...12...

99 11 2
                                    


[ALEX]
"panass... hhh..." nafasku terasa berat. Sejak dilepaskan ikatan ditubuhku, Jose mengiringku menuju mobilnya, tapi... badanku yang dipeluk Jose mulai panas. Aku tak tahu harus bagaimana, kepalaku pusing dan badanku terasa panas.

"Ada apa dengan wajahmu?" Aku bahkan tak bisa berpikir untuk menjawab pertanyaan Jose. Aku hanya menunduk dalam dan menggeleng pelan. Merasakan pusing dan panas tubuhku. Kurasakan Jose menyentuh dahiku, kini rasa panas itu bertambah di area Jose menyentuh.

"Ternyata mereka memberimu obat perangsang sebagai obat tidur sementara. Efeknya akan bekerja setelah kau bangun" jelas Jose panjang lebar, aku bahkan tak bisa mencerna apa maksudnya.

"Aa..ahnn.." Jo-jose memegang kemaluanku yang dibalut celana, tepatnya meremas. Ap-apa ini... aku ingin lebih, tapi ini sungguh memalukan. Bahkan doronganku pada Jose tak mempan sama sekali, sebegitu lemahnya kah aku?

"Ahkk... ahnn hnn ah... henn-hentik-an..." tiap sentuhan yang diberikannya membuatku bergetar.

[JOSE]

Wajah manis Alex kini berubah merah dan tatapannya tidak fokus. Beruntung atau sial? Beruntung karena aku sudah menyelamatkan Alex sebelum dia jatuh ke tangan Hugo dan sialnya Alex sudah diberi obat seperti ini.

Sedikit senang melihat Alex yang tak berdaya ditanganku, meski biasanya memang dia tidak mampu membantahku. Ternyata pengalamanku sangat sedikit, aku selalu merasa bisa melindungi diriku sendiri dari ancaman dan bahaya, aku bisa membunuh semua orang yang menghalangi jalanku. Tapi ternyata orang yang kusukai tak mampu berkutik saat musuh datang.

"Panass.. shh.." bibir mungil Alex mengerang pelan, namun aku masih mampu mendengarnya. Ia beberapa kali mengerang seperti itu. Kucoba mengecek gundukan dibalik celananya.

"Aa.. ahnn.." gawat, kalau seperti ini aku bisa keterusan dan takkan berhenti karena desahannya.

"Ahh.. henn-hentikan... aa-aneh rasanya.. yang kurasakan.. tuan.. Jose.." Alex menatapku penuh mohon dengan wajah merah dan mata sayunya. Bibir merahnya membuatku langsung melahapnya sampai habis. Maksudku kehabisan nafas -_-

"Mmnhh ah.. mmm..." Alex yang tidak berdaya hanya mampu mengikuti gerakan lidahku di dalam mulutnya. Sesekali terdengar decakan air liur dari ciuman kami. Aku yakin, Alex tak mampu menolak mautnya ciumanku. Gadis prostitusi yang biasanya kusewa saja selalu bilang paling suka dengan ciumanku dan ukuran batangku yang besar.

Aku menciumnya lalu tangan kananku tetap meremas junior Alex di balik celananya. Alex hanya meremas lemah kemejaku.

"B-bos. Kita sudah sampai" Matthew mengganggu kegiatanku! Tak lama ia membukakan pintu mobil dan aku segera menggendong Alex ala bridal style menuju kamarku.

"Kalian beristirahatlah dengan baik" ujarku pada Matthew. Ia mengangguk dan aku segera naik ke lantai 2.

"Aa..aku.. haauss..sshhh ahh..."

Meletakkan Alex sedikit membanting dan aku segera menindihnya diatas kasurku. Aku meminum gelas berisi air putih di rak mejaku dan menyalurkan pada Alex melalui mulut, air yang mengalir dari sudut bibir Alex, kubersihkan dengan lidahku dan kembali melumat bibir merah milik Alex. Sadar kalau Alex kekurangan oksigen, aku menarik bibirku dan mengambil kesempatan itu untuk melepas kaos yang dikenakan Alex.

Wajah Alex masih merah, namun ia tidak meraung kepanasan seperti tadi. Hanya mendesah ke enakkan.

"Ahh..! hhmmm khh" aku menjilat dan menggigit pelan putingnya dan memainkan sebelah yang lain. Begitu terus bergantian. Puting kecil Alex dengan mudahnya timbul dan mengeras. Semua ini terlalu indah untuk dilihat saja. Aku menggigit dadanya di area puting dan menghisap kuat-kuat.

"Aaaaarkkk.... ahhhhh" Alex menjerit tapi badannya hanya menggeliat tak berdaya. Membekaslah teeth mark ku disana. Aku menarik lepas celana dengan boxernya, junior Alex sudah basah disana dan masih berdiri tegak, meski tak sebesar milikku.

Kugenggam perlahan junior miliknya, setiap gerakanku, erangan keluar dari mulut Jose. Hingga aku kembali menciumnya, menarik lidahnya dan mengajaknya beradu denganku, air liur mulai menetes dari sudut bibirnya. Kocokan tanganku masih sama, lambat tapi pasti.

"Che..cep...at... hhhmmnn aaahh.." airmata Alex kembali mengalir karena merasakan kenikmatan surgawi seperti ini, nafasnya pun juga cepat. Tak lama kurasakan, junior Alex berkedut dan memuntahkan spermanya di tanganku. Kujilat warna putih ditanganku dan Alex hanya menatapku kosong tak lama ia pun tertidur.

Sebagai orang yang berbaik hati, aku membersihkan cipratan sperma di tubuhnya dengan handuk hangat. Lalu menutupi Alex dengan selimut. Membawa bajunya dan memberikan pada maid ku.

Betapa mulia perilaku sebagai pria yang suka akan darah...

[JEREMY]

Kemana perginya Alex?! Padahal aku ingin mengajaknya makan malam, ponselnya pun juga tidak bisa. Eh? Bodoh! Jeremy bodoh! Eh?! Alex tidak punya ponsel, kan? Bagaimana bisa aku baru menyadari?

Beberapa jam lagi jam kerja. Aku tak bisa konsentrasi pada mata kuliah sekarang. Aku teringat saat Alex bertemu dengan salah satu pelanggan dan Alex berwajah pucat. Apa hubungan mereka? Kenal dimana?

Berbagai pertanyaan berputar dikepalaku. Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku.

"Hey Jeremy, apa kau senggang setelah ini? Bisa kau temani aku mencari makan siang?" ujar seorang wanita yang aku kenal bernama Jeanne. Salah satu primadona di kampus ini.

Kulihat di jam tanganku masih kurang 2 jam sebelum restoran dibuka. Lebih baik aku istirahat saja di apartemen.

"Maaf, ak...", "oh ayolah Jeremy, hanya makan siang, aku jamin tidak lama kok. Kalau kau mau kita bisa makan di fastfood dekat kampus. Bagaimana?"

Dasar wanita, beraninya memotong kata-kataku. Kalau kutolak pasti dia akan merengek sampai aku dan Alex memiliki anak (?)

"hmmm... baiklah jika kau memaksa" Jeanne bersorak senang dan langsung merangkul lenganku sehingga menyentuh dada besar miliknya. Aku bahkan langsung membayangkan kalau yang merangkul adalah Alex. Haahh..

"Ada masalah apa Jer? Dari tadi kamu menghela nafas terus" tanya Jeanne, kami sudah sampai di restoran cepat saji yang dimaksud. Aku hanya tersenyum dan menggeleng.

Saat kami makan, wanita ini bercerita panjang lebar tentang keluarganya yang kaya, dan intinya menyombongkan diri kalau ia anak orang kaya. Aku mulai bosan. Selesai kami makan, Jeanne dijemput ayahnya dengan mobil BMW hitam seri terbaru.

Menurunkan kaca mobil dan aku membungkuk, memperkenalkan diriku sebagai teman Jeanne. Ayahnya tersenyum dan segera pergi. Kembali aku memasuki mobilku dan berangkat menuju restoran.

"Bisakah kalian melakukannya ditempat lebih tersembunyi?" Ketika aku memasuki loker untuk ganti baju, aku melihat Bobby temanku sesama waiter dan pamanku sedang bermesraan. Bobby yang biasanya ketus ternyata bisa diluluhkan oleh paman Frank. Hebat sekali.....

"Kalau bukan pamanmu yang mesum, aku tidak akan melakukannya!" Bobby menyingkirkan tangan paman Frank yang menghalangi gerakan Bobby. Bobby melewatiku dengan wajah ditekuk dan kulihat telinganya memerah. Setelah itu kulihat Bobby meninggalkan ruang ganti.

"Dasar paman ini tidak bosan-bosannya dengan anak kecil. Coba kalau bibi tidak menceraikan paman pasti sampai sekarang ia akan marah-marah tidak jelas karena kelakuan paman." Ujarku. Kulihat pamanku tertawa.

"yahh begitulah Jer, namanya juga cinta, sebenarnya pamanmu masih cinta dengan bibimu, tapi dia sudah meninggalkan pamanmu yang tampan ini duluan. Mau bagaimana lagi"

"Tapi paman dengan Bobby serius kan?" Aku melepaskan pakaianku dan mulai berganti.

"yeah, seperti yang kau lihat, daya pesona nya yang tidak bisa kuhindari dan sifatnya yang bisa luluh saat denganku. Bisa dibilang aku mencintainya" ujar paman lalu keluar dari loker, kudengan Bobby berteriak. Rupannya ia menguping dan ketahuan oleh paman. Dasar.. hehehe...

Makasih pada para pembaca setia~
jangan lupa Vote dan komen~

Him And Mine (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang