3. Coretan di Dinding

243 70 43
                                    

Biiiippp

Bunyi klakson terdengar dari arah luar rumah Dennis. Membuat Acha yang tadi sedang bernyanyi-nyanyi ria, kini menghentikan suaranya dan kembali berkutat pada tali sepatunya. Dia tidak biasa memakai sepatu dengan tali. Tetapi, berhubung di SMA nya kini hal itu merupakan keharusan, mau tak mau, dia harus menurutinya.

Sesuai perjanjian, Dennis akan mengklakson motornya sebagai kode agar Acha segera keluar dari rumahnya untuk berangkat sekolah.

'...Selambat-lambatnya 5 menit setelah klakson dibunyikan, dan Acha belum tiba juga, maka diputuskan Acha pergi ke sekolah tanpa Dennis...'

Begitulah kira-kira isi cuplikan perjanjian antara Dennis dan Acha, yang mereka tulis di tembok belakang rumah Dennis beserta cap tangan mereka berdua.

Itulah salah satu kebiasaan mereka sejak kecil.
Mereka menulis hal-hal semacam itu di tembok belakang rumah Dennis. Kini, hampir semua sudut temboknya dipenuhi coretan tersebut. Kecuali bagian atas, karena mereka berdua tidak dapat menjangkaunya.

Dulu, mereka hanya dapat mengisinya di bagian bawah saja. Tetapi sekarang mereka sudah tumbuh semakin tinggi saat perjanjian itu ditulis.

Tentu saja perjanjian yang baru mereka buat itu, tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Mau tidak mau Acha harus menurutinya. Mau bagaimana lagi? Acha harus menuruti perjanjian itu karena itu termasuk syarat dia masuk SMA Nusa Bangsa versi Dennis.

Acha keluar dengan tergesa-gesa setelah berpamitan pada momy dan daddy-nya. Di lehernya terkalung name tag yang dibuatnya sendiri dari kertas karton yang dibungkus kertas marmer. Lebih tepatnya, dibuat bersama dengan Dennis kemarin sore di beranda rumah Acha. Tak hanya nama yang tertera disana, hobi dan cita-cita juga. Juga ada foto masa kecil, batasan umur(3-10 tahun).

Acha tak merasa malu memajang foto dirinya saat berusia 6 tahun. Karena menurutnya, foto masa kecil nya tak memalukan. Ternyata mereka berdua sama-sama narsis.

Dan yang paling menarik perhatian adalah kata-kata motivasi Acha yang terpajang indah semampai di punggungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dan yang paling menarik perhatian adalah kata-kata motivasi Acha yang terpajang indah semampai di punggungnya.

"Tak kenal maka tak sayang. Tak sayang maka tak kasih uang 😁 ."

Yup! Kalian benar. Tulisan itu memang bukan hasil pemikiran Acha. Melainkan pemikiran otak 'sang jenius'. Begitulah kata-kata narsis yang keluar dari mulut Dennis sesaat setelah menuliskan idenya.

Padahal, awalnya Acha hanya mau menuliskan kata-kata motivasi yang sudah biasa didengar, seperti; rajin menabung pangkal kaya. Tetapi, menurut Dennis kata-kata itu tidak tepat untuknya.

'Memangnya kau rajin menabung? Ah.., aku tahu. Kau rajin menabung setiap pagi hari di toilet, kan? Tapii, menabung di situ bisa membuat kaya, ya?' ucap Dennis dengan wajah sok berpikirnya membuat Acha sebal memikirkan hal itu kambali.

Dennis melihat jam tangannya setelah Acha berada dihadapannya.

"3 menit 17 detik, lain kali kau harus lebih cepat dari ini," ucap Dennis sembari memberikan helm berwarna pink kepada Acha.

'Perhitungan sekali, dia,' ucap Acha dalam hatinya.

"Kenapa harus pink?" tanya Acha sembari menerima helm tersebut.

"Kenapa hasus protes?" Dennis balik bertanya dengan dingin.

'Ada apa dengan sikapnya? Mau jadi sok cool, huh?'

"Ingat! Nggak boleh protes, peraturan no.4."

Acha mendengus kesal. Lagi-lagi peraturan itu membuatnya tak bebas. Tetapi, mau bagaimana lagi. Demi bersama Dennis apapun dilakukannya. Termasuk menuruti perintah Dennis itu sendiri.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Yeay. Akhirnya kelar juga.
Di vote yaa..
Kritik dan saran ditunggu.


19 Mei 2016

My Past Is Your PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang