Juli, 2011. SMA Dua Mei Ciputat. 19.00 WIB.
seluruh siswa-siswi kelas XI-ipa dan ips yang mengikuti perjalanan study tour ke Yogya sudah berkumpul di sekolah, mereka semua berpakaian santai. Ada yang bercelana jeans panjang, pendek dan bahkan anak cowok ips memakai celana boxer.
Siswi kelas ips kebannyakan membawa koper dan sling bag atau tas perempuan khas orang mau ke mall. Sementara anak ipa hanya membawa ransel yang sudah di pastikan berisi baju-baju, lalu ada yang membawa tas pinggang dan sling bag untuk menaruh dompet, ponsel dan barang-barang penting lainnya.
Malam ini Raya datang diantar sepupunya, biasanya sang ayahlah yang akan mengantar tapi di karenakan ayahnya sedang ada dinas malam jadi ia harus menghubungi saudaranya yang bersedia mengantarnya sampai ke sekolah.
Malam ini Raya hanya memakai celana jeans panjang, kaos berwarna hijau lumut, switter kelasnya dan sepatu converse hitam. Ia hanya membawa ransel yang agak besar untuk memuat baju-bajunya dan tas tangan yang bisa di jadikan sling bag. Rambutnya yang sudah tumbuh sebahu ia biarkan tergerai bebas, ia sampai di sekolah dan mendapati teman-temannya tengah berkumpul di bawah pohon beringin depan kantor guru.
"Bawaan lo segitu aja Ray?," Rizka bertanya.
"Ini aja udah banyak Riz," jawab Raya.
"Si Rafael mana deh, kok belum dateng?," Ade celingak-celinguk mencari Rafael, dan Raya juga sadar sejak tiba ia belum melihat Rafa.
"Eh Rafa, woy!." Sinta berseru memanggil Rafa yang berjalan dari arah dalam sekolah menuju pohon beringin.
"Tas lo mana?," Ade bertanya.
"Nyampe dari jam berapa lo, bule sama Imam mana?." Suci memberondong pertanyaan.
"Tas gue di dalam, bule? Julio maksud lo Ci?. Di dalam sama Imam mereka ada di dalam noh, lagi ngambilin ID Card kita."
"Tumben amat si Imam mau ngurusin begituan," Nadiyah berkomentar, sementara Raya hanya diam saja memperhatikan Rafa yang sedari tadi berdiri di sampingnya.
Malam ini Rafa memakai celana jeans pendek, swetter kelas mereka dan sepatu converse hitam. Biasa saja, tapi memang dasarnya Raya sudah kepincut jadi ia merasa Rafa tetap tampan, apalagi di tambah dengan potongan rambut barunya.
"Jie potong rambut nih." Putra yang baru datang langsung cengar-cengir meledek rambut baru Rafa.
"Yoi dong, kan mau jalan-jalan haha."
Julio berjalan dari dalam sekolah, memanggil seluruh siswa/siswi yang masih berkumpul di dekat kantor guru, sd, dan tk untuk segera masuk karena kepala sekolah akan mengadakan doa bersama dan beberapa pesan-pesan sebelum perjalanan.
***
20.30 WIB, bus yang mengangkut siswa/siswi SMA itu berangkat. Suci, Octa dan Sinta duduk bertiga. Di belakangnya ada Ressa, Nadiyah, dan Annisa. Lalu di kursi yang berisi dua orang, Raya duduk berdua Rafa, kenapa berdua? Karena tadi Ade dan Rizka yang duduk di depan mereka menarik paksa agar Rafa duduk dekat jangkauan mereka. Sementara Julio dan Rafly duduk di belakang mereka, lalu Imam duduk bergabung di belakang bersama anak ips dan duduk dengan pacarnya, Audy.
"Kursinya sempit banget sih, ini lutut gue sampe mentok."
Raya yang tengah sibuk dengan ponselnya langsung menoleh pada Rafa, melihat kalau Rafa sibuk mengatur duduknya dengan gelisah karena lututnya benar-benar membentur kursi di depannya.
"Mau tukeran?, biar gue yang di pojok. Kayaknya lutut gue nggak akan sementok itu." Ucap Raya akhirnya.
"Nggak usah, gue lagi pengen di pojok hehe. Nggak apa-apa kan lo di pinggir Ray?."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepotong Bulan Untuk Berdua
Novela JuvenilSoraya Putri Aku yang selalu beranggapan, bahwa aku dapat melakukan segala hal sendiri ternyata masih membutuhkan orang lain untuk menunjukan apa yang belum pernah ku lihat, sentuh dan ku temui. Note: judul cerita ini dari kumpulan cerpen tere liye...