The Day After The Dance

299 18 14
                                    

Sejak pagi Raya tak keluar dari kelas ia di dalam kelas karena merasa lelah setelah kemarin sampai rumah pukul 10 malam, Raya hanya duduk diam di kelas tanpa tahu kalau penghuni sekolah focus pada fotonya saat menari kemarin di taman bunga. Raya sejak pagi hanya memandangi fotonya dan Faris yang sudah dia cetak, menyelipkan foto itu pada sampul depan white note miliknya, sesekali di ledek Suci dan Octa.

"Diliatin mulu, eh kok keliatannya kalian sejajar sih tingginya," Octa sejak tadi sudah berkali-kali bicara seperti itu, dan Raya hanya senyum-senym saja.

Setelah itu sahabat-sahabatnya keluar untuk istirahat pertama tapi Raya hanya di kelas tertidur dengan posisi kepala di atas meja dengan tangan telungkup. Rafa sedang memegang foto Raya yang menempel di mading, ia copot foto tersebut mengambilnya dan berdiri di depan pintu kelas membandingkan wajah Raya yang ada di foto itu dengan busana menari lengkap dan wajah Raya yang sekarang sedang terlelap. Jelas terlihat berbeda sekali wajah itu, di foto Raya terlihat anggun dan mengagumkan.

"Lu kemarin ikut kan ke taman bunga?, ini beneran Raya," Rafa bertanya pada Julio yang baru saja akan masuk ke dalam kelas.

"Itu foto gue yang ngambil malah, jadi beneran itu Raya." Ucap Julio agak malas

"Beda banget," gumam Rafa

"Nggak sebuluk sekarang maksud lo?," ucap Julio sambil melirik Raya yang masih dalam posisi terlelap di kursinya.

Rafa hanya diam saja sambil terus memandangi foto itu, lalu Julio masuk ke dalam kelas dan duduk di kursinya. Apa segitu cantiknya Raya di foto, si Rafa betah banget ngeliatinnya, batin Julio.

"Ini siapa?, anjrit punggungnya men." Dio sudah merebut foto itu dari tangan Rafa, menunjuk-nunjuk foto oh lebih tepatnya punggung si objek dalam foto itu dengan mata berbinar mesum.

"Raya," ucap Rafa pelan, hampir seperti bisikan tapi masih bisa di tangkap oleh telinga Dio.

"Gila, bohong lo Fa. Yang disini tuh cantik." Dio terus menunjuk-nunjuk foto itu dan Rafa langsung merebut foto itu lalu berjalan kea rah mading dan menempelkan kembali foto itu seperti semula. Dio mengikuti Rafa dan matanya menyipit tengah memeriksa foto-foto yang terpajang di mading.

"Ini acara dimana sih?," Dio menunjuk foto-foto yang terpampang di mading tersebut. Ia masih belum percaya kalau itu Raya, seingatnya Raya tak seputih si objek dalam foto tersebut.

"Ini acara di taman bunga kemarin, dan itu si penari beneran Raya. Nggak putih emang, tapi kan lo nggak tau dalem-dalemnya. Mukanya si Raya kan emang agak coklat karena panas-panasan mulu." Rafa berbicara cepat, lalu saat melihat Annisa yang duduk di pinggir lapangan ia langsung menghampiri dan membiarkan Dioa terus sibuk mengamati foto penari di mading.

***

Sepulang sekolah, Raya buru-buru mengepak bukunya kedalam tas. Ia ingin segera melihat foto apa yang terpajang di mading, karena sedari tadi pelajaran berlangsung Raya selalu di puji-puji oleh guru dan selalu mendapat pertanyaan dari teman-teman sekelasnya.

Ada yang menyenangkan saat pelajaran tadi, ia duduk bersama Rafa sepanjang pelajaran terakhir. Ia mengobrol dan sesekali cekikian dengan Rafa, walau terkadang Rafa masih terus mencolek-colek Annisa yang duduk persis di depannya dan hal itu sesekali membuat Raya mati-matian menahan ledakan cemburu dalam hatinya.

"Ke Yogya nanti ikut Raya,". Nadiyah bertanya. Saat pelajaran terkahir tadi gurunya memberikan selembaran surat pemberitahuan kalau selesai ulangan semester akhir akan diadakan study tour ke Yogyakarta dan seisi kelas sangat antusias sekali. Raya sudah bertanya pada anak-anak yang lain dan semua ikut, hm.. lebih tepatnya hanya Ayu dan Bima yang tidak bisa ikut. Rafa?, jelaslah Rafa ikut, ia justru sibuk bertanya tentang Yogya pada Suci dan Ressa. Karena memang Suci dan Ressa berasal dari Yogya namun di kota yang berbeda.

"Insya Allah, Nad. Semoga ada rezekinya buat bayar." Jawab Raya sambil terus focus membereskan barang-barangnya di kolong meja.

"Iya Ray, aku juga Insya Allah. Semoga 10 kai bisa pergi semua ya. Aku tunggu di depan ya, fotomu di mading cantik deh Ray." Ucap Nadiyah sambil lalu.

Raya mengerutkan kening, foto?.. lalu otaknya yang lemot itu segera bekerja, pasti itu foto yang kemarin. Raya berjalan cepat ke mading dan benar saja, ia mendapati fotonya kemarin terpampang disana, yang ia ingat adalah kalau foto yang terpajang itu sama seperti yang ada di kamera Syifa. Raya bergegas masuk kelas 2 ips lalu bertanya pada Syifa, dan Syifa bilang kalau guru-guru meminta agar fotonya di cetak dan di pajang di mading. Raya mengutuk pendek-pendek dalam hati, ia malu jadi pusat perhatian dan pertanyaan serta pujian dari siswa-siswi SMA.

"Punggungnya Raya mulus juga men," itu suara Dio dan Raya bisa mendengar kalimat itu di antara bisingnya suasana sekolah siang itu.

"Mesum, najis." Imam menimpali lalu terkekeh. "Eh tapi emang bener sih, gue juga nggak nyangka gitu. Kalau diliat punggungnya enak banget buat di kecup hehe."

"Anjrit, ngatain gue mesum sendirinya lo yang lebih mesum. Itu leher jenjang si Raya enak banget buat jadi tempat ndusel-ndusel haha."

Rafa yang duduk di tengah-tengah Imam dan Dio di pinggir lapangan hanya bisa menoleh kesana-kemari berharap agar Raya tak mendengar obrolan absurd ini. Tapi sayang di depan mading yang memang letaknya tak jauh dari tempat ia duduk ada Raya yang tengah berdiri kaku sambil berusahan menahan napas, walaupun hanya terlihat dari belakang Rafa bisa tahu dari cara Raya berdiri yang tak sesantai biasanya.

"Orangnya denger tolol," Rafa menyenggol Imam dan Dio yang masih terus mengobrol makin mesum.

"Mana," Imam menoleh kea rah mata Rafa memandang dan ia malah memanggil Raya, "Raya, woy... punggun lo anjer, gue bisa khilaf tuh kalau kemarin ngeliat."

Raya berbalik dan cemburut, "dih ngablu lo." Hanya itu yang diucapkan Raya dan ia berlalu pergi di sertai cekikikan Imam dan tempelangan yang Imam dapat dari Dio.

Rafa menahan napas lalu menghembuskannya keras-keras, bukan jenis hembusan napas kasar karena ia berusaha mencerna sesuatu yang menggelitik perutnya saat mendapati wajah Raya cemberut dan sedikit bersemu barusan, itu ekspresi yang pertama kali ia dapati pada gadis lebay macam Raya. Matanya terus memandangi Raya yang menghampiri kumpulan teman-temannya yang sedari tadi menunggu di depan kantor kepala sekolah.

"Jangan tunjukin ekspresi gitu lagi, Ray." Rafa mengucap dalam hati, mengusap wajahnya yang tidak berkeringat dengan saputangan yang bisa ia bawa dan menghembuskan napas lebih perlahan lagi.

******

kemarin ada yang vote, itu adalah kode dari readers buat segera update ahaha, yang nanyain Rafa di part kemarin, part ini dia muncul ya hoho

yang mau tanya-tanya atau cek cek aslinya gue bisa di ask.fm dan ig di juliananrl hoho, malah promo ya ahaha.

di mulmed ada foto Raya loohh

kecup sayang, aini :*




Sepotong Bulan Untuk BerduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang