Peringatan!!!!
Typo berceceran****
Pov laseiEntahlah terasa aneh dengan sikap syam akhir akhir ini. Kurasa ia mencoba untuk berubah atau mungkin mencoba menyusun rencana barunya. Entahlah. Hanya tuhan dan dirinya yang tau, aku hanya perlu waspada. Ia mulai bermain dengan persaan dan aku mulai takut.
Syam? Astaga dia benar benar membuatku gila. Aku terjebak dalam hidupnya yang rumit. Sebenarnya tak begitu rumit sih, tapi aku masih belum terima dengan dirinya yang ternyata seorang gay.
Minggu minggu ini aku sering menginap di rumahnya kakek. Bertemu keluarga syam setiap harinya dan tentunya steffan. Kakek selalu memaksa untuk menginap dirumahnya setiap jadwal kuliahku kosong. Bagaimana ia tau setiap jadwal kuliahku? Dasar keluarga stalker!!
Aku berdiri didepan taman yang terlihat luas. Ayunan, patung angsa, air mancur menjadi objek penglihatanku. Ini kesekian kalinya aku menginap di rumah kakek di minggu ini.
Lalu untuk apa kakek membelikan kami penthouse jika tetap saja dia mengharusnya kami menginap di rumahnya?
"Sei?" aku terkejut merasakan tepukan seseorang. Aku menoleh dan mendapati steffan yang sudah tersenyum dan berdiri disebelahku. Ikut mamandangi taman rumahnya.
"Kau tau sei? Syam terlihat agak berubah saat ini. Apa yang kau lakukan padanya?" ucapnya dengan diiringi tawa kecilnya. Bahkan steffan pun satu pemikiran denganku. Aku mengangkat bahuku.
"Entahlah. Bahkan aku belum memahami dirinya hingga saat ini. Aku belum mengenalnya dengan baik" keluhku. Jujur saja canggung rasanya bicara dengan steffan, padahal dia adalah sahabatku. Dulu. Semuanya terasa beda, dan aku tak suka itu. Aku tak suka jika suasana berbeda dan membuatku gelisah tak jelas, seperti sekarang ini. Itu menjadianku bukan diriku, aku jadi sering melamun, jarang tersenyum, banyak memikirkan sesuatu. Itu bukanlah diriku yang sebenarnya.
"Aku masih terus jatuh cinta padamu sei" serunya, aku hanya tersenyum. Tentunya kata kata tak membuatku terkejut, steffan selalu berkata 'aku terus jatuh cinta padamu sei' tanpa henti saat itu. Dan sekarang ia menggungkapnya lagi
" Ya, aku tau" ucapku sambil terkekeh
"Kau tak pernah tau rasanya sei" aku kembali tertawa kecil mendengar itu. Ya , kau benar stef.
"Ya,kau benar. Sangat benar tuan steffan " jawabku. Dan saat itu hening. Kami saling memikirkan tentang sebuah perasaan yang dulu.
"Aku berharap kau secepatnya kau jatuh cinta pada syam" ia mulai merangkulku dan terkekeh setelah ia berbicara.
"Ooh tidak tidak terimakasih. Aku tak mau jatuh cinta padanya" tungkasku cepat. Yang benar saja ia bicara ?!
"Bagaimanapun takdir akan menentukan semuanya. Menurut ku suasana hati syam sedang baik, lebih baik kau bicara dengannya. Tentang, perasaannya yang salah. Mungkin sedikit mempengaruhinya tak masalah." ucapnya, aku terdiam memikirkan sesuatu tentang masukan dari steffan. Entahlah aku tak berpikir tentang merubah syam, aku hanya berpikir bagaimana cara terlepas dari syam namun aku tidak menjadi janda?
Merubah syam? Membuatnya normal? Dan menjadi keluarga yang bahagia seperti keluarga syam mau? Mungkin menyenangkan, tapi itu akan sulit. Astaga!! Berapa usia saat ini? Mengapa aku berpikir layaknya orang tua yang berpikir tentang keluarga. Astagaa!!
****
Seharusnya si pria gay itu sudah menjemput ku satu jam yang lalu. Tapi entah kemana pria tak tau malu itu berada sekarang. Aku sudah seperti ikan asinan yang dijemur dibawah sinar matahari. Bagaimana dia tega telat menjemput ku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Mr. Gay
Romance(PERINGATAN!! typo menyebar luas. Pengeditan nyapun kurang sempurna jadi harap maklum saat membacanya ) "Kau hanya belum mengerti apa arti mencintai syam, kau tak mencintai arsen, syammi. Kau hanya salah mengerti akan perasaanmu itu"--- Lasei La La...