Just Why!

1.1K 96 2
                                    

Untuk yang ke sekian kalinya Yoon Gi mengembuskan napas panjang, kesal atas tingkah sang adik yang sangat menyebalkan menurutnya. Bagaimana mungkin gadis itu mendiamkannya begitu saja dan lebih sibuk dengan makanan, huh? Padahal ia sudah berbaik hati menghubungi secepat mungkin setelah membaca pesan mengancam dari Mia. Tapi ... ah! Menyebalkan, itu intinya!

"Kumatikan saja, ya?" tanya pria sipit itu setelah cukup bersabar. Tapi, gadis yang diajaknya bicara melalui jasa panggilan video menggeleng.

"Ada yang ingin kutanyakan." Itu katanya, membuat Yoon Gi lagi-lagi mengembuskan napas dan kembali menata kesabaran dalam dirinya.

Ah ... bagaimana mungkin dia bisa mendapat adik semenyebalkan Mia, huh?

"Cepatlah, aku ingin istirahat," suruh Yoon Gi sambil melirik jam.

Mia mengangguk, bergegas mengusap tangannya yang kotor pada tissue. "Oppa, Jungkook mana?" Ia bertanya, tak peduli dengan raut wajah sang kakak yang makin bertekuk.

"Kenapa kau bertanya denganku? Bukannya kau bisa menghub—"

"Aku kesal dengannya!"

Kali ini pria bermarga Min itu mengerutkan kening. Kesal, tapi bertanya ada di mana? Hmm ....

"Kau merindukannya? Tapi tak ingin mengungkapkannya, benar?" tebak Yoon Gi sambil tersenyum menggoda.

Semu merah muncul di pipi Mia. "Aku? Merindukan kelinci sial itu? Mana mung—"

"Jujurlah."

Gadis kelahiran tujuh belas tahun silam itu mengatupkan mulut rapat-rapat. Tapi, perlahan mengangguk saat Yoon Gi mengangkat sebelah alis, meminta jawaban yang pasti.

"Aku merindukannya," ucap Mia lirih, "tapi dia sama sekali tak menghubungiku! Dasar kelinci sialan! Memangnya dia kira tunangannya ini apa?! Barang?! Atau benda tak berharga?! Ish! Aku membencinya! Aku benci Jungkook! Coba saja aku bisa mengutuknya seperti Tuhan mengutuk kapten dan seluruh awak kapal Flying Dutchman, aku pasti sudah mengutuknya! Biar saja dia jadi jiwa tersesat selamanya!" lanjutnya dengan kekesalan memuncak. Bahkan, membuat Yoon Gi sampai meringis dibuatnya. Baru di video call saja sudah seseram itu, apalagi bertemu langsung?

"Sudah pergi tanpa izin, sekarang tak menghubungiku sama sekali! Memangnya dia sesibuk apa di sana? Apa jangan-jangan sudah bertemu banci Thailand dan menghabiskan malamnya di kamar hotel?! Ck! Sialan!"

Sekarang, Yoon Gi hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sedikit, ia melirik pada Jungkook yang tertunduk di sofa, mirip seperti manusia kehilangan roh. Yah ... dia memang menyuruh pria itu datang ke kamarnya saat ingin menghubungi Mia. Niat awal ingin menyuruh dua pasangan ini untuk saling bicara. Tapi, sepertinya hal itu tidak memungkinkan jika melihat situasinya seperti ini.

"Jika melamarku hanya untuk tak diberi kabar, lebih baik aku menolak lamarannya waktu itu! Sialan! Hidupku makin tak tenang karena kesialannya yang berhabisan!" Mia terus mengoceh, mengungkapkan seluruh kekesalan yang bertumpuk di hati. Tak tahu bahwa orang yang dimaksud hampir menangis dibuatnya.

"Yak, Oppa gulali! Kau juga jangan diam saja, kukutuk jadi batu koral baru tahu rasa!" cerca Mia sambil melempar entah apa ke ponselnya. Tipikal anak tak sopan, begitulah.

Lebih dulu pria manis itu menarik napas, kemudian bicara, "Dia juga merindukanmu, percayalah."

"Jika dia merindukanku, kenapa tidak menghubungi? Justru memilih untuk menyiksaku dalam kerinduan paling sialan ini!" Mia bertanya, getir. Bahkan, ia hampir menangis saat mengatakannya. Terbukti dari matanya yang mulai memerah dan berkaca-kaca.

"Memangnya dia kira aku meminta apa? Cincin berlian? Rumah mewah? Kastil? Sebuah negara? Aku hanya memintanya untuk menghubungi, mengucapkan semangat untukku hari ini. Apakah sesulit itu menekan ponsel dan menghubungiku melalui video call? Aku lelah terus tertawa tanpa makna demi menunjukkan pada semua orang bahwa aku baik-baik saja!" Gadis itu melanjutkan protes. Dan kali ini, setetes air mata membasahi pipi yang mulus, menusuk perasaan pria bermata bulat yang mendengar seluruh ungkapannya.

"Mia ...."

"Aku tidak tahu kenapa, tapi rasanya sakit saat melihat cincin ini melingkar di jari manis." Lagi, ia mengungkapkan. Semakin membuat perasaan sang pria tercabik tanpa ampun.

"Kau menyesal bertunangan dengannya?" Hati-hati, Yoon Gi bertanya. Jungkook makin tertunduk, menggenggam erat kedua tangannya, takut mendengar jawaban yang akan diberikan oleh Mia. Bagaimana jika gadis itu mengatakan bahwa ia menyesal? Apa yang harus dilakukannya?

Tapi, sebuah gelengan menjadi jawaban. "Aku tidak menyesal, aku senang bertunangan dengannya. Hanya saja ... aku tidak mengerti kenapa dia seperti ini. Sebelum bertunangan, dia selalu menghubungiku tanpa diminta. Sekarang, dia seolah tak memiliki waktu untuk itu. Dia seolah menghindar, membuatku makin terjerat dalam rindu yang menyakitkan karena tergabung dengan beragam pemikiran buruk tentangnya."

Suasana hening. Yoon Gi kehilangan kata—ah, tidak! Dia tidak kehilangan kata, hanya saja dia bingung harus memberi saran apa. Lagipula, ia takut salah kalimat dan membuat segalanya semakin runyam. Apalagi melihat wajah murung Jungkook, ia makin tak tega. Dan juga, ia sedikit tak mengerti kenapa Mia sangat sensitif kali ini, padahal baru berpisah dua hari. Apakah karena status pertunangan mereka?

Namun pada akhirnya, ia hanya mengembuskan napas dan tersenyum simpul. "Aku akan sampaikan itu padanya, aku juga akan memberinya masukan. Karena bagaimana pun juga, dia tak boleh seperti ini denganmu. Dia bukan lagi sebagai kekasih Min Areum, tapi tunangan Min Areum. Dia harus bertanggung jawab dengan statusnya."

Mia tak menjawab, hanya diam dan menghapus air mata.

"Mia?"

"Aku lelah, ingin istirahat. Besok aku harus mengerjakan tugas." Gadis itu menjawab penuh kedataran. Tapi Yoon Gi tahu, itu hanyalah sebuah alasan untuk menghentikan pembicaraan.

"Baiklah, aku akan matikan ini. Istirahat dengan baik. Tentang Jungkook, aku yang akan mengurusnya." Pria berkulit putih itu tersenyum, membuat Mia mau tak mau membalas senyumnya walau terpaksa.

"Annyeong."

"Annyeong."

Cukup dengan sekali tekan, panggilan itu terputus. Yoon Gi menarik napas, lalu memutar kursinya ke hadapan Jungkook yang masih tertunduk dengan hati yang menangis.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang, Jung?"


-FIN-


**Jangan lupa tinggalkan jejak :) Ada kritik dan saran, jangan dipendam :) Thank you <3

[Suga x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang