Haters

2K 117 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tahu maksudnya?"

Yoon Gi yang tengah asyik memainkan ponsel menoleh. Sedikit ia mengerutkan kening saat memandang foto yang ditunjukkan oleh Mia. Empat anak burung yang bercicit ribut dilambangkan dengan orang yang sok tahu, sedangkan orang yang tahu hanya diam memperhatikan. Namun sebelum sempat menjawab, Mia sudah lebih dulu menarik ponsel dan menaruhnya sembarangan di atas meja. Gadis itu mengembuskan napas saat melipat tangan ke dada. Ekspresinya terlihat jengah karena kekesalan yang tersimpan.

"Kenapa lagi?" Yoon Gi mengambil cangkir cappuccino yang disediakan. Menyeruput sedikit lalu melirik ke gadis yang sudah dianggapnya adik. "Haters?" tebaknya sambil menaruh cangkir ke tempat semula.

Decak ringan diberi oleh Mia. Wajah cantiknya masih tertutup oleh uap kekesalan. Yoon Gi menarik napas, kemudian mengikis jarak antaranya dan sang adik. Tangannya terulur, mengusap rambut lurus yang di pangkas hingga tersisa setengah punggung. Halus. Pantas jika Jungkook sangat menyukai rambut ini.

"Tidak bisakah kau mengabaikan mereka?" Yoon Gi bertanya dengan takzim, tapi justru mendapat decihan mengejek dari Mia. Gadis ini menyentil kening sang kakak. Sengaja.

"Iya, aku tidak bisa mengabaikannya. Aku perlu teman bicara untuk hal ini. Teman yang bisa kuajak berbagi semua keluhanku terhadap mereka dan kemudian memarahiku sampai sadar. Kenapa? Tidak mau jadi temanku!?" sentak Mia dengan kesinisan yang khas saat Yoon Gi berniat memotong.

"Bukannya aku tidak mau. Tapi aku sibuk, aku harus—"

"Bukannya dari tadi kerjamu hanya memainkan ponsel? Lalu, kenapa sekarang tiba-tiba menjadi sibuk?" Mia menatap tajam, penuh ancaman pada Yoon Gi yang menggaruk kepala.

"Kau sudah masuk ke fandom ini berapa tahun sebenarnya? Kenapa masih suka dengan hal berbau war?" Pria Min itu bergumam, tak berniat untuk menanggapi secara berlebihan permintaan si adik.

"Yang penting aku tidak melakukan war di sosial media seperti yang orang lain lakukan." Mia berkilah. "Aku hanya membahas war dengan orang-orang tertentu secara pribadi," lanjutnya kemudian.

Untuk sekarang Yoon Gi hanya mampu mendesah dengan berat. Sedikit menyesal membiarkan Mia datang ke kamar hotelnya di saat Jungkook sibuk berlatih di ruangan lain. Padahal jika tidak, pasti sekarang dia sudah menjelajah alam mimpi yang menyenangkan. Sayang saja.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" Yoon Gi mengalah. Cappuccino kembali diambil. Dia mendadak haus jika sudah membahas tentang war.

Mia menarik napas. "Aku mengerti dengan baik bagaimana rasanya membenci sesuatu. Tapi, tetap saja aku sulit mengerti dengan pikiran haters lain di luar sana. Mereka seenaknya bicara tanpa tahu kenyataan sebenarnya. Mereka bercicit terlalu ribut, tapi tidak memandang kesalahan diri sendiri. Padahal menurutku, bukannya lebih baik diam jika tidak terlalu tahu yang sebenarnya bagaimana?"

"Itu pikiranmu. Pikiran mereka tidak."

"Ada yang mengatakan, kenapa kami sangat mencintai kalian? Memangnya apa yang sudah kalian lakukan? Motivasi apa yang kalian berikan? Dan bla-bla-bla bermacam-macam. Khh ... sebenarnya aku ingin menjawab; Bangtan adalah bentuk nyata dari kalimat 'sebuah usaha dari kerja keras tidak akan mengkhianati hasil', itulah kenapa aku mencintai mereka. Bangtan yang selama ini memberi pelajaran untuk tidak menyerah dengan mudah, terus berusaha dan percaya pada diri sendiri dan jalan yang ditempuh."

"Lalu? Kau mengatakan itu pada mereka?"

Mia mengerjap, namun kemudian menggelengkan kepala sedemikian polos. "Percuma, mereka tidak akan mengerti. Justru akan memberi alasan yang lebih banyak karena tidak ingin disalahkan."

"Anak pintar, sini-sini." Yoon Gi menarik Mia agar bersandar ke bahunya. Ditepuk-tepuknya punggung gadis cantik ini dengan lembut. "Sekarang dengarkan Oppa-mu ini bicara, ya?" ucapnya disambut dengan anggukan dari Mia.

"Kau tahu kenapa di foto yang kau tunjukkan tadi, orang yang tahu dilambangkan dengan burung yang diam?" Yoon Gi membuka pertanyaan, namun Mia hanya diam menunggu jawaban—walau sebenarnya dia tahu. "Itu karena orang yang tahu kebenarannya hanya akan diam, mereka tak banyak bicara dan membiarkan semua yang sok tahu bercicit ribut hingga akhirnya tertampar dengan kenyataan yang ada. Mereka yang tahu kebenarannya juga bertindak secara langsung, bukan hanya dari omongan kosong." Ia melirik, menatap Mia yang mendengarkan seluruhnya dengan seksama.

"Jadi, lebih baik mulai sekarang jangan terpancing dengan berbagai permasalahan tak penting. Lebih baik fokus mendukung dan menyemangati kami. Tanpa menutup mata atas kesalahan yang kami perbuat tentunya." Sebuah senyum terukir manis di bibir Yoon Gi saat ia menutup ucapannya.

Tak ada jawaban. Namun Yoon Gi tahu, gadis di bahunya paham dengan apa yang didengarnya barusan. Bahkan, gadis ini sudah mengerti sejak awal. Hanya saja ia ingin melampiaskan kekesalan yang terpendam.

"Ingat kata-kataku ini; "Jika melihat pembenci sedang mengobarkan api kebencian di depanmu dan kau memiliki sebotol air, maka duduklah dan minum airmu saat melihat mereka bertingkah seperti orang idiot"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ingat kata-kataku ini; "Jika melihat pembenci sedang mengobarkan api kebencian di depanmu dan kau memiliki sebotol air, maka duduklah dan minum airmu saat melihat mereka bertingkah seperti orang idiot". Mengerti?"

-FIN-


**Udah lama gak diupdate ini cerita yak :D Jangan lupa tinggalkan jejak euy~ :3  Juga jangan suka ngewar lagi, ingat kata Suga :3 Ada yang ngoceh bla-bla-bla tentang Bangtan, biarin aja. Entar juga mingkem sendiri kalau Bangtan nyetak prestasi lagi :p


[Suga x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang