Melangkah

45 2 2
                                    

Ini bukan tentang secepat apa kamu melupakan seseorang yang pernah kamu cintai, tapi ini tentang seberapa dewasa kamu dalam mengambil sikap.

***

Ujian Nasional sudah terlewati, masa-masa sekolah yang di jalani selama tiga tahun sudah berakhir, rasa sedih dan segalanya menumpuk jadi satu ketika angkatan Raya berkumpul di lapangan sekolah.

"Akhirnya bisa segera jadi anak kuliahan coy," Suci yang sedari dulu ingin sekali segera lulus merasa senang.

Tapi ia juga sedih karena berarti ia tak bisa bertemu dengan gebetan-gebetannya di sekolah.

"Iya, syukurlah ya. Tinggal nunggu hasil aja," Raya nyengir melihat semua temannya sedang bercerita.

"Ada rencana kemana habis lulus?" Julio sudah berada di depannya. Menatapnya dengan kepala di miringkan.

"Pengennya sih masuk BMKG, ambil klimatologi. Tapi tau deh, kesampaian nggak ya... hm...." ucap Raya.

"Semoga kesampaian." Juli berdiri disamping Raya, "kalau gue, kayaknya mau masuk ke jurusan desain grafis, tapi masih belum tau di kampus mana."

"Gue nggak nanya," ucap Raya.

"Gue pengen lo tau, Ray." Julio dengan suara lembutnya membuat Raya langsung memandangnya.

"Kenapa?" Tanya Julio, "kaget gitu ekspresi lo."

"Suara lo jadi melembut, nggak kayak biasanya." Raya tau kalau beberapa hari ini Julio sudah mulai melembutkan suaranya saat bicara dengannya.

"Ya biasain aja denger suara gue melembut haha." Ucap Julio santai.

***

Di SMA Dua Mei selalu di adakan upacara setiap kali memperingatin hari jadi sekolah, ya seperti hari ini. Ulang tahun sekolah adalah hal yang paling di tunggu-tunggu, karena akàn ada banyak alumnk tampan dan cantik yang datang. Akan ada pentas seni dan upacara di pagi hari yang membosankan karena harus mendengar pidato kepala yayasan yang sangat panjang.

Bagi angkatan Raya, mereka menikmati upacara terakhir itu. Mereka merekam dalam memori masing-masing bagaimana keadaan sekolah hari itu.

Tapi berbeda dengan Julio yang sedari tadi nampak gelisah seperti sedang mencari seseorang.

"Raya kemana, Nad?" Ia bertanya pada Nadiyah yang berdiri di sebelahnya.

"Tes masuk BMKG sama Amanta, nggak bisa ikut upacara. Ya paling nyusul nanti siang selesai tes, mau nonton pensi dia."

***

"Semoga dateng tuh anak."

Jam sudah menunjukkan pukul satu siang ketika Julio berucap seperti itu. Ia menunggu Raya datang tapi ia sendiri bingung ķenapa ia ingin bertemu Raya hari itu.

"Lo nungguin siapa, Jul?" Tanya Rafa

"Si Raya, kemana tuh bocah. Upacara terkahir, momen terakhir sekolah rame-rame gini tapi malah nggak dateng," ucap Julio nampak kesal bercampur gelisah.

Rafa menaikan sebelah alisnya, merasa kurang paham dengan ekspresi sahabatnya itu. "Lagian lo ngapain nunggu dia, tumbenan banget."

Tak ada jawaban lagi dari Julio, karena jujur saja ia juga bingung harus mengatakan apa.

"Noh si Raya, kayak abis lari-lari," Rafa menunjuk ke arah gerbang sekolah, gadis dengan rambut sebahu yg di kuncir setengah muncul dengan napas terengah-engah. Mata gadis itu berkeliling memandang suasana sekolah, lalu kemudian tersenyum saat matanya menangkap sosok Rafa.

"Dia senyum ke gue?" Ucap Rafa dalam hati, Rafa membalas senyum itu sambil melambaikan tangan. Dan mendapati Raya yang entah mengapa terlihat lebih segar di tengah terik yang panas itu kini berjalan ke arahnya dan julio.

"Darimana Ray?" Tanya Rafa.

"Tes BMKG, lama juga ya. Udah sampe mana nih acara, kok sepi-sepi aja, nggak seramai tahun lalu."  Ucap Raya.

"Semoga lolos, Ray." Julio hanya mengatakan itu, sambil tersenyum memandangi gadis di depannya.

***

"Nggak ngobrol sama Rafa? Terkahir kali loh sebelum lulus," Canda Julio pada Raya.

Raya hanya mengendus geli, ia terkikik mendengar pertanyaan itu.

"Harudnya sih gitu ya, Jul. Tapi gue kan harus belajar ngelepas, melangkah jaih dari sisinya. Eaa geli banget gua sama bahasa gue sendiri haha." Raya tertawa, tawa yang sangat lepas seolah ia tak perlu memikirkan apa-apa lagi soal hatinya dan Rafa.

"Bagus dong, udah ada kemauan buat move on. Yah sembuhnya hati lo cuma dengan jatuh cinta lagi," Julio berkata.

Raya hanya tersenyum, "jatuh cinta lagi ya? Haha liat nanti deh. Masih ngeri gue." Raya berkata dalam hati.

Sian itu Raya yang hanya di temani Julio duduk di pinggir lapangan sekolah hanya menghabiskan waktu menonton pentas seni sambil sesekali memperhatikan Rafa yang bergabung dengan teman-temannya. Tanpa tau kalau pria yang duduk di sebelahnya kerap kali memandanginya dengan tatapan berbeda.

Sepotong Bulan Untuk BerduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang