9. Jangan Tanya Kenapa

71.6K 5.6K 237
                                    

Ada kalanya mengapa dan bagaimana itu tidak relevan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada kalanya mengapa dan bagaimana itu tidak relevan.
♡♡♡


Empat puluh dua menit.

Sudah selama itulah Juna dan Kirana berdiam-diaman di dalam mobil. Cewek itu dari tadi belum mengangkat suara sedikitpun sejak Juna menemukannya di halte bus sendirian.

     Beberapa kali Juna mencoba untuk membuka percakapan, tetapi dia mengurungkan niatnya karena Kirana kerap memalingkan wajahnya ke jendela di samping, atau kalau tidak dia akan menutup matanya.

Kali ini, cewek itu menunduk dan melekatkan pandangannya pada kedua kakinya yang dia ayun-ayunkan.

     Mereka terjebak macet. Di depan sepertinya terjadi kecelakaan karena banyak polisi dan massa yang berkumpul di samping jalan.

     Perlu paling tidak sejam lagi untuk lepas dari area itu, dan suasana di dalam mobil saat ini sungguh-sungguh tidak mendukung.

     Juna resah. Dia tahu Kirana sengaja diam. Cewek itu menjaga jarak, lagi.

Semua usahanya sejak kemarin jadi hilang begitu saja. Dirinya seolah-olah terlempar nun jauh ke belakang.

     Hari ini Rasita berbicara lagi dengannya. Cewek itu bersikap seakan percakapan di perpus itu tidak pernah terjadi. Juna sudah mengenal Rasita cukup lama, dia sudah tahu bahwa akan seperti ini ujungnya.

     Susah payah dia melepaskan diri dari cewek itu tadi sepulang sekolah. Tidak tahu kenapa, Rasita sangat lekat hari ini. Padahal, sudah lama dia tidak sebegitunya.

     "Juna."

     "Iya?" Dia tersentak mendengar Kirana memanggilnya.

     "Jalan tuh."

     "Oh..."

     Juna tidak memperhatikan bahwa kini mobil di depannya sudah bergerak karena dia tenggelam dalam pikirannya.

     Hanya itulah yang dikatakan Kirana sepangjang perjalanan. Juna sendiri akhirnya juga diam saja karena dia tidak tahu harus berkata apa. Situasinya dengan Rasita ini benar-benar menyulitkan.

     "Makasih." Kirana melepas sabuk pengamannya. Dia kemudian tersenyum kecil lalu keluar.

Juna di dalam mobil menghela nafas panjang. Satu lagi kesempatan terbuang sia-sia.

Seharusnya tidak seperti ini.

Dia melihat Kirana sudah membuka pintu pagarnya, tetapi cewek itu tidak melangkah masuk. Dia memutar balik dan menghampiri mobil Juna.

"Kenapa?" Juna menurunkan kaca sampingnya, mengikuti isyarat Kirana yang kini membungkuk untuk menyamakan level pandang mereka.

Cinta Sejuta RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang