Bagian V : Sang Pangeran dan Sang Putri

1.6K 244 25
                                    

#Warning : Di bagian ini terdapat konten 18+. Lime Eksplisit. Yang belom punya KaTePe diharapkan kesadarannya untuk men-skip bagian akhir cerita. Langsung merem yaah. Awas loh baca, pahala ditanggung pak Rw setempat :Dv

.
.
.

Yuki sedang berpikir untuk melayangkan pukulan ke wajah anak baru itu saat tiba-tiba pemuda itu melepaskan ciumannya.

Manik hazel-nya mengerjap tak percaya. Pertama, pemuda ini berani menciumnya. Kedua, mereka melakukannya di dalam mobil yang sedang melaju. Ketiga, ini yang membuat Yuki mendadak naik darah. Kenapa dia membiarkan pemuda itu mencuri ciuman pertamanya?

Melihat gadis di sebelahnya menatapnya seolah ingin membunuh, membuat pemuda itu sedikit menarik bibirnya, seolah membentuk sebuah senyuman. Tipis dan sebentar.

"Lo ngelecehin gue?" Suara gadis itu tercekat oleh amarah yang membuncah menyesakkan dada.

Onyx sedalam samudera itu menatapnya dalam. Tak ada kata-kata yang terucap. Iris sekelam malam itu seolah sedang berbicara padanya.

Namun akhirnya pemuda itu membuka mulutnya.

"Itu bukan pelecehan," jawabnya datar.

"Terus apaan?" Sembur Yuki lagi, nyaris berteriak.

"Cinta..." jawabnya lugas dan tegas. Iris onyx nya masih menatap lurus ke manik hazel Yuki. Menyelami kedalamannya, seolah berusaha mengingatkannya pada sesuatu yang terlupa.

Yuki membuang muka. Dia tidak suka ditatap seperti itu. Tatapan itu... seolah menelanjangi diri dan pikirannya. Namun melalui ujung hazel-nya, Yuki masih bisa merasakan tatapan pemuda itu masih terpaku padanya.

Bagaimana bisa dia menyetir mobil sambil mengalihkan pandangan? Dan tak ada satu pun mobil yang ditabraknya?

-----000000----

.
.

Yuki sudah mengikrarkan diri untuk tidak terlibat lebih jauh lagi dengan si anak baru yang sempurna itu, Al Kohlér. Dia sudah bertekad besok akan segera pindah tempat duduk. Kemana pun, asal tidak perlu berdekatan dengan pemuda itu.

Gadis cantik itu memandang ke cermin kamarnya. Mematut diri. Meneliti dengan seksama setiap bagian bibirnya. Ciuman tadi berbekas nggak ya?

Karena tidak menemui keanehan di bibirnya, Yuki langsung turun ke bawah saat suara sang Ibu terdengar memanggil namanya dari ruang tamu.

Sontak tubuhnya terasa kaku dan lemas di saat bersamaan. Pemuda itu ada di hadapannya. Ada di rumahnya!

"Mah, ngapain dia ke sini?" Histeris Yuki langsung pada sang Mama yang tampak bersikap ramah pada pemuda itu.

"Hush.. kamu kok nggak sopan sama tamu kita." Tegur sang Mama padanya. Yuki menatap jengkel pada pemuda itu dan pemuda itu menatapnya di balik wajah sopannya.

"Dia ini tetangga baru kita. Rumahnya persis di sebelah rumah kita." Ujar sang Mama pada Yuki, memberi penjelasan.

"Apaa?!" Gadis itu nyaris berteriak frustasi. Baru saja dia memutuskan untuk menghindar sejauh-jauhnya dari pemuda ini, sekarang mereka malah bertetangga.

"Oh iya Al, tadi katanya kamu teman satu kelas Yuki ya?" Tanya sang Ibu ramah.

"Iya, saya dan Yuki sekelas. Kami duduk berdekatan." Jawab pemuda itu sopan.

"Kalau begitu, kamu kalau ada apa-apa jangan segan buat minta tolong sama Yuki." Pemuda itu mengangguk dengan sopan sebagai jawaban.

"Tante tinggal sebentar ya. Silahkan duduk nak,Al." Sang Mama mempersilahkan pemuda itu duduk dan meninggalkan mereka berdua, dengan memberi pesan sebelumnya pada Yuki agar bersikap ramah dan baik pada tetangga baru mereka.

Anak Dalam RamalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang