39. Belenggu Kartu Ratu

42K 2.7K 392
                                    

Pada dasarnya, berbicara akan selalu lebih mudah daripada melakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada dasarnya, berbicara akan selalu lebih mudah daripada melakukan.
♡♡♡



Sudah lama Juna tidak menapakkan kakinya di ruko bertingkat dua dengan neonbox bertuliskan Trinity yang menggantung di depannya. Kira-kira ada sekitar satu tahun sejak terakhir dia duduk di dalam salah satu bilik berisi komputer dengan layar dan CPU berkapasitas tinggi untuk permainan game online yang marak di kalangan remaja seumurannya.

     Jujur, warung internet ini tidak ada di pikirannya sewaktu dia membawa mobilnya keluar dari garasi tadi.

Tempat ini sangat asing bagi Juna, dia bahkan hampir menyasar tadi lantaran sudah lupa di mana letak persis lokasinya. Ketertarikannya terhadap dunia game online berhenti ketika matanya terus menerus berkedut setelah satu kali dia bersama teman-teman sekelasnya di kelas X dulu bermain selama 18 jam tanpa berhenti.

"Oi, Jar..." Setelah menyusuri ruangan dan menengok ke sana kemari, akhirnya dia menemukan juga orang yang dicarinya.

"Eh, lo Jun?" Fajar melepaskan headset yang dia pakai. Mantan teman sekelasnya yang juga adalah adik dari Farid itu merupakan langganan tetap kedai game online ini. "Tumben ke sini? Ada apa?"

     Juna mengangkat bahu. "Ada account spare nggak?"

     "Oh... ada sih. Lo mau main emang?" Fajar melirik ke hp nya di atas meja yang sedang berkedip-kedip. Dia mendapatkan sebuah panggilan masuk.

     "Iya, gue lupa punya gue dulu... kayaknya juga udah nggak aktif sih."

     "Bentar." Cowok itu lantas menekan tombol hijau dan menempelkan hp nya ke telinga sementara dia menunggu di sampingnya. "Eh, lo pake punya gue aja," tuturnya setelah dia menyudahi pangilannya.

     "Hah? Beneran?" Tanyanya kaget karena cowok itu merupakan pemain tingkat dewa di sekolah dan menyerahkan account padanya yang bahkan lebih rendah dari seorang noobie sama saja dengan merusak nama sendiri.

     "Iya lah, nih terusin aja." Fajar tersenyum kecil.

     Dia mengernyit tidak yakin.

     "Gue pergi dulu ya," kata cowok itu kemudian sambil mengambil kunci dan jaket dari kursi.

     "Eh Jar, Jar... tapi gue karatan ini... kalo ntar habis gimana?"

     "Gampang balikinnya, tenang aja."

     "Lah, yakin apa lo?" Tutur Juna masih ragu walau Fajar sudah menyerahkan headset kepadanya. Selama bertahun-tahun dia mengenal Fajar, baru sekali ini dia melihat temannya itu tidak begitu peduli pada permainan yang menjadi identitasnya di SMA Bina Bangsa.

     "Iya, udah ya... gue mesti per-"

     Kemunculan pengunjung baru di ambang pintu memotong percakapan mereka. Seorang cewek dengan wajah familiar yang Juna kenali sebagai salah satu teman seangkatannya di sekolah, yang kadang dia sapa karena cewek itu sempat memiliki hubungan lebih dengan salah satu temannya.

Cinta Sejuta RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang