Khayalan Tingkat Sembilan

493 12 4
                                    

Seorang wanita berjalan dengan anggun memasuki gedung perkantoran itu. Semua mata menatapnya penuh dengan kekaguman, bahkan beberapa mengangakan mulutnya. Wanita itu mungkin sudah berusia paruh baya, akan tetapi garis-garis kecantikan tidak memudar bahkan semakin menguat.

Cantik, anggun serta seksi adalah hal yang menjadi makanan sehari-harinya dan tentu saja tak ada yang memungkirinya. Gracia Miranda adalah seorang model internasional yang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya di catwalk maupun penampilannya.

"Hi baby," sapa Gracia pada seorang pria yang duduk di belakang meja kayu berwarna coklat tua. Pria itu hanya tersenyum tipis pada Gracia, tak terpesona sedikit pun pada wanita yang sekarang duduk di hadapannya dengan menyilangkan kakinya.

"What do you want from me?" tanya pria itu kembali memusatkan perhatiannya pada kertas-kertas yang tersebar di mejanya.

Wanita itu tersenyum melihat kebiasaan dari pria itu tidak berubah walau ia tak pernah bertemu dengannya beberapa bulan ini. Gracia pun berjalan mengitari meja kayu itu dan memposisikan dirinya di pangkuan pria yang dinikahinya hampir sepuluh tahun.

"Kebiasaanmu memang tak pernah berubah ya Simon. Mungkin hal ini yang membuat Patricia mati dengan cepat, karena wanita malang itu selalu kau acuhkan." Gracia mengelus dagu pria itu perlahan.

"Sudahlah tak usah kau bahas mengenai hal itu," sergah Simon menepis tangan Gracia. Gracia tersenyum sinis akan ucapan dan kelakuan Simon. "Untuk apa kau kemari?"

"Aku sangat amat yakin kau sudah mengetahuinya Sy baby. Namun memang lebih baik aku katakan dengan jelas, mengapa kau menyingkirkan Kevin dari posisinya sebagai GM?" Gracia menatap wajah pria yang sangat dekat dengannya dengan tajam.

"Oh mengenai hal itu, sebenarnya aku sudah menawarkan kursi direksi untuknya, tapi anak tersayangmu Kev menolaknya. Lalu apa yang harus kulakukan?" Simon mengendikan bahunya terlihat pasrah.

"Aku akan membujuknya, dan kau harus memberinya posisi yang menjanjikan." Gracia langsung mencondongkan tubuhnya dan melumat bibir suaminya dengan kasar.

***

"Ra, apakah kau sudah menyiapkan semua data untuk kerjasama kita kali ini," kata Dennis ketika ia keluar dari ruangannya.

"Iya pak." Aurora segera mengulurkan map berwarna biru muda kepada Dennis dan mengikutinya keluar dari kantor.

"Setelah rapat ini, kita makan siang di luar ya."

Aurora mengerutkan keningnya mendengar perkataan bosnya. "Maaf pak, saya lebih baik segera kembali ke kantor masih banyak yang harus saya kerjakan. Selain itu saya juga sudah membawa bekal pak."

"Kau tak boleh membantah! Ini perintah!" Dengan terpaksa akhirnya Aurora menganggukan kepalanya. Mobil yang di kendarai Dennis melaju dengan mantap menuju kantor diadakannya rapat kerjasama antara dua kerajaan bisnis besar.

Sepanjang rapat yang berjalan itu, Ara hanya menundukan kepalanya sambil mencatat semua hal penting di buku.

"Aku tak mengira jika akhirnya kau mau bekerja di kantor ayahmu, Nis," ucap Mario rekanannya dalam kerjasama kali ini. Dennis tersenyum tipis mendengar perkataan itu.

"Btw kau hadir pada pesta launching produk dari Brian kan?"

"Aku tak tahu," jawab Dennis singkat.

Mario bergumam singkat menanggapi keengganan Dennis yang terlihat nyata. "Oh iya aku hampir melupakanmu sweetheart. Who is she Nis?" kata Mario mengerlingkan matanya pada Aurora. Dennis mendecak kesal melihat kelakuan dari Mario, sang playboy cap kadal, sedangkan Aurora sedikit tersipu akan kelakuan Mario.

"Jangan kau goda sekertarisku Rio! I don't like it!"

"Who are you, sweetheart?" tanya Mario mengacuhkan kata-kata Dennis dan mendekati gadis yang semakin menunduk malu karena mendapatkan perhatian dari rekanan bosnya.

"I said do not ever flirting with her Mario Williams!" Dennis sedikit meninggikan suaranya. Mario akhirnya memilih untuk diam setelah mendengar ucapan dari salah satu teman High School-nya.

"Okay.. okay.. calm down man. Aku hanya ingin mengenal sekretarismu. Apa yang salah dari itu sih?" gerutu Mario.

Dennis yang mendengar gerutuan Mario hanya mendengus kesal dan berjalan dengan langkah cepat supaya bisa secepatnya dapat menjauhkan Aurora dari radar playboy karatan tersebut.

***

"Mommy, apa yang kau lakukan disini?" desis Kevin ketika melihat Gracia yang tidak lain adalah ibunya melangkah masuk ke dalam kantornya.

"Kau tidak senang mendapati ibumu berada di kantor buruk rupamu ini?"

Kevin hanya menatap ibunya tanpa menjawab pertanyaannya. "Apa yang kau lakukan disini Kev? Tidakkah kau tahu jika perusahaan penerbitan ini adalah aset paling tidak berharga di Horacio corp ini? Mengapa tak kau ambil saja tawaran dari ayahmu itu untuk duduk di salah satu meja direksi?"

"It's none of your business mom. Aku merasa lebih nyaman di tempatku ini, tanpa harus berjibaku untuk memperebutkan hal yang menurutku kurang penting."

"Honey, ini hal yang penting! Apakah kau tidak tahu kalau aku mau susah-susah menikah dengan pria dingin yang sama sekali tidak mencintaiku karena aku ingin menjamin kehidupan dari anakku?" Gracia mengangkat salah satu alisnya seakan bertanya sekalipun Kevin sangat tahu jika itu sebuah pernyataan.

"Ya, dan karena hal itu kau selalu pergi meninggalkanku dengan ayah tiri yang juga tidak menyayangiku. Beruntungnya aku mendapatkan seorang adik tiri yang cukup baik, jadi aku bisa bermain dengannya," sindir Kevin.

Wajah Gracia mengeras mendengar perkataan Kevin terutama mengenai adik tirinya. "Sudah berapa kali aku bilang supaya kau tidak usah terlalu baik dengan adik tirimu itu! Kau bahkan tidak punya hubungan darah dengannya, selain itu kau juga tak tahu apa yang ada didalam pikiran bocah ingusan itu!"

"Tidakkah mom tahu aku merasa lebih dekat dengannya dibanding dengan ibuku sendiri yang jelas-jelas sudah melahirkanku? Aku bersyukur karena aku punya seorang saudara disaat ibuku tidak ada dan ayah tiriku membenciku."

"Ah sudahlah. Lebih baik kau terima tawaran dari ayahmu untuk menduduki kursi direksi itu. Aku tidak menerima satu alasan pun," ucap Gracia dan membalikkan tubuhnya menuju pintu keluar.

"AKU SUDAH BONEKA MOM LAGI! Aku sudah bisa memilih jalanku sendiri, biarkan aku melangkah sesuai apa yang kuinginkan Mom! Jadi aku bisa sedikit menghargai dan menghormatimu sebagai ibuku seperti kau juga yang menghargai pilihanku!" seru Kevin yang otomatis menghentikan langkah Gracia. Walau setelah ucapan Kevin usai, Gracia tetap melangkah tanpa menoleh ataupun mengucapkan sepatah kata.

***

Haiiiii... lama sekali saya tidak muncul untuk meng-upload cerita ini. Ide ceritanya sebenarnya sudah lama saya buat, namun baru sempat menyelesaikannya sekarang, mana pendek lagi. Ah saya juga galau karena kerangkanya hilang ditelan otak saya sebelum saya sempat menuangkannya dalam tulisan. Saya hanya berharap supaya bisa melanjutkannya lagi sesuai atau tidak dengan kerangka cerita awal.

suami khayalan (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang