khayalan tingkat lima

875 16 7
                                    

hai..akhirnya aku kembali dengan cerita mengenai Dennis, Ara dan Kevin..

sebenarnya aku agak ragu untuk mempublish part ini, karena aku masih belum yakin dengan cerita ini..

please banget kritik atau saran jika merasa janggal dengan bagian cerita yang ini, karena sebenarnya aku setelah masih stuck setelah ini..

ada beberapa ide cuma masih ragu..

haduh malah curhat..udah deh lanjut aja yaaa...

Khayalan tingkat lima

Why?

“Aku ingin sementara kau pergi dari kehidupan Dennis,” ujar Mr Horacio datar seakan-akan membuat Kevin pergi dan menghilang untuk sementara itu bukan hal yang memberatkannya.

“Kapan dan kemana aku harus pergi?” tanya Kevin tak kalah datar. Kevin sudah tahu jika akan datang waktunya ia harus pergi dari Dennis. Walaupun Kevin kurang menyukai tindakan ayahnya, namun ia juga tak bisa menolaknya karena ayahnyalah yang dapat membuatnya seperti sekarang. Oleh sebab itu Kevin akan melakukan apapun yang ayahnya itu kehendaki, termasuk menghilang dari Dennis.

“Malam ini juga, aku sudah mengatur kepergianmu. Ini.” Mr Horacio mengatakan sambil melemparkan amplop coklat. Kevin tersenyum tipis dan mengambil amplop itu lalu berjalan keluar. Namun sebelum ia benar-benar keluar, Kevin mengucapkan, “Selamat tinggal ayah,” dan menutup pintu itu.

Kevin naik ke lantai dua dimana kamarnya berada, mengemasi beberapa barang yang ia anggap penting ke dalam tas ransel hitam. Kevin menenteng tas itu lalu keluar dari rumah dimana ia dibesarkan.

***

Entah kenapa kata-kata ayahnya tadi terngiang-ngiang di telinga Dennis. Kalau begitu jangan salahkan aku atas apa yang akan aku lakukan! Apa yang akan ayahnya lakukan kepadanya? Menghentikan segala usaha yang dirintisnya? Bukankah itu sudah dilakukannya, hingga ia tak memiliki kerjaan sampai saat ini. Menghentikan asupan dana untuknya? Dennis rasa ayahnya tak setega itu kepada Dennis.

Segala kemungkinan hingga sebuah hal yang membuatnya tersentak, walau ia tak menyadari mengapa ia memikirkan hal itu. Menyengsarakan keluarga Aurora. Hey, Dennis kan tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya. Mengapa ia bisa memikirkan hal itu. Ia menggelengkan kepala mengusir pikiran konyol yang mengganggunya.

Namun ia masih belum mendapatkan satu jawaban untuk pertanyaan yang dari tadi memusingkannya. Dennis segera bangun dari tidurnya dan meraih handphone yang ditaruh di nakas dan menghubungi nomor yang sudah sangat ia hafal.

“Apa yang ingin ayah lakukan kepadaku?” tanya Dennis langsung ketika sudah tak ada nada dering yang menyambutnya tanda teleponnya sudah diangkat tanpa basa-basi.

Terdengar tawa nyaring yang menjawab pertanyaan Dennis.

“Ayah!! Apa yang ingin ayah lakukan?!” tanya Dennis lagi dengan nada meninggi.

“Mengapa? Kau khawatir tentang akibat pembangkanganmu, anak kandungku sayang,” ucap Mr Horacio dengan nada yang terdengar ia manis-maniskan. Dennis yang mendengarnya merasa ingin muntah akan ucapan ayahnya.

“Aku tak khawatir akan diriku, namun khawatir akan orang-orang disekitarku. Aku yakin kau takkan melakukan apapun kepadaku!” balas Dennis yakin karena ia sangat mengetahui tabiat ayahnya. Ayah yang sebenarnya sangat menyayanginya, namun sering melakukan hal-hal buruk yang membuat Dennis muak.

“Kau memang sangat mengenalku, namun aku takkan mengatakan akibat penolakanmu akan perintahku. Akan tetapi ketika kau mengetahuinya, aku yakin kau akan segera menghampiriku dan menuruti keinginanku,” jawab Mr Horacio dan langsung menutup sambungan telepon itu.

suami khayalan (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang