31. Tulus Seperti Merpati

37.5K 2.6K 446
                                    

Mundur bukan berarti kalah, maju bukan berarti menang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mundur bukan berarti kalah, maju bukan berarti menang.
♡♡♡

     Suara konstan ketukan pintu bilik toilet yang sedang dia tempati berikut ocehan Jelita di belahan dunia seberang membuat pening di kepala Kirana semakin terasa.

     "Ngapain sih ngikutin gue ke sini? Dah gue bilang kan gue sendiri aja," tuturnya dengan jengah pada Jelita begitu dia membuka pintu. Temannya itu menyelonong masuk ke bilik yang sesak itu.

     "Lah, kok lo jadi nyolot nya ke gue? Lagi diperhatiin juga... gue kan khawatir lo kenapa-napa, kalo lo tiba-tiba linglung trus dibawa ma setan toilet ke alamnya gimana?" balas Jelita tidak terima.

     Kirana mendecak. Dia kemudian berjalan menuju ke area wastafel dan menyalakan keran. Dengan kedua telapak tangannya, dia menadahi air yang mengalir dan  membasuh wajahnya beberapa kali. "Gue nggak apa-apa. Lo balik aja dulu... kalo lo di sini gue nggak tenang."

     "Ya makanya ayo balik... lagian kok ini jadi lo sih yang sembunyi? Lo kenapa jadi yang ngalah gini, yang pacarnya Juna itu siapa? Ga kebalik apa? Harusnya tuh ya lo yang usir Sita, bukannya malah cabut terus biarin dia seenak jidatnya aja," cerocos Jelita.

     "Terus maksud lo gue harus jadi kambing congek di sana gitu!" Kirana kemudian menundukkan kepalanya dan kembali mengunci mulutnya karena perasaannya yang sedang kacau saat ini berakibat pada lidahnya yang kurang cermat dalam mengidentifikasi sasaran.

     Sudah beberapa hari ini Rasita bergabung dengan grup mereka di tiap kesempatan senggang yang ada. Cewek itu entah bagaimana kembali menyelipkan diri di tengah-tengah mereka dan kian hari kehadirannya semakin tidak terbantahkan, seolah-olah dia adalah sang anggota keenam.

     Kirana menyesal mengikuti permintaan Juna waktu itu untuk kembali ke kelas terlebih dahulu, karena membiarkan mereka berbicara berdua saja terbukti tidak berujung baik bagi dirinya. Entah apa saja yang mereka perbincangkan, tetapi yang pasti, sejak hari itu Juna dan Rasita tidak lagi bersikap kaku akan satu sama lain dan perubahan itu memakan hatinya.

     Meskipun kedekatan mereka kini lebih mengarah layaknya dua orang sahabat karib sehidup semati yang telah memakan asam garam kehidupan bersama dari cara mereka berinteraksi satu sama lain, tetap saja, di matanya hal itu terlihat seperti pengkhianatan dan Kirana tidak tahu, apa yang harus dia perbuat akan perasaannya ini.

     "Apa yang lo dapet dengan kabur ke toilet sedangkan Juna ma Sita lagi haha hihi bareng? Cuman gosip kalo lo tuh emang selingkuhannya," tukas Jelita menusuk.

     Kabar itu memang sudah lama terngiang di telinganya, dan biasanya, dia tidak akan peduli sedikitpun dan bahkan dengan tawa menanggapinya. Tetapi tidak dengan saat ini, saat ini lidahnya terasa kelu dan jika saja dia tidak sedang di sekolah, Kirana mungkin akan menjeritkan kefrustasiannya sejadi-jadinya.

Cinta Sejuta RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang