Hallo,
Mungkin sebagian dari kalian muak bertemu lagi dengan Author gak jelas ini.
Dan sebagian dari kalian biasa aja odes nyapa lagi.
Lalu sebagian lagi mungkin berpikir sudah jatuh cinta (?) pada gadis bersuami ini. :)Percayalah, apapun perasaan kalian, odes menerimanya dengan hati yang lapang dan ikhlas *apaan? :D
Okee, back to topic.
Chapter ini sengaja di-khususkan bagi para pembaca. Silent readers, votter, comentator dan segala yang sudah berbaik hati membaca cerita antah berantah ini.Terimakasih, sudah menjadi bagian cerita ini. Terimakasih, sudah menjadi orang-orang baik yang dikirimkan Tuhan untuk mendukung karya saya. Saya sadar, tulisan saya masih terdapat kekurangan. Mungkin hanya akan dianggap sampah oleh segelintir orang. Tapi saya belajar dari kesampahan saya. Bahwa sesuatu yang berasal dari sampah pun bisa berguna, asal kita bisa memilahnya.
Kepada para pembacaku, teman-teman yang selalu mendukung dengan memberikan vote dan comment, saya ini bukanlah siapa-siapa. Bukanlah apa-apa. Ke-mengerti-an saya terhadap tata cara menulis fiksi dan redaksional cerita tidak membuat saya merasa hebat lalu layak melontarkan kata-kata menjatuhkan pada karya orang lain.
Setiap orang memiliki prosesnya dalam berkarya. Dalam belajar memahami dunia fiksi cerita. Kita tidak bisa menyama-ratakan, ataupun memperbandingkan karya ataupun personal antar para penulis. Karena semua sungguh berbeda.
Saya mengerti, setiap karya butuh asupan komentar. Entah berupa masukan-masukan dengan nada manis manja (?) atau yang berkedok kritik yg lebih pedas dari salah satu merk keripik singkong. Bagi saya, ada perbedaan jelas mengenai kritik dan flame.
Kritik itu bersifat kritis. Artinya kita mengkritisi suatu karya. Tapi dalam kritik (yang membedakannya dengan flame) adalah adab dalam melontarkan kritikan. Kita dipersilahkan mengkritik. Mungkin dengan memberitahukan kesalahan-kesalahan atau kekurangan karya kita, namun harus tetap dengan kata dan nada yang santun.
Sedangkan flame, sebodo amat dengan hati dan telinga orang. Kita jadi orang-orang yang nggak peduli apa yang orang lain rasain. Dimana empati kita? Padahal jujur aja, yang sering melontarkan flame sebenarnya adalah mereka yang PAHAM dalam dunia kepenulisan. Lalu apa yang membuat mereka merasa berhak mem-flame karya orang lain? Merasa hebat? Merasa tidak cocok dengan selera? Selera tidak bisa digeneralisasi. Karena tiap orang pasti memiliki selera yang berbeda dalam menikmati sebuah karya.
Odes hanya ingin menyampaikan, kepada siapapun kalian di luar sana yang masih mencari keuntungan, mencari popularitas dengan cara-cara kotor seperti menghina karya orang lain, BERHENTILAH. Karena sesungguhnya balasan dari Tuhan-Mu akan sangat pedih :)
Bagi teman-teman yang belum mengetahui apa itu flame. Mari kita bandingkan contoh KRITIK dan FLAME berikut ini :
KRITIK : Author, bagian ini sepertinya terlalu drama. Mungkin alurnya bisa dibuat lebih realistis. Penggunaan tanda baca author juga sepertinya harus diteliti lagi karena ada penggunaan yang kurang tepat. Sebisa mungkin luangkan waktu untuk mengeditnya kembali.
FLAME : Heh author! Cerita apaan nih? Gak jelas! Sampah! Drama banget cerita lo! Mirip kayak sinetron kacangan. Tulisan lo juga bnyak typo nya. Bisa nulis kagak lu? Niat gak? Tulisan kayak gini aja banyak yang baca. Najis!
Cukup jelas dengan contohnya? Odes rasa cukup untuk memahami sampai mana batasan komentar bisa disebut kritik dan mana yang flame.
Bangga bisa mem-flame karya orang? Merasa hebat? Merasa dewa banget di dunia kepenulisan? Enggak. Odes percaya, orang-orang yang nge-flame itu adalah sampah yang sesungguhnya. Sampah yang harus membusuk di dalam penjara.
Kenapa? Karena flame merupakan tindak cyber bullying yang bisa dipidanakan sesuai dengan pasal 310 ayat 1 dan 2 dan juga UU no.11 tahun 2008 mengenai transaksi eletronik.
Kalian pernah ngerasain di-flame? Mulai sekarang kalo ada yang nge-flame kalian, jangan diem aja. Jangan mau jadi cyber bullying victims! Verbal Abuse (kata-kata kasar) yang ditujukan untuk menyerang, menjatuhkan seseorang, baik secara lisan maupun tulisan, dengan media apapun sesungguhnya tengah melakukan tindak pidana yang sangat keji.
Jangan diam ketika kita bisa melakukan sesuatu. Bergeraklah. Lalu mungkin suatu saat kita akan berada di dunia yang berbeda. Dunia yang tidak perlu lagi dicemari oleh orang-orang berotak kotor dan berpikiran sempit yang hanya bisa menjilat kebencian dari orang lain.
Akhir kata,
Tetaplah jadi orang baik.Tuhan bersama orang-orang pemberani.
Salam,
Odes
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Dalam Ramalan
FanfictionYang Mulia Pangeran Alexander Kohlér sudah menunggu sangat lama. Begitu lama hingga rasanya menunggu seumur hidupnya. Hanya satu hal yang membuatnya bertahan sejauh ini. Hanya satu kalimat. "Sang Putri akan terlahir kembali, dalam wujud manusia. Dan...