Khayalan Tingkat Delapan

549 8 0
                                    

Akhirnya setelah saya bersemedi sekian lama, saya akan melanjutkan cerita ini. Walau saya akan melakukannya dengan perlahan. Namun satu hal saya akan tetap berusaha untuk menyelesaikan cerita ini hingga usai..

Maafkan saya jika teman-teman sudah menunggu sekian lama ya.. berasa ada yang nungguin aja..hehehe..

oh iya sekedar info, part selanjutnya akan ada seseorang yang muncul... ihihihi.. 

Khayalan tingkat delapan

Kevin mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi kembali ke kota. Ia tak mempedulikan keadaan jalanan yang masih cukup padat saat ini, klakson-klakson yang berbunyi menandakan kekesalan dari beberapa pengemudi mobil di sampingnya tak ia gubris. Wajahnya terlihat kusut. Hanya dalam waktu dua puluh menit, ia sudah sampai di kota. Ia memasuki sebuah coffee shop yang berada di tengah kota dan memesan espresso. Ia masih membayangkan apa yang tadi ia lihat di depan rumah mungil itu. 

Hal tersebut tampak berbeda dengan Dennis yang mengemudikan mobilnya dengan santai dan menikmati perjalanan menuju apartemennya. Senyuman tersungging dengan manis di bibirnya, terlihat sekali jika ia sedang gembira. Ia menyukai keadaan dimana ia akhirnya tak perlu bersembunyi di perpustakaan lagi hanya untuk melihat wajah manis dari Ara. Sekarang hampir setiap hari dia bisa melihat dan menikmatinya.

Di tengah perjalanan menuju apartemennya, handphone milik Dennis berbunyi nyaring. Dennis meraih dan mengangkatnya tanpa melihat siapa yang meneleponnya. Ia meminggirkan mobil sebentar untuk bercakap-cakap dengan orang yang sudah meneleponnya.

“Halo.”

“Kau dimana?” suara berat membalas sapaannya.

“Kevin? Are you alright?”

“Yeah. Temani aku ke club, bisakah?”

Dennis tersenyum semakin lebar ketika mendengar jawaban dari Kevin hingga tak menyadari nada ucapan dari Kevin.

“Okay, we meet at K club at 8 o’clock,” jawab Dennis.

Klik, bunyi telepon di tutup tanda Kevin sudah mematikan sambungannya tanpa mengatakan balasan untuk apa yang dikatakan Dennis membuat Dennis mengernyitkan keningnya. Akan tetapi Dennis tidak mengacuhkannya dan melanjutkan perjalanannya pulang.

Sesampainya di apartemen pukul tujuh lebih sedikit, Dennis segera menyegarkan tubuhnya dengan mandi dan berganti pakaian serta bersiap menuju K club, salah satu club elit yang berada di kotanya.

***

Kevin masih terduduk di kursi cafe sambil menundukkan kepalanya setelah mematikan teleponnya. Ia mengusap wajahnya, berusaha mengusir pikiran yang ada di kepalanya yang sudah menguasainya selama beberapa waktu ini.

“Pak Kevin!!” seru seseorang membuat Kevin menenggakkan kepalanya lagi untuk melihat siapa yang memanggilnya, seorang gadis nampak berjalan menghampirinya yang duduk di kursi pojok dari cafe.

“Erika? Apa yang kau lakukan disini?” Kevin mengerutkan keningnya mendapati salah satu stafnya di perusahaan tempatnya bekerja dulu.

“Saya menikmati minum kopi sepulang kerja pak. Bapak sendiri?”

“Aku juga sedang menikmati kopi sore hari,” jawab Kevin sambil memaksakan sebuah senyuman.

“Ehm boleh kah saya duduk disini pak?” Erika bertanya menunjuk kursi yang berada di depan Kevin. Kevin menjawab dengan menganggukkan kepala.

“Bagaimana kantor?”

“Yah hanya seperti itu-itu saja sih pak. Ngomong-ngomong bapak mengundurkan diri dari kantor?”

suami khayalan (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang