"Awas kalian! JANGAN KABUR!"Teriakan Neylia terdengar hingga seantero kantin sekolah. Dan semua terfokus pada Neylia yang sekarang mengejar 2 murid pindahan dan sahabatnya itu.
Ada yang iri karena dekat dengan murid pindahan bule itu. Dan ada juga yang tidak suka dengan suara toa Neylia yang membuat murid tidak tenang untuk memakan makanannya.
Dan di satu sisi, dari awal sejak kedatangan Luke ke meja kantin yang ditempati Serra dan Neylia. Murid laki-laki berkaca mata ini selalu memperhatikan mereka. Beryl.
'Siapa laki-laki itu?'
'Kenapa dia bisa akrab dengan Serra?'
'Jangan-jangan dia itu..'
Pikiran Beryl bercampur aduk dengan kalimat-kalimat di atas. Dan segera menggeleng-gelengkan kepala dengan angan-angan yang membuatnya... Cemburu? Mungkin.
"Woy bro, ngapain lo geleng-geleng kepala? Pusing lo?" Aaron memegang pundak Beryl karena merasa khawatir.
Beryl dengan pelan menyingkirkan tangan Aaron dari pundaknya, "Kaga, gue pengen langsung ke kelas aja." Dan Beryl beranjak pergi dari meja kantin dan meninggalkan Aaron.
"Tungguin Ber."
♣♧♣
Teett Teett
Setelah mendengar suara yang paling menggembirakan oleh murid sekolah, merekapun berhamburan keluar kelas dengan hati yang berbunga-bunga. Banyak bunga bunga~ *lupakan --"
"Hoi." Sapa laki-laki bule di pintu kelas XII Bahasa 1 dengan mengangkat tangannya.
"Ngapain lo disini?" Tanya Serra dengan sinis.
"Yee jangan sinis kalii mbak kee.. Gue mah cuma mau pulang bareng sama lo." Ucapnya dengan tersenyum.
Dan Serra ber-oh ria dengan jawaban yang diberikan oleh si laki-laki bule tadi. Luke.
Tidak banyak mata yang melihat mereka, karena sebagian murid sudah meninggalkan sekolah tercintahhh ini.
"Gue pulang dulu ya Ser? Ada urusan sama bokap." Izin Neylia yang sepertinya terburu-buru dengan urusannya.
"Oh yaudah lo pulang dulu. Gue bisa sama Luke." Jawab Serra santai.
"Sip dah." Neylia mengangkat satu jempolnya pada Serra. "Dan, awas lo kalo sampe macem-macem sama sahabat gue. Gue sunat lo!" Ancam Neylia pada Luke dengan tatapan mengerikan.
"Iyee anak selokan." Jawab Luke mengejek.
"Anak selokan anak selokan, daripada lo anak bule jadi-jadian. Wleekk" Balas Neylia memeletkan lidahnya dan langsung kabur dari hadapan Serra dan Luke. "Bye Serr, Bye anak bule jadi-jadian!" Teriak Neylia sebelum pergi meninggalkan Serra dan Luke.
"Ampun tuh anak." Luke menggeleng-gelengkan kepala dan menutupi wajahnya dengan satu tangannya. "Gak waras." Tambahnya.
"Seharusnya lo nggak boleh ngomong gitu." Serra menasehati. "Soalnya lo juga nggak waras. Jadi nggak boleh ngatain sesama ras nggak waras lo. Hahah" Tawa Serra pecah dan mendapatkan jitakan kecil dari Luke.
♣♧♣
Sesampainya, Neylia segera memasuki rumah sakit tempat kerja ayahnya itu. Dan memasuki lift untuk menuju lantai 3. Sebelum tiba diruangan ayahnya, anak laki-laki berkacamata yang sangat dikenalnya masuk keruang kerja ayahnya.
'Dia kesini lagi.'
30 menit lamanya Neylia menunggu di samping pintu kantor kerja ayahnya, orang yang ditunggunya pun keluar. Orang yang ditunggu Neylia pun hampir mulai menghilang dari hadapannya, "Ber!" Teriak Neylia.
Dan yang dipanggilnya pun menoleh ke asal suara yang memanggil namanya. "Lo? Siapa?" Tanyanya.
'Jlebb, nih anak pikun atau amnesia?' Batin Neylia.
"Gue temen sekelas lo kali. Masa lo nggak ngerti?" Neylia balik bertanya dengan wajah sedikit kesal karena Beryl tidak mengenalnya.
"Enggak." Cuek Beryl sambil membenarkan posisi kacamatanya.
'Dingin amat mas'
"Lo pasti tau gue kan? Yang biasanya sama... Serra. Orang yang lo suka?" Ucap Neylia yang membuat mimik wajah Beryl berubah dari dingin dan cuek menjadi kaget tak percaya.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
His Not 'NERD'
Teen Fiction"Akulah Bintang..." "Dan akulah Bulan..." "Aku datang sebagai Matahari..." →Beryl Reymond← Serra Kraisya. Nama yang selalu ada dihati gue. Gue suka sama dia. Tapi, mungkinkah dia suka sama gue? Dengan sifat dan penampilan gue yang bisa dibilang Nerd...