"Mata lo bengkak Ray?", Ressa menarik kacamata yang raya pakai saat tengah duduk di sebelah raya
Yang di tanya hanya memalingkan wajah berlawanan arah, semalaman ia menangisi isi pesan dari annisa, dan ternyata hari ini pun benar terjadi dan ia harus menghadapinya. Ia menundukan kepalanya agar rambut panjangnya menutupi sisi wajahnya dari tatapan ressa.
Ressa tiba-tiba mengikat rambut raya dengan jemarinya, memaksa raya menghadapkan wajahnya. Mata mereka bertemu pandang namun raya memutus kontak terlebih dahulu. "liat gue raya, mata lo bengkak abis nangis atau kurang tidur?", suara ressa agak kencang untung saja anak-anak di dalam kelas tak ada yang begitu memperdulikan.
"gue nggak apa-apa", memaksakan sesungging senyum, namun matanya tak jua menatap balik ressa.
"fix, lo nangis semaleman. Gila, ini mata merahnya dan bengkak raya. Untung lo pake kacamata jadi kalau orang yang nggak begitu jeli ya nggak bakalan ngeh". Ucap ressa panjang lebar sambil menangkupkan kedua tangannya di pipi raya, ia merasa khawatir dengan perubahan sikap raya yang tak periang dan lebay lagi. Ia lebih sering menemukan raya tengah menatap rafa, kadang sambil tersenyum, kadang dengan alis bertaut dan lebih sering dengan tatapan...sedih.
"please, gue nggak apa-apa echa, Cuma....", kalimatnya menggantung, pandangannya jatuh pada rafa dan annisa yang tengah duudk berdua di dalam kelas dan di kerubungi para siswa yang bertanya tentang detail jadian-nya mereka. Binary mata rafa tampak bahagia dan annisa, sahabatnya itu tertunduk malu-malu yang justru menurut raya itu hanyalah sebuah acting yang memuakan.
"pandangan ressa pun beralih mengikuti arah pandang raya, "mereka beneran jadian ya? Gue nggak bisa percaya loh, kemarin pas di rumah suci kan dia bilang nggak ada apa-apa sama rafa tapi yah... beda di mulut beda di kelakuan, lo yang sabar ya raya, masih ada anak 10 serangkai yang lain", ressa mengelus-elus bahu raya, simpati.
Lalu suci masuk dengan berlari-larian kecil dan wajah yang sumringah, "hoi hoi.. ada berita bagus", serunya dengan toak yang cempereng. "ntar sore bogel and team mau tournament di kampus AMIK, nonton yuk ray temenin gue"
Raya hanya mengernyitkan dahi, "sore ini?, capek ah mak"
"dih gitu, ayolah raya, sekali ini aja. Kita datengnya mendadak aja gitu, diam-diam nggak usah bilang-bilang ke mereka"
"gue nggak tahu kampusnya dimana mak"
"di arah Pondok Cabe, sebelah kiri jalan ada tulisan gede kok AMIK Wahana Mandiri"
"di gaplek?"
"yoi, nanti janjian aja di lampu merah gaplek, terus kita kesananya naik angkot", suci tersenyum manis.
"udahlah ray ikutan aja, dari pada lo nangis mulu", ucap ressa
"he'eh tuh bener kata echa, dari pada galauin si rafa mendingan nonton faris, lo pengen liat kan atraksi dia di lapangan gimana"
"lo kira sirkus kali atraksi ci", ressa dan suci tertawa, dan raya menarik ujung bibirnya sedikit.
"yaudah, oke jam berapa mulainya?", akhirnya raya menyetujui.
"kita janjian di gaplek jam 4 ya"
"oke", lalu suci pergi keluar kelas sambil bersenandung kecil dengan senyum mesem-mesem.
***
gue udah di MCD nih, lo dimana?
Send
Raya mengirimi suci pesan, karena sejak lima belas menit suci mengiriminya pesan untuk datang segera dan menunggunya di Mcd Gaplek tapi tak terlihat juga tanda-tanda kalau suci akan segera muncul, dan pesan raya juga tak di balas oleh suci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepotong Bulan Untuk Berdua
Ficção AdolescenteSoraya Putri Aku yang selalu beranggapan, bahwa aku dapat melakukan segala hal sendiri ternyata masih membutuhkan orang lain untuk menunjukan apa yang belum pernah ku lihat, sentuh dan ku temui. Note: judul cerita ini dari kumpulan cerpen tere liye...