3- arsen dirnata

9.5K 466 16
                                    


PERHATIAN!

Typo bertebaran 😁

*****

Pov Laseila laurant

Aku terduduk di meja makan yang kosong, menggigit apel yang sudah menjadi incaranku sejak kemarin. Kini rasa asam dan manis memenuhi mulutku, membuatku memejamkan mata menikmati setiap rasanya.

Hari ini aku hanya meluangkan waktu untuk berdiam dirumah dan menunggu lala datang kerumah. Tidak ada jadwal kuliah? Sepertinya waktu yang pas untuk sedikit bercerita padanya. Lala adalah teman SMA ku sudah hampir 2 tahun kami bersahabat, walaupun kami jarang sekali untuk bertemu namun pasti saat ada kesempatan yang pas aku dan dea mengatur jadwal.

Tok.. Tok..

Pasti Dea! Aku segera berlari menuju pintu depan dan membukanya "welcome  laaaa..." aku terkejut ternyata bukan dea dibalik pintu ini.

"Hai! Mantan.." arsen melambaikan tangannya lalu  memelukku erat, ooh astaga ada ia tiba tiba datang kemari tanpa memberi tahu aku? Biasanya juga selalu mengatur jadwal lebih dulu.

"Arsen? Kenapa gak bilang?" aku menariknya masuk dan mempersilakannya duduk. Arsen juga termasuk sahabatku yang paling the best! Dia juga terhitung mantan pertamaku. Dia cinta pertamaku tapi dia bukan cinta terakhirku.

"Aku dengar kau akan segera menikah?" tanyanya, bagaimana ia tau? Aku bahkan tak bercerita pada siapapun untukku yang bilang!" ooh astaga mami, sebenarnya siapa yang bersahabat dengan arsen aku atau mami? Kenapa malah mami yang sering bercerita lebih dulu pada arsen?

Aku memasang wajah sedihku, mengerutkan alisku. "Aku tak ingin menikah seeen" rengekku padanya. Menguncang guncangkan tangannya berulang ulang. Berharap ia bisa mengubah keputusan papi

" aku bukan papi yang bisa merubah segalanya. Lagian mami bilang kalo aku harus semangatin kamu" ujarnya sambil mencubit hidungku gemas hingga aku sulit bernafas. Aku menarik tangannya di hidungku yang sudah memerah karna ulahnya.

"Semangat sei semangat sei semangat seii yeeee"kini dia terlihat seperti pemandu sorak pertandingan. Aku tertawa karna ulahnya, oh arsen selalu begini.

Aku menyandarkan kepalaku pada bahu arsen tanganya melingkar di pinggangku. Kami seperti berpacaran bukan? Tapi sayangnya kami hanyalah mantan yang bersahabat saja.

"Sei, mantan kamu aus nih" aku menjauh dari bahunya menatapnya dengan tatapan selidik.

"Biasanya juga ambil sendiri! Ambil gih" perintahku sambil mendorong bahunya agar ia bangkit dan mengambil minum "yang sekalian ambilin jus di kulkas" teriakku saat ia telah berjalan menuju dapur.

Kalian harus mengetahui bila arsen yang menjadi sahabatku dan arsen yang dulu menjadi pacarku itu sungguh berbeda. Dulu saja ia mengungkapkan perasaannya di lapangan sekolah saat banyak orang, namun saat pacaran hanya berdiaman wajar saja karna aku juga merasa canggung dulu.

Namun kali ini aku dan arsen lebih dekat saat kita bersahabat, seorang semacam arsen lebih menyenangkan dijadikan seorang sahabat bagiku. Dia terlalu baik, dan lembut terlalu sempurna dimataku.

Aku tersenyum saat melihat arsen membawa jus yang kupesan dan kembali duduk disampingku. "Terimaka...." belum sempat aku selesai berucap dan meraih gelas yang ia bawa. Arsen langsung meminumnya hingga setengah dari gelas itu telah diteguknya.

Married With Mr. GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang