengurungmu dalam bentangan sajak sedih. Kamu harusnya bisa bahagia diluar, tapi kamu memilih bersedih disini, denganku. Kenapa? Aku sebenarnya masih begitu mengharapkanmu untuk tetap disini, aku ingin membahagiakanmu meski hanya secuil dari kesedihan, apa aku harus lagi meminta? Saat hatimu mulai memberontak untuk menjauh dariku?
Apa ini? Kenapa air bening ini tidak bisa jatuh secara perlahan? Apa aku terlihat egois? Dengan memintamu untuk tetap disini.
Kau, monster senjaku. Segala inspirasiku. Apa aku bisa tanpamu? Atau, apa aku bisa membiarkanmu disini dengan luka? Mengertilah. Satu yang pasti, meski kamu coba mendiamkanku, menjauh secara perlahan dariku, silahkan. Tapi, aku tidak lupa, aku masih mencintaimu.

Mimpi Diujung Senja (Kumpulan Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang