.
.
."Kuy, Katanya di kelas lu ada murid pindahan ya?" Tanya Gema pada Yuki yang saat itu tengah menikmati sebotol minuman dingin di kantin sekolah. Sementara teman-teman mereka yang lain, Dian, Ofar, dan Keyna masih asik memesan jajanan.
"Iya." Jawab gadis itu singkat. Rasanya malas membahas anak baru itu terlalu jauh. Dia seperti sosok aneh yang entah kenapa Yuki merasa tidak nyaman berada di dekatnya.
Dan selama 4 jam pelajaran gadis itu harus menahan diri agar tidak lari dari tempat duduknya. Semua gara-gara anak baru itu. Yang dengan kurang ajarnya mengambil kesempatan untuk mengigit cuping telinga saat membisikkan sesuatu padanya.
"Aku sudah menunggu lama, Kekasihku..."
Kalimat itu sampai saat ini masih terdengar jelas di telinga. Seolah dia sendiri yang merekam dan mendengarkan kalimat itu berulang-ulang di telinganya. Belum lagi maksud kalimatnya yang Yuki sendiri tidak mengerti. Dia yakin ini pertemuan pertamanya dengan pemuda itu, Al Kohlér. Namun kenapa pemuda itu menyebutnya sebagai kekasihnya?
Suara itu seolah penuh damba dan kerinduan yang sarat...
"Ngomong-ngomong, lo tau darimana?" Yuki penasaran juga, bagaimana tidak, Gema kan tidak satu kelas dengannya. Darimana pemuda itu tahu?
"Dari Ofar." Jawab Gema enteng saja. Yuki tidak heran, mulut Ofar, sahabatnya satu itu memang lebih cepat dari kecepatan cahaya jika menyangkut gosip terkini.
"Bukan gue aja yang tau, Kuy. Seluruh sekolah juga udah tau. Ganteng banget katanya yaa?" Gema sedikit penasaran. Karena tiba-tiba seluruh teman perempuan sekelasnya meributkan kalau anak baru yang pindah ke kelas Yuki itu setampan malaikat.
"Biasa aja." Jawab Yuki singkat. Dia malas membahas lebih jauh soal anak baru itu. Tidak ada kepentingan baginya.
"Makanan coming...." teriak Ofar heboh sambil meletakkan nampan berisi mangkuk jajanan di depan Yuki dan Gema. Kemudian mereka berlima duduk dan mulai mengambil jajanan pesanan mereka.
Semangkuk bakso kuah yang hangat, membuat air liur Yuki hampir menetes saat melihatnya.
'Biasanya bakso kantin nggak seenak ini keliatannya. Ah bodolah. Gue laper.' Bathin gadis tidak menghiraukan keanehan pada makanan itu sambil menuang sambal di mangkuk baksonya.
"Awas iler lo ikutan netes,Kuy. Hahahaha..." ledek Ofar yang dijawab dengan pelototan tajam dari gadis di depannya ini.
"Lo makan apaan Key? Rumput-rumput gitu lu makan" Ofar kepo dengan makanan Keyna yang tampak hijau sejauh mata memandang.
"Ini makanan diet." Jawab gadis itu galak.
"Diet? Diet apaan? Badan lu udah ceking gitu. Heran dah gue sama cewek-cewek. Badan tipis gitu masih diet. Noh Ikuy yang bohay aja makan mulu." Ofar dan mulut embernya memang sudah tidak mengherankan bagi teman-temannya.
"Udah diem. Gue mau makan." Ujar Yuki sambil menyendok sepotong bakso dengan kuah merah pedas itu ke dalam mulutnya.
Namun belum sempat sendok itu masuk ke dalam mulutnya, sebelah tangan menghentikan gerakannya. Menahan pergelangan tangannya dengan jemarinya yang lembut sekaligus kokoh.
"Jangan dimakan." Suara bariton dalam itu terdengar lagi. Dan itu memang tangan si anak baru tersebut yang menahan sebelah tangannya.
"Apaan sih? Lepas!" Yuki memberontak. Tidak terima pemuda yang tidak jelas ini mengganggu makan siangnya. Sudah cukup dirinya bersama selama di kelas dengan pemuda ini. Yang bahkan sama sekali tidak memandang ke arah lain selain memandang ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Dalam Ramalan
FanfictionYang Mulia Pangeran Alexander Kohlér sudah menunggu sangat lama. Begitu lama hingga rasanya menunggu seumur hidupnya. Hanya satu hal yang membuatnya bertahan sejauh ini. Hanya satu kalimat. "Sang Putri akan terlahir kembali, dalam wujud manusia. Dan...