Perjanjian

147 11 6
                                    

Raya keluar dari kamar dan mematung ketika melihat di arah ruang makan Rafa sedang duduk sambil memetik gitarnya, lalu ada Annisa yang berdiri di depannya. Mereka berdiri berhadapan, teman-temannya yang lain sedang memperhatikan mereka sambil sarapan.

Hidupku tanpa cintamu, bagai malam bintang
Cintaku tanpa sambutmu, bagai panas tanpa hujan

Bait pertama lagu di mulai Rafa dengan iringan petikan gitarnya, Raya tidak tau lagu siapa yang tengah di nyanyikan Rafa tapi bait pertama saja sudah terdengar sendu.

Teman-temannya yang tengah berada di ruang makan hanya ber cie-cie ria menyaksikan itu. Mereka berkumpul, ada yang mendekat dan juga ada yang acuh saja dengan pertunjukan dadakan yang tengah di lakukan oleh Rafa di ruang makan itu.

Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta, kepadaku
Beri sedikit waktu biar cinta datang karena telah terbiasa

Mata Rafa menatap lekat mata Annisa, Raya bersumpah ingin mencongkel mata itu. Raya tak suka melihatnya, tatapan mereka sangat intens bahkan keduanya tak saling berkedip, tak peduli dengan ledekan yang terlontar dari mulut teman-teman di sekeliling. Raya ingin berada di posisi Annisa sekarang, betapa Rafa sangat memuja, betapa Rafa sangat menginginkan dan itu semua terlihat.... tulus.

Ah, lihatlah betapa sulit sekali merebut perhatian Rafa walau hanya sedikit saja. Raya tak berniat mendekati area ruang makan, ia tetap berdiri mematung di depan pintu kamarnya. Dadanya memang tak terasa sesak, bahkan ia tak ingin menangis hanya saja ada perasaan tak suka yang tengah menggelayuti hatinya.

***

Julio memandang tubuh kurus milik Raya yang sedang berdiri memunggunginya, bahu gadis itu menegang, jemarinya sibuk menarik-narik ujung kaos yang di kenakannya.

Apa yang tengah ada di pikiran Raya?, Julio kebingungan melihat reaksi tubuh Raya yang bahkan dari jarak jauhpun begitu terlihat tegang. Padahal yang tengah di saksikan matanya adalah Rafa yang mendadak bernyanyi di dapur.

Julio melangkah maju, menyejajarkan posisi berdiri di samping Raya dan seperti dugaannya Raya tak sadar akan kehadirannya. Ia melayangkan pandangannya ke arah ruang makan dan hatinya berkata 'oh pantes aja'.

Yap, Rafa ternyata bernyanyi untuk Annisa. Jadi pantas saja gadis di sampingnya berdiri kaku.

Sudikah dirimu untuk kenali dulu
Sebelum kau ludahi aku
sebelum kau robek hatiku

Raya mengingat bait itu, harusnya ia yang bernyanyi seperti itu. Menyuarakan hatinya pada Rafa, ah sayang keberaniannya tak sampai disana, ia sadar diri ketika ia mengejar Rafa berusaha sekerasnya tapi mata pria itu selalu mengarah pada Annisa. Raya sadar usahanya pasti akan sia-sia.

Raya berbalik memutuskan untuk berhenti menonton penampilan dadakan yang dilakukan Rafa, lalu berjalan cepat menuju taman hostel.

Julio menatap kepergian Raya, tadinya ia ingin mengajak Raya sedikit bercanda atau menanyakan bagaimana tidurnya semalam dan ingin memberitahukan siapa yang memindahkannya ke kamar, tapi ia harus mengurungkan niatnya sejenak. Begitu melihat raut wajah dan bahasa tubuh gadis itu, Julio tau Raya sedang mode tidak bisa di alihkan pikirannya.

Jadi Julio mengambil langkah pelan, diam-diam mengikuti langkah Raya yang ternyata menuju taman hostel.

***

Begitu sampai di taman Raya hanya berdiri di dekat lampu taman, tangannya terus sibuk memilin ujung kaos yang di kenakan dan sesekali ia menarik napas dalam.

Sepotong Bulan Untuk BerduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang