Menutupi Rahasia #1

81 4 3
                                    

Julio berdiri di depan pintu masuk rumah Helina, ia sengaja tak ikut masuk kedalam karena tak ingin melihat apa yang mereka lakukan. Ia tak habis pikir, kenapa Rafa rela bolos jam pertama hanya demi datang ke rumah Helina?

"Fa, mau ke sekolah jam berapa?" Teriak Julio dari luar.

"Tanggung, sebentar lagi juga istirahat. Jam 10.30 aja kita jalan." Sahut Rafa dari dalam

Julio melangkah masuk dan ia melihat Rafa tengah duduk bersebelahan dengan Helina, "lo kenapa sampai nelpon Rafa nyuruh dateng? Gue kira urgent banget." Tanya nya pada Helina.

"Nggak urgent banget sih, cuma kaki gue terkilir gitu, jadi nggak bisa bawa motor ke sekolah." Ucap Helina, menatap Julio.

"Halah, naik angkot juga bisa kan? Ngapain pakai nelpon Rafa. Ujungnya juga naik angkot, atau lo mau niga sama kita?" Mata julio beralih ke Rafa, "gue ke sekolah duluan aja deh. Daritadi Raya sms."

"Sms apa? Posesif ya dia haha" suara Helina mencemooh. "Jangan-jangan harus izin dulu kalau kamu mau pergi-pergi, Fa?" Senyum mengejek terbit dari bibir Helina, dan Julio melihat senyum itu. Cih, umpatnya dalam hati.

"Nggak, gue yang selalu minta izin. Raya nggak pernah nuntut itu." Ucap Rafa pelan, mengarahkan pandamgannya kepada Julio.

Kedua pria itu hanya saling pandang, entah pandangan itu seakan menyiratkan sesuatu yang memiliki peringatan masing-masing.

"Jadi, udah dapat apa aja dari kak Raya? Kecupan pipi, pelukan atau .... di sini." Jemari Helina meraba bibir Rafa perlahan. "Masih belum ada juga yang nyentuh ini? Padahal waktu itu kita hampir ...."

"Stop Hel! Lo nggak ada hubungan apa-apa lagi sama dia." Julio memotong ucapan dan tindakan Helina, ia jengah melihat binar mata Helina yang memperlihatkan dengan jelas, bahwa ia masih sangat ingin Rafa kembali padanya. "Gue ke sekolah duluan, terserah lo mau kayak gimana sama nih perempuan." Juli melempar kunci motornya pada Rafa, "pakai aja, kali aja lo butuh buat bawa nih perempuan ke sekolah."

Langkah kakinya ia percepat, Julio memutuskan menaiki angkot, tak peduli seterlambat apa dia nanti saat tiba di sekolah.

"Ayo berangkat." Rafa bangkit berjalan keluar sementara Helini mengikuti di belakang.

***

"Ini si Rafa kemana sih?" Raya uring-uringan, ia hanya takut Rafa akan bolos sekolah.

"Lo gelisah amat sih, santai aja deh. Si Bule juga belum dateng, mereka pasti barengan." Ucap Sinta, "sengaja kali mereka telatn dulu kan pas kelas X pernah kayak gitu mereka."

"Iya deh." Raya memutuskan duduk diam saja setelah mendengarkan nasihat Sinta.

"Eeeeh eh ... ada Bule noh di kantin, sendirian lagi." Suci, yang sehabis dari kantin, memberitahukan informasi itu pada Raya dan sinta, bahkan pada teman sekelasnya yang berada di kelas.

Dan semua telinga yang mendengar hanya diam tak bereaksi, termasuk Raya. Karena yang sedari tadi ia cari adalah Rafa.

Tak lama Julio memasuki kelas, "Bule!" Suara cempreng Suci yang menyambutnya, "si Rafael mane? Nih bininye gelisah bener dari tadi. Lo kok datengnya sendirian aja?" Suci nyerocos tanpa memperhatikan ekspresia wajah Julio yang agak terlihat kesal.

"Nggak bareng dia tadi, tau deh kemana." Hanya itu jawabannya, nada dingin khas Julio dan semua yang mendengar nada suaranya tak berniat bertanya lebih jauh lagi, bahkan Suci pun diam. Menutup mulutnya rapat-rapat.

Sepotong Bulan Untuk BerduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang