Pada sebuah kantor yang akan dihampirinya, dari kejauhan terdapat laki-laki berkacamata telah keluar dari ruangan tersebut. Dan sedikit demi sedikit, laki-laki tersebut mulai menghilang dari pandangan perempuan ini."Bagaimana dia bisa ada disini?"
Segera ia berlari mengarah pada ruangan tersebut dan membuka pintu itu cepat. "Papa!" Teriaknya.
Seketika orang yang ada didalamnya kaget dengan suara dan kemunculan putri kesayangannya tersebut.
"Kenapa berteriak kak? Seharusnya kakak ketuk pintu dulu sebelum masuk." Keluh ayahnya.
Dan Neyliapun langsung mengetuk pintu, "Tokk tokk Dr.Nicole saya Neylia anak anda."
Ayahnya a.k.a Dr.Nicole geli melihat tingkah anaknya yang lucu itu. Dan Neylia pun segera memberikan titipan ayahnya dan duduk di hadapannya.
Dengan rasa penasaran yang tinggi, Neylia bertanya, "Pa, tadi yang habis keluar dari sini siapa?"
Ayahnya mengerutkan keningnya, "Siapa maksud kakak?" Tanyannya
"Tadi, yang terakhir kali masuk kesini. Laki-laki berkacamata."
Kerutan di dahinya mulai menghilang, "Oh dia. Dia satu sekolah dengan kakak." Jawab ayahnya.
"Jangan bilang kalau dia Beryl Reymond?" Tanya Neylia yang mulai mencari-cari jawaban dari raut wajah ayanhnya itu.
Dan ayahnya hanya mengangguk-anggukan kepala yang berarti tebakan anaknya itu benar.
Neylia terdiam beberapa detik dan mulai berpikir 'kenapa dia kesini?'
"Apakah ada masalah dengannya Pa?"
"Hmm mungkin ada. Ini privasi pasien sayang." Lembut ayahnya.
Neylia berdecak, " Ih papa gitu. Kan aku anak papa, dan dia teman sekelas aku."
"Haha baiklah. Dari perkiraan papa, mungkin dia mengalami Mnemophobia. Tapi masih belum memungkinkan." Jawabnya
Neylia mulai mengerutkan dahinya, "Mnemophobia?"
"Iya, itu adalah rasa ketakutan akan kenangan-kenangan atau kejadian-kejadian yang sudah terjadi dimasa lalu." Jelas ayahnya sebagai seorang dokter. "Tapi ini masih perkiraan yang papa buat, karena gejala yang dialami Beryl masih belum sempurna untuk dikatakan sebagai Mnemophobia." Tambahnya.
♣♧♣
"Besok jadi dong?" Dengan mengangkat alisnya dan menurunkannya berkali-kali pada Serra.
"Nginep dirumah lo yaa? Awas boong." Jawab Serra judes.
"Jangan judes-judes gitu kali mbak, cantiknya ilang loh, jeleknya yang ada." Goda Neylia dan mulai tertawa bahagia.
"Ber, pinjem buku matematika lo dong. Nyontek bro!" Teriakan anak laki-laki terdengar keras sekelas.
"Nyontek mulu kerjaannya."
"Tau tuh si Aaron."
Merasa dirinya di bicarakan, dia menoleh pada orang-orang tersebut, "Eh kayak kagak tau nyontek kalian. Pake komen orang segala. Ngerumpi pula :p dasar perempuan."
"Eh biarin kali, emang situ yang ngatur-ngatur kita? Wekkk :p" Balas perempuan dikelas itu.
"Terserah." Singkat Aaron.
Serra dan Neylia hanya melihat pertengkaran kecil tersebut dengan malas. Pagi-pagi sudah diberi tontonan. Eh?
"Bro, mana bukunya? Mau nyontek nih, keburu bel." Pinta Aaron pada Beryl.
"Nih, awas kalau nyontek semuanya, sepatu keras." Ancam Beryl dengan memunjukkan sepatunya ke Aaron.
"Keep calm bro. Suantai kayak dipantai."
Serra dan Neylia hanya melihat pertengkaran kecil pada teman-temannya.
'Sama temennya aja tetep dingin.' Batin Serra dengan tersenyum.
'Mengapa dia bisa mengalami penyakit itu?' Batin Neylia yang bertanya-tanya tentang Beryl.
♣♧♣
Waktu yang ditunggu Serra dan Neylia pun tiba. Yap, Festival Kembang Api!
Kini mereka telah di taman kota dengan waktu yang telah dijanjikan, hanya kurang beberapa menit, festival akan segera dimulai.
"Rame banget ya di sini Nel?" Tanya Serra ditengah keramaian kota.
"Apa?!" Teriak Neylia yang tidak dapat mendengar ucapan Serra tadi.
Serra mengumpulkan nafasnya dan mulai berteriak tepat ditelinga Neylia, "Disini rame banget!!!"
"Oh iya rame banget." Jawab Neylia biasa.
"Apa?!"
"IYA RAME BANGET!!" Jawab Neylia dengan suara TOA nya yang menggelegar.
Duaarrr
Duaarrr
Langit yang awalnya gelap berbintang menjadi terang berwarna dengan perpaduan warna cerah yang terlontarkan dari suatu benda yang kecil. Kembang api.
Sepasang mata dari seorang Serra dan Neylia berbinar-binar dengan pupil yang indah disebabkan oleh warna dari kembang api tersebut.
Suara sorak sorai senang terdengar meriah dalam taman kota tersebut. Dan diselangi tepuk tangan meriah yang menandakan semua orang menyukainya.
"Wuahh..."
Serra melihat kembang api dan melihat di sekelilingnya, mungkin saja ia menemukan seseorang yang ia kenal.
Dan tanpa sengaja ia melihat seseorang laki-laki yang menatapnya, dan mereka saling bertatapan jarak jauh.
"Luke?"
Bersambung
Hallo^^
Gimana chapter ini? Gak nyambung yah? Maapin daku kalau ceruta daku tidak nyambung --"Dan, siapa itu si Luke?
Teman?
Sahabat?
Teman Kecil?
Pacar?
Tunangan? atau Suami? *kalau ini mah kaga mungkin author -,-
Tunggu chapter selanjutnya aja yah? Jangan bosen :)
Lafyuu gaes ♥♥
Nvr
KAMU SEDANG MEMBACA
His Not 'NERD'
Teen Fiction"Akulah Bintang..." "Dan akulah Bulan..." "Aku datang sebagai Matahari..." →Beryl Reymond← Serra Kraisya. Nama yang selalu ada dihati gue. Gue suka sama dia. Tapi, mungkinkah dia suka sama gue? Dengan sifat dan penampilan gue yang bisa dibilang Nerd...