12. Bangunin kebo

69 12 8
                                    

"Pagi Ayah, Pagi Dady," Acha menyapa kedua orang yang sedang bersantai membicarakan situasi pekerjaan mereka masing-masing. Menikmati Sabtu pagi yang menyenangkan di depan rumah Ayah Dennis.

Acha menggeser kursi disamping Ayah Dennis. Dan duduk serta ikut berbincang. Oh, ralat. Bukan ikut berbincang, tetapi ikut menyantap hidangan yang ada diantara mereka.

"Pisang gorengnya enak, nih," ucap Acha sembari memandang makanan yang masih penuh dengan asap yang mengepul itu penuh arti.

Sejurus kemudian, tanpa dipersilahkan dan disuguhi oleh pemiliknya dahulu, Acha langsung menyambar pisang goreng tersebut.

"Hah panas.. Huahua..." ucap Acha kelabakan karena panasnya pisang goreng yang saat ini masih di dalam mulutnya. Tapi, bukannya dia kapok, malah melahap kembali pisang tersebut.

"Kebiasaan sii.. Liat makanan langsung disamber," ucap dadynya setelah melihat tingkah laku Acha.

"Mumpung gratis, dady," ucap Acha bersungut-sungut. Dan kembali melanjutkan meniup-niup pisang goreng ditangannya.

"Siapa bilang gratis?" ucap seseorang dari dalam rumah sembari membawa nampan berisikan dua cangkir. Dia meletakkan cangkir berisi kopi hitam untuk Dadynya Acha, dan teh manis untuk Ayahnya Dennis. Selera mereka benar-benar berbeda. Yang satu panas-pahit, yang satu hangat-manis.

"Lalu?" tanya Acha bingung.

"Ya kamu harus bayar lah, Acha.. " timpal ayah Dennis membuat Acha kebingungan.

"Loh, kok Bunda sama Ayah gitu sih? Biasanya Acha makan, minun, tidur disini juga gratis?" Ucap Acha kembali bersungut-sungut.

"Bener tuh kata, Ayah. Kamu harus bayar. Tapi, bayarnya bukan pake uang, pake tindakan," ucap Bunda Dennis senyum-senyum.

"Tindakan? Maksudnya, Acha disuruh nyapu, ngepel, cuci, dan sebangsanya, gitu bun?" tanya Acha menanyakan segala kemungkinan yang bisa terjadi.

Bunda menggeleng.

"Lalu?" tanya Acha masih kebingungan.

"Yang perlu kamu lakukan, cuma' bangunin kebo di atas," ucap bunda sembari mengarahkan telunjuknya ke atas.

"Ohhh.. Itu tho... Serahin aja sama Acha. Beres, bun," ucap Acha enteng.

Sebelum dirinya melangkah ke atas untuk membangunkan si Kebo, dia menyeruput kopi hitam milik Dady nya.

"Wlekk.. Pait," ucap Acha menjulurkan lidahnya. Walaupun begitu tetap saja dia telan.

Sedangkan tiga orang tua itu geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Acha.

"Cha, Momy mu masih, apa?" tanya Bunda saat Acha sudah melangkah masuk ke dalam.

"Masih mandiii," ucap Acha berteriak dari dalam.

***

Huh! Pasti ngorok lagi, nih.'

Ceklek

Bunyi pintu kamar di lantai dua itu terbuka. Acha segera masuk kamar bercat biru putih itu tanpa malu.

"Dennis.. Bangun. Naik sepeda keliling komplek yuk," Acha membangunkan Dennis dengan perlahan. Dia hanya menggoyang-goyangkan bahu Dennis berharap yang dibangunkan segera terjaga.

Tentu saja tidak mempan, orang yang tidur seperti kebo mana bisa di bangunkan seperti itu.

Harus dengan cara lain.

Acha segera melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi yang ada di pojok kiri kamar Dennis. Acha mengambil gayung beserta air. Lalu, dengan jahilnya Acha mencipratkan air tersebut ke wajah Dennis.

Hingga air itu berceceran ke bantal kasur pun, sang pemiliknya tetap tidak mau bangun. Seakan kasurnya dengan tubuhnya sudah disetting setiap sabtu dan minggu pagi hanya bisa berada di kasur. Karena tarikan magnetnya sangat besar.

Jika sudah begitu, Acha merasa seperti dia adalah medan magnet yang sama muatannya dengan Dennis. Sedangkan Dennis dengan kasurnya berbeda muatan. Kalian tentu tahu bukan, jika muatannya berbeda maka akan tarik-menarik seperti Dennis dengan kasurnya. Sangat melekat. Dan Jika muatannya sama, maka akan tolak-menolak. Seperti segala cara yang dilakukan, Acha. Semuanya mental.

Acha terus mencipratkan air itu hingga hampir habis. Tapi reaksi Dennis sungguh menjengkelkan. Dia hanya membuka sekejap matanya, untuk sekedar melihat keadaan saja. Lalu setelahnya dia kembali terpejam dan menarik selimutnya hingga menutupi semua tubuhnya. Dan bergelung dengan selimut itu menjadi seperti sushi yang digulung.

"Dasar kebo! Gimana bisa kebo kaya lo jadi wakil ketua OSIS, si? Dasar sinting yang milih lo," ucap Acha berkata kasar.

"hmm... " jawab Dennis dibalik selimutnya.

'Aha! Gue ada ide nih,' ucap Acha dalam hatinya seakan-akan saat mengatakannya muncul lampu bohlam menyala adi atas kepalanya.

"Ah... Jadi nggak mau bangun, nih?" tanya Acha mencoba memancing, karena dia sudah memiliki ide agar Dennis mau bangun.

Tidak ada jawaban dari Dennis.

"Jadi... lo ikhlas nih, reputasi lo sebagai WAKIL KETUA OSIS yang terhormat jatuh gitu aja gara-gara gue sebarin foto-foto jelek lo, hmn?" ucap Acha menekankan kata wakil ketua OSIS.

Krik krik krik

Tidak ada tanggapan.

Acha mencebikkan bibirnya melihat gulungan selimut di depannya ini tidak bereaksi.

'Dia pikir, gue main-main apa? Gue bisa aja sebarin aib-aibnya sekarang juga,"

"Oke kalau gitu, gue akan post foto lo yang waktu sd dijewer sama Bunda gara-gara lo ngerjain gue trus gue aduin lo ke bunda. Masih inget ekspresi lo gimana? Atau... Gue aduin aja ya? ke Bunda sama Ayah kalo lo jadi wakil Ketua OSIS di SMA. Pasti mereka ketawa nggak percaya. Kebo kayak gini jadi panutan. Hahahahaha, " Acha tertawa dibuat-buat.

Acha mengancamnya dengan kata-kata dan foto-foto yang diambil dengan kamera dadynya dulu. Padahal fotonya tidak ada di hp yang sekarang dia pegang. Tapi dia berlagak seakan-akan dia punya. Dia juga mengancam Dennis akan memberitahu orang tuanya bahwa dia pernah jadi Wakil Ketua OSIS. Oh, ralat. Bukan pernah, tapi masih. Walaupun jabatannya akan segera terganti.

Dan bisa dilihat oleh Acha, kini gelungan selimut itu bergerak beringsut dan menampilkan raut wajah seorang Dennis yang cemas.

"Nggak. Nggak. Jangan," ucapnya yang kini benar-benar cemas keluar dari gelungan selimut.

Ckrek..

"Buahahaha... Kena, lo," Acha tertawa bangga setelah dirinya sekali lagi berhasil megambil gambar wajah jeleknya Dennis.

"Achaaa!" Dennis amat kesal dengan tingkah laku Acha. Sedang Acha hanya tersenyum penuh kemenangan.

***

Halo semua...
Setelah lama aku hiatus cerita ini, aku kembali lagi.

Maaf kalo nggak nyambung. Rada' lupa. Maaf juga typo nya bertebaran.

Maaf...

Pekalongan, 30 Desember 2016.

My Past Is Your PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang