Chapter 4

732 57 6
                                    

♛♛♛

"Kyaa!" Tiba-tiba Saerin berteriak tatkala Hongbin menarik dirinya. Alhasil Saerin mendarat diperlukan Hongbin.

"Tunggu, kau tadi memanggilku apa? Binie Oppa? Wahh ternyata kau sudah menyiapkan panggilan sayang untukku," goda Hongbin.

"Aishh, lepaskan aku." Bukannya menjawab Saerin justru memberontak.

"Jawab dulu."

"Aishhh, lupakan."

"Baiklah kalau begitu aku tidak akan melepaskanmu."

Saerin menghela nafas. Ia berpikir kenapa Hongbin suka sekali menggodanya.

"Eoh, anggap saja itu panggilan sayang untukmu. Sudah lepaskan aku. Mandi sana! Kau bau," ucap Saerin sembari menutup hidungnya.

"Baiklah."

Chup~

"Yakk!" Saerin berteriak. Ia memegang pipinya. Sementara si pelaku yakni Hongbin hanya tersenyum melihat tingkah isterinya itu.

9 p.m

Dengan hati-hati Saerin menutup pintu kamar agar tidak menimbulkan suara. Ia melihat Hongbin sudah meringkuk di balik selimut dan tidur.

Saerin ikut membaringkan tubuh penatnya di atas ranjang. Mereka berdua tampak kelelahan karena serangkain prosesi pernikahan mereka hari ini.

Saerin menarik selimut yang ia kenakan bersama Hongbin. Oke, mereka tidur satu kamar dan satu ranjang. Mengingat bahwa apartemen Hongbin ini hanya memiliki satu kamar. Hongbin tidak keberatan dengan Saerin yang tidur di sebelahnya.

"Good night," gumam Saerin pelan sebelum akhirnya ia memejamkan matanya dan berlabuh ke alam mimpi.

Malam ini tidak terjadi apapun di antara Hongbin dan Saerin. Tidak ada yang terjadi seperti apa yang banyak orang pikirkan ketika malam pertama.

Hongbin P.o.V

Perlahan aku membuka mata. Kulirik jam weker yang ada di meja. Pukul 6 pagi. Aku mendudukkan diriku di ranjang . Sejenak kulirik space ranjang di sebelahku. Kosong. Aku hanya tersenyum. Pasti ia sudah bangun.

Aku membangkitkan tubuhku dan berlari ke kamar mandi untuk membasuh wajah. Setelahnya aku keluar dari kamar. Kulihat seorang yeoja tengah berkutat di dapur. Siapa lagi kalau bukan Saerin. Yeoja yang kini telah resmi menjadi isteriku.

"Pagi, kau mau minum apa? Teh, kopi, atau susu?" ucapnya menawarkan minuman untukku.

"Susu hangat," ucapku lalu menarik kursi makan.

"Baik, akan kusiapkan."

Aku duduk dengan mata yang memperhatikannya. Ia tampak begitu sigap menyiapkan sarapan pagi.

"Siap, segelas susu hangat penuh cinta dari Saerin siap dinikmati, " ucapnya sembari menyodorkanku segelas susu coklat hangat. Aku hanya tersenyum melihatnya. Sejak pertama kali bertemu dengannya, aku sangat menyukai karakternya yang ceria seperti anak kecil tanpa beban.

Saerin kembali berkutat dengan masakannya. Aku hanya duduk dan memperhatikannya. Aku berpikir sepertinya benar kata Taekwoon hyung bahwa orang tuaku tidak salah memilihkan pasangan untukku. Baiklah, aku dengan Saerin baru masa penjajakan untuk lebih tahu karakter masing-masing.

"Sudah siap," serunya setelah menjejer makanan di atas meja makan.

"Waktunya makan," serunya lagi. Benar-benar terlihat seperti anak kecil tanpa beban.

Kami mulai memakan sarapan kami. Aku memasukkan satu sendok makan ke dalam mulutku.

"Tidak enak ya?" tanyanya.

"Enak, kau pintar memasak.  Dari mana kau belajar memasak..?"

"Dari ibuku."

"Aku harus berterima kasih pada Eomma dan Appa karena telah memilihkan pasangan yang perhatian dan pintar memasak sepertimu," ucapku menyenangkan hatinya. Tampak sembuarat merah di wajahnya. Cantik. Kata itu yang kupikirkan sekarang. Entah kenapa aku suka sekali menggodanya dan melihat ia tersipu malu. Eumm, itu sebenarnya salah satu trikku yang mungkin akan berhasil untuk menumbuhkan bunga cinta di hati kami.

Kami melanjutkan sarapan. Selesai sarapan. Aku langsung melangkah ke kamar mandi untuk mengguyur tubuhku.

10 menit berlalu. Aku keluar dari kamar mandi dengan tanganku yang masih sibuk mengeringkan rambut. Aku melihat Saerin yang masih sibuk mencuci piring.

"Belum selesai?" ucapku.

"Belum, sedikit lagi," ucapnya sembari menoleh ke arahku. Namun, setelah menolehkan wajahnya ke arahku. Ia langsung buru-buru menutup wajahnya dengan tangan.

"Kenapa kau menutup wajahmu?" tanyaku bingung. Ia tidak menjawab.

Aku melihat diriku sendiri, mungkin ada yang aneh dengan diriku. Aku tersenyum, aku baru menyadari sesuatu. Aku tahu kenapa ia menutup wajahnya. Aku ingat bahwa aku keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang kulilitkan di tubuh bagian bawah sehingga akan akan terlihat betapa indahnya tubuhku. Apa lagi dengan absku yang mengagumkan ini. *Kong sombong :)

"Tidak perlu menutup wajahmu, kau boleh melihatnya,
" ucapku tersenyum lalu melenggang ke kamar. Mungkin jika aku bisa melihat wajahnya sekarang mungkin sudah seperti kepiting rebus.

***

"Mau apa kita hari ini?" tanya Saerin sembari duduk di sebelahku.

Aku berpikir sejenak. Sebenarnya aku juga belum ada rencana hari ini. Tapi, jika dipikir-pikir lagi jika hanya menghabiskan waktu di rumah itu akan sangat membosankan.

"Entahlah, aku juga belum ada rencana," ucapku lalu mengambil camilan di meja.

Sesaat kami hanya diam menikmati acara televisi. Aku melihat sesekali ia tertawa melihat acara komedi pagi di televisi.

"Saerin-ah," ucapku tiba-tiba.

"Wae?" tanyanya.

"Kau..."

"Aku? Aku kenapa..? "

"Apa kau tidak keberatan dengan semua ini?"

" Apa maksudmu?" ucapnya bingung. Aku menoleh dan menatapnya.

"Pernikahan kita."

Kulihat ia menundukkan kepalanya. Lalu mendongak dan menghela nafas.

Apa aku salah menanyakan hal ini padanya.

"Tidak, semua sudah terjadi. Kau sendiri juga tidak menolaknya. Jadi apa yang harus menjadi beban. Aku tahu beban kita adalah cinta. Kita belum punya cinta dan aku tahu itu. Rasanya memang berat."

Aku masih menunggu kalimat selanjutnya.

"Tapi, kumohon jangan tanyakan hal itu lagi. Aku hanya ingin kita dapat menjalaninya dengan baik. Tanpa memikirkan bahwa dipaksa, dijodohkan atau apa pun itu. Aku hanya ingin orang tua kita bahagia melihat kita. Tidak, bukan hanya mereka yang bahagia tapi kita juga bahagia," ucapnya sembari menatapku. Aku melihat bulir air mata jatuh dari pelupuk matanya.

"Maaf, jika aku egois. Aku hanya ingin bisa menjalaninya dengan baik. Satu lagi, tolong katakan padaku jika ada yang membuatmu tidak nyaman berada di dekatku. Aku akan mencoba untuk memperbaikinya. Sehingga kau bisa nyaman denganku," tungkasnya lalu beranjak menuju kamar.

Aku melihat ia menangis. Aku menyesal telah menanyakan hal itu pada Saerin dan membuatnya sedih. Namun, dibalik itu semua aku dapat melihat Saerin yang sangat berpikiran dewasa.

"Saerin-ah, maafkan aku."

♛♛♛

Lantas apa yang akan dilakukan Hongbin selanjutnya?

Ditunggu aja kelanjutannya..
Jangan lupa vomment .

Our Love [VIXX Hongbin FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang