38. Senjata Makan Tuan

35.1K 2.5K 346
                                    

Kehilangan itu bukan soal jarak, melainkan sikap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kehilangan itu bukan soal jarak, melainkan sikap.
♡♡♡

"Ma, kemarin Juna pulang pagi!"

Seruan dari Kak Pandu di kala dirinya baru saja menapakkan kaki di ruang makan membuat jiwanya yang tadi masih belum terkumpul seketika hadir.

"Bener itu Juna?" Tanya Mama dengan mata melebar dan pandangan tajam.

"Iya, Ma..."

Kalau saja Juna tidak ingat bahwa dia adalah anak bungsu di keluarga ini, sudah pasti Kak Pandu tidak akan bisa tertawa-tawa seperti sekarang.

"Duh, gimana sih kamu ini... Mama kan jadi nggak enak sama Bu Hesti kalo gini. Kemarin kamu ketemu kan sama mereka? Dah bilang maaf nggak?"

"Ngg... mereka dah tidur sih pas Juna anter Kirana," jawabnya berkelit.

"Ya ampun! Jangan bilang kamu mulangin anak gadis pagi-pagi trus kabur gitu aja? Mesti ditaruh di mana muka Mama sekarang!" Mama mendecak. "Kamu nggak ngapa-ngapain anaknya Pak Atmadja kan?"

"Yaelah Ma, nggak! Kita cuman nonton trus pergi makan doang, itu pun rame-rame ma yang lain." Juna menendang kaki Kak Pandu dan mereka jadi menciptakan kegaduhan di meja makan.

"Makanya, Ma... ini anak perlu diceramahin lebih lanjut soal bahayanya pergaulan yang terlalu bebas biar nggak salah langkah gitu, SMA belum kelar aja dah berani pulang pagi... jadi ngga yakin kan dia ngapain aja kalo di sekolah..."

"Apaan dah lo ini!" Dia memelototi Kak Pandu. "Jangan percaya Ma, Juna nggak ngapa-ngapain kok beneran!"

"Udah, dia aja yang anter Mama pergi ya, biar sekalian kasih hidayah supaya nggak khilaf ma anak orang." Kak Pandu menampilkan senyum yang memuakkan. "Lagian perutku juga mules nih Ma."

"Halah, alasan aja lo!" Serunya tidak terima. "Ma, Kak Pandu emang udah niatan mangkir nih!"

"Udah, udah, jangan ribut.... Juna, kamu siap-siap sekarang, makan dulu trus mandi," kata Mama kemudian dengan nada final.

"Lah, nggak sama Papa aja Ma? Juna masih ngantuk ini," kilahnya sambil berlagak mengusap mata.

"Salah sendiri pulang pagi... dah sana cepetan," sahut Kak Pandu mengompori.

Juna menghela nafas. Dia yang sebenarnya ingin mendekam di rumah saja lantaran mood nya sedang hancur lebur oleh karena perselisihannya dengan Kirana semalam terpaksa harus melawan rasa malasnya dan menjalankan tanggung jawab yang semestinya diemban oleh kakak laki-lakinya itu minggu ini.

Perjalanan menuju ke supermarket di dekat kompleks perumahan mereka kemudian diwarnai oleh perbincangan satu arah tentang gaya berpacaran yang membuatnya meringis hingga gigi depannya terasa kering. Untung saja dirinya tidak perlu berlama-lama terjebak dalam situasi canggung itu karena lokasi tujuan mereka tidak begitu jauh.

Cinta Sejuta RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang