Can Be, Right?

1.5K 152 10
                                    

By : Mia

Jangan lupa tinggalkan jejak ya ;) Happy reading <3 

-oOo-

-Author POV-

Gadis ber-sweater kuning itu menggosok telapak tangannya yang terasa dingin, tak sabar menunggu pintu dibuka dari dalam. Berulang kali ia mengetuk pintu, kakinya lelah berdiri. Belum lagi beban tas di punggungnya, ini berat.

"Oppa ... aku da—"

Belum sempat terselesaikan, pintu sudah terbuka lebih dulu. Memunculkan pria berkaos putih dengan mata sipitnya yang khas bangun tidur. Membuat si gadis berparas manis tak bisa menyembunyikan tawanya.

"Oppa lucu jika baru bangun tidur seperti ini!" pujinya sambil mengacak rambut pria itu dengan gemas.

Yoon Gi—pria itu—berdecak. "Masuklah," ajaknya sambil membuka pintu lebih lebar, mempersilahkan adik angkatnya untuk masuk.

"Oppa, minta susu cokelat, ya?" teriak Mia dari dapur—entah sejak kapan ia sampai di sana. Sedangkan di sofa, sweater dan tasnya tergeletak secara asal. Membuat Yoon Gi menggelengkan kepala, Mia benar-benar anak kecil yang nakal.

Dengan raut wajah datar, pria kelahiran tahun 1993 ini mengambil tas dan sweater milik Mia dan membawanya ke dalam kamar. Ia tahu tujuan gadis itu datang ke rumahnya, ialah untuk lebih berkonsentrasi dalam belajar. Maklum, Mia salah satu dari sekian banyak mahasiswa yang menerapkan sistem kebut semalam saat UTS.

"Op—yak! Tasku di mana?" Mia berteriak, kebingungan saat melihat tasnya sudah lenyap dari sofa.

"Tasmu di sini, bocah. Dan jangan berteriak di rumahku!" gerutu Yoon Gi dari dalam kamar.

Sambil menekuk wajah, Mia berjalan menghampiri kakak angkatnya yang satu ini. Setelah menaruh susu cokelat ke meja, ia langsung memandang Yoon Gi yang duduk di tengah tempat tidur.

"Tidur lagi?" tanya gadis berambut lurus ini.

Yoon Gi mengangguk dan langsung merebahkan diri. Mia menarik napas, lalu duduk di kursi belajar. Mulai dibukanya tas dan mengeluarkan semua yang ada di dalam. Setelah menemukan bahan yang ingin dibaca, ia langsung tenggelam dalam kegiatan menghapal.

Sedangkan Yoon Gi, ia berbohong soal ingin tidur. Karena buktinya, mata sipit itu masih terjaga. Memandang lekat ke adik angkatnya yang sibuk menghapal.

"Berhenti memandangiku, Oppa." Mia bersuara, lalu memandang ke Yoon Gi.

"Memangnya salah jika aku mengawasi adikku belajar?" Yoon Gi menjawab, masih tak melepas pandangannya dari Mia.

Kali ini Mia memutar kursinya ke Yoon Gi yang memiringkan tubuh ke arahnya. "Oppa-ku sayang, aku tidak biasa diawasi, oke?" Dengan senyum, Mia memberitahu kakaknya.

"Tapi, aku suka mengawasimu, Sayang." Yoon Gi membalas, tak peduli dengan putaran malas dari bola mata Mia.

"Terserah Oppa sajalah. Dasar gula pedas, manusia mati kurang belaian." Mia menggerutu, pelan. Lalu memutar balik kursinya, hapalannya masih banyak.

"Aku mendengar ucapanmu, Mia." Yoon Gi bersuara, memecah konsentrasi yang baru saja terkumpul.

Suara decihan terdengar, disusul dengan Mia yang kembali memutar kursinya ke arah Yoon Gi. "Haruskah aku memanggil Sunhee Eonni ke sini?" tawarnya kemudian.

Kening Yoon Gi berkerut. "Kenapa harus memanggil Sunhee?" tanyanya heran.

"Untuk menemani Oppa, apa lagi? Hitung-hitung Oppa jadi punya kesibukan dan tidak lagi mengawasiku." Mia mengangkat bahu.

"Iya ... tapi, kenapa harus Sunhee?" Yoon Gi menggerutu.

Sedikit Mia mengangkat sebelah alisnya. "Memangnya kenapa? Oppa tidak suka? Lalu, siapa yang harus kusuruh datang? Jungkook? Tidak mungkin. Jimin? No! Aku belum siap melihat adegan yaoi di depanku. Jadi—"

"Diamlah, cerewet!" Yoon Gi memotong, sekaligus melempar bantal ke adik angkatnya. Masa bodoh dengan omelan yang akan diterimanya, ketenangannya lebih penting.

"Yak! Sudah bagus aku ingin mencarikan Oppa teman! Seharusnya Oppa berterima kasih, bukannya melempariku dengan bantal seperti ini! Apa kau benar-benar sudah menjadi manusia berhati es?"

"Sepertinya meniup balon bagus juga untuk kesehatan."

"Yak ... Oppa!"

"Karena itulah, jangan berisik!" Yoon Gi mengancam, membungkam mulut berisik di depannya. "Sekali lagi kau berisik, aku akan memanggil Jungkook dan menyuruhnya untuk membawamu pergi dari sini!" ancamnya lebih lanjut.

"Gulali jahat! Gulali pedas! Menyebalkan! Oppa gulali menyebalkan! Lihat saja, aku akan memanggil Sunhee Eonni ke sini!" Mia berdecak, segera mengambil ponselnya.

"Yak! Kenapa memanggilnya?" Suga meloncat turun dari tempat tidur dan bergegas merebut ponsel yang dipegang oleh Mia.

Mata cokelat itu mengerjab, tak menyangka dengan apa yang dilakukan Yoon Gi. Tapi, sedetik kemudian, ia langsung tersenyum-senyum jahil. "Oppa menyukai Sunhee Eonni, hmm?" godanya sambil mengerling nakal.

Gantian, Yoon Gi yang mengerjab. "A-aku tidak menyukainya," jawabnya gagap. Membuat Mia tak bisa menyembunyikan tawa.

"Jika tidak, lalu kenapa pipi Oppa memerah? Ah ... aku ingat! Sunhee Eonni juga memerah seperti ini pipinya saat aku menyebut nama Oppa." Tak puas, Mia kembali menggoda Yoon Gi. "Apa jangan-jangan ... kalian saling menyukai?" tebaknya kemudian dengan asal.

Yoon Gi mendesis, langsung mendorong kening Mia dengan satu jari. "Fitnah! Aku tidak menyukainya, dia juga tidak menyukainya. Kami ini musuh, kau lupa itu?" ucapnya sambil kembali menuju tempat tidur.

"Musuh bisa jadi kekasih, lihat saja!" jawab Mia sambil menjulurkan lidah, tapi buru-buru menunduk saat Yoon Gi berbalik untuk memandangnya.

"Berhenti berkhayal dan fokus saja dengan pelajaranmu," perintah pria bermarga Min ini kemudian.

"Oke! Aku akan fokus dengan pelajaranku. Dan Oppa, silahkan fokus pada Sunhee Eonni." Tanpa rasa bersalah, Mia tersenyum lebar dengan polosnya.

"Bocah ini!"

Sebelum Yoon Gi benar-benar mengomel, Mia dengan cepat memutar kursi dan mengambil lembaran yang harus dipelajarinya. Yah ... lebih baik seperti ini, 'kan? Walaupun sebenarnya hanya pura-pura dan menertawakan tingkah Yoon Gi.

Musuh jadi cinta? Bisa saja, 'kan?

-FIN-

[Suga x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang