Shit!

2.3K 218 7
                                    

By : Mia


Sesudah baca jangan lupa tinggalkan jejak :) Aku masih harus belajar banyak tentang penulisan, jadi kritik sangat diperlukan :) Thank you and... Happy reading <3


-oOo-


-Suga POV-


Aku melirik Mia yang tengah meringis saat luka di tangannya kuberi obat. Salahnya sendiri bermain-main dengan kucing terlalu berlebihan. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya dia mendapat luka cakaran--di tangannya sudah banyak terdapat luka, bahkan meninggalkan bekas--tapi karena memang orangnya tak pernah jera, maka luka-luka itu terus bertambah.

"Yak! Pelan!"

Kakinya dengan sengaja menendang kakiku saat aku tak sengaja menekan lukanya agak kuat. Aku mendesis, memukul lukanya yang baru kuobati hingga meringis.

"Bisa tidak kau diam, bocah nakal!" Omelku sambil menjitak kepalanya.

Dia mengusap kepalanya sambil mengerucutkan bibir, "Kumamon jelek! Sama seperti Oppa!"

Aku mendelik, "Jangan bawa-bawa Kumamon!"

"Memang benar Kumamon itu jelek, mukanya saja terlihat bodoh. Seperti Oppa, tidak ada bedanya."

Aku menjentik bibirnya hingga terdiam, "Sekali lagi kau berbicara, jangan harap bisa selamat dari lakban!"

Dia mengatupkan bibir rapat-rapat. Aku kembali mengobati lukanya yang kali ini cukup panjang. Dia diam, tak ada protes sedikitpun. Hingga selesai, dia tetap tak berbicara dan hanya memandangku.

"Kenapa?" Tanyaku, dia diam.

Aku menarik nafas, "Bicaralah."

"Nah, begitu! Jadi Oppa yang baik, jangan menyiksa Adiknya!" Dia menjulurkan lidah, aku mendecih. Bocah ini tak pernah berubah, selalu asal bicara.

"Kau bukan Adikku!" Aku memutar duduk agar tak berhadapan dengannya.

"Benarkah? Lalu aku ini apanya Oppa? Kekasih? Tentu bukan. Aku kan kekasih Jeon Jungkook."

Aku memandangnya sinis, tanganku bergerak mendorong keningnya. Dia menyebalkan hari ini, "Kau salah makan obat atau bagaimana? Kenapa tiba-tiba jadi menyebalkan, huh?" Tanyaku.

"Aku tak mendapat asupan ciuman dari Oppa."

Aku terbatuk, apakah cakaran kucing tadi berakibat sangat besar padanya? Bahkan sekarang tangannya sudah melingkar di pinggangku, sedangkan dagunya bersandar di bahuku. Hembusan nafasnya pun terasa di kulit leherku, ash! Bocah satu ini kenapa lagi? Dan... Kali ini aku tidak bermimpi, bukan?

"Padahal Jimin yang paling pendek, tapi kenapa justru Oppa terlihat mungil saat dance bersama dengan Jungkook dan yang lainnya?" Tanyanya.

Aku mendesis, berusaha melepaskan tangannya dari pinggangku.

"Makin lama kau makin menyebalkan!"

"Aku hanya menyebalkan dengan orang yang membuatku kesal."

Aku mengerutkan kening, menoleh ke arahnya yang memandangku polos. "Jadi menurutmu aku ini membuatmu kesal, begitu?" Tanyaku tak terima.

Dia melepaskan tangannya dari pinggangku, "Menurut Oppa bagaimana?"

"Aku tak pernah membuatmu kesal."

"Dasar tak peka. Wajar tak ada yang mau dengan Opp-akh!"

Dia meringis saat aku kembali menjitak kepalanya. Aku memandangnya sinis, "Kau mau kubawa ke kolam balon atau tidak?"

Dia menggeleng, "Kalau begitu, diamlah!" Omelku.

"Tapi memang benar, Oppa sangat mungil saat dan-"

"Sepertinya aku harus ke minimarket untuk membeli balon." Aku memotong ucapannya dan berdiri.

"Aaa!! Jangan! Jangan! Oke, aku akan diam!" Dia mengacungkan jarinya membentuk huruf V.

Aku kembali duduk, "Kenapa Oppa sangat manis?" Tanyanya sambil memandangku.

"Kau baru sadar atau bagaimana?" Jawabku acuh tak acuh.

"Kalau aku tak sadar, kenapa dulu aku suka dengan Oppa?"

Aku tak menjawab, dia semakin menyebalkan jika dijawab. Entah karena apa kejahilannya muncul kali ini.

"Oppa, hug me."

Aku memandangnya dari sudut mataku, "Oppa... Hug me." Ucapnya lagi dengan manja.

Aku mendecih, "Sebenarnya kau ini kenapa? Kenapa memintaku me-"

"Memangnya salah jika seorang Adik meminta pelukan dari Oppanya?"

"Tidak salah. Tapi-"

"Kecuali Oppa memiliki perasaan lain terhadapku. Maka Oppa pasti canggung untuk melakukannya."

Aku diam, dia tersenyum jahil. Tangannya mencolek pipiku, "Apa sekarang Oppa menyesal karena pernah menolakku, huh?" Godanya.

Kutepis tangannya sedikit kasar, "Lebih baik aku pulang sekarang!" Gumamku sambil berdiri.

"Oppa, kau marah?" Tanyanya polos.

Aku memandangnya, "Tidak, hanya sedikit kesal, Sayang." Aku menekan setiap kata.

"Baguslah jika hanya sedikit." Cengirnya.

Aku mendecih, bergegas keluar dari rumahnya.

"Oppa!! Eomma membuat makanan kesukaanmu!! Nanti malam datang ya, ikut makan bersama kami!!" Teriaknya.

Aku menendang kerikil. Arghh!! Kenapa dia sangat... Ash! Menyebalkan! Shit!

-FIN-

[Suga x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang