14. Zian yang Aneh

42 9 7
                                    

Bodohnya Acha. Mau-maunya dia dijadikan jaminan oleh Dennis. Kata-kata Dennis amat tidak bisa dipegang jika dia berkata pada Acha.

"Kumaha neng? Katanya si kutu kupret mau ambil duit ke rumah. Mana?" mamang tukang bubur angkat bicara perihal masalah yang menimpanya itu.

Sedangkan yang ditanya malah acuh.emandangi jalanan bosan. Menunggu orang yang tidak bisa dipercaya itu seperti

"Kan mamang udah saya bilangin, jangan percaya sama dia. Eh, mamangnya malah nge-iya in tawarannya gara-gara diiming-imingin duit. Uh, dasar," ketus Acha merasa kesal pada mamang tersebut karena tidak percaya perkataannya.

"Nih ya, mang. Jaman sekarang mana ada tampang kayak dia mau tanggung jawab balik lagi ke sini buat ganti rugi. Yang ada mereka kabur," ucap Acha bersungut-sungut karena jengah tidak bisa kabur dari sana.

Mamang itu selalu mengawasinya. Bahkan menyandera sepeda gunung miliknya yang kini sudah diikatkan dengan gerobak bubur.

"Eneng beneran nih, nggak kenal sama orang tadi?" tanya mamang tersebut memastikan kembali.

"Nggak, mang. Brapa kali lagi yak kudu ngomong?" Ucapnya kini sembari mencabuti rumput-rumput liar yang tidak sengaja tumbuh di pinggir trotoar. Dan membuangnya ke arah sembarang.

"Udahan yuk, mang. Percuma nunggu orang kayak dia mah... Pulang, ya?"

"Mana bisa atuh neng. Saya kan cuma minta keadilan,"

"Ngomong nya balik ke rumah ambil duit. Sampe panas begini belum dateng juga. Emang rumahnya di hutan amajon?" ucap si mamang yang sekarang sudah mulai ikutan jengah.

"Aduh ...  Benerin dulu tuh, mang. Amazon bukan amajon,"
"kan udah dibilangin, dia ngibulin mamang. Nih ya, rumahnya itu cuma' di komplek sebelah... Amazon dari manany... " Reflek Acha membekap mulutnya sendiri dengan kekedua tangannya setelah menyadari sesuatu yang salah.

"Loh.. Loh..  Tuh neng nya tau. Jangan bohong lah... Ngaku, nggak?" ancam mamang meletakkan kedua tangannya di pinggang dan mengangkat kedua alisnya membuat matanya lebih melotot.

"Ng.. Nggak...  Nggak kenal nggak," uc ap Acha mengedarkan pandangan ke arah berlawanan dari si Mamang.

"Udahlah ngaku neng. Mau pulang nggak?"

"Ya..  Ya mau lah,"

"Yaudah, tunjukkin saya rumahnya, trus kamu bebas,"

"Yaudah, lepasin talinya dong," Acha sudah mulai hilang kendali. Dirinya tidak lagi sopan kepada orang tua dihadapannya ini.

Acha bersiap menaiki sepedanya ketika mamang itu membuka ikatan tali.

"Eits, siapa bilang kamu yang bawa sepeda? Kamu yang bawa gerobak. Mamang yang naik sepeda," ucap si mamang seenaknya. Membuat Acha geram karena jelas-jelas si mamang memanfaatkan suasana.

"Nggak! Jangan dinaikin," ucap Acha berteriak.

'Enak saja. Masa si mamang enak-enaknya naikin sepeda?'

"Yaudah saya tuntun. Yang penting kamu hati-hati aja bawa gerobaknya, " ucap si mamang menjengkelkan.

Susah payah Acha mendorong grobak. Dan dia berteriak di dalam hati... Berharap dennis mendapat sial di tempat sana.

***

Drrttt... Drrtt...

Dennis meletakkan botol air mineral dingin itu di atas kulkas.
Ia segera mengambil hp yang ada di sakunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Past Is Your PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang