Malampun Puri tak bisa tidur nyenyak. Rasa penasarannya terus menghantuinya. Keesokan harinya, Radit benar-benar datang setelah subuh. Tanpa banyak kata kedua muda-mudi itupun lenyap dalam dinginnya embun pagi.
Radit membawa Puri kesuatu tempat yang jauh yang belum pernah ia datangi sebelumnya. Radit menghentikan motornya didepan pemakaman. Tanpa kata Radit memasuki daerah pemakaman itu diikuti Puri dengan penuh tanda tanya. Hingga Radit menghentikan langkahnya disebuah makam yang mampu membuat Puri lemas seakan tulang-tulang dalam tubuhnya hilang bersama airmatanya.
Tak ada satupun keluar dari mulut Radit maupun Puri. Hanya rasa ketidak percayaan yang ada didalam pikiran Puri. Harapannya akan David hilang bersama airmatanya didepat makam dengan nisan bertuliskan nama David Wiradmaja.
"David meninggal karena kecelakaan waktu dia balik ke Malang." Kata Radit mencoba menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi pada David.
"Waktu itu sebenernya gue mau bareng dia... cuma David gag mau katanya dia ada urusan sama seseorang makanya sebelum dia berangkat dia nganterin gue ke terminal dulu. Setelah itu gue gag tau apa yang terjadi sama dia. Gue baru tau esok harinya waktu gue mau berangkat kuliah."
"Kenapa loe gag kasih tau gue?" Tanya Puri ditengah tangisnya
"Sumpah Demi Allah Pur... Gue gag tau kalau yang lagi deket sama David itu loe. Beneran... David gag pernah cerita sama gue. gue baru tau loe itu kemarin waktu gue beresin kamarnya David karena kamarnya mau di pakek orang lain."
"Gue juga nemuin ini. Gue gag tau apa isinya, tapi kayaknya ini buat loe. Coba loe buka. Siapa tau penting." Kata Radit sambil memberikan selembar kertas berwarna biru pada Puri.
Aku gag tau kapan kamu akan baca tulisanku ini. Tapi yang pasti ketika kamu baca tulisan ini aku pasti udah gag ada di sampingmu. Kamu pasti bertanya kenapa? Karena aku gag akan pernah memberikan surat ini secara langsung karena aku gag mau kamu menganggapku sebagai pengecut yang hanya berani lewat surat.
Ingat gag saat pertama kita ketemu? Ingat gag jaketku yang saat ini masih kamu bawa? Dan saat itulah aku merasa bahwa Tuhan telah mengirimkan aku seorang bidadari ditengah hujan. Aku cinta sama kamu Puri. Dan kalau sekarang aku memang udah gag ada di sampingmu lagi aku ingin kamu selalu mengingat aku. Ingatlah aku ketika hujan turun, karena saat itu aku sedang tersenyum memandangmu. Rasakanlah kehadiranku. Iya kalau kamu mau sih.
Nitip jaketku ya?
Pangeran Hujan
David
Puri hanya mampu menangis setelah membaca surat dari David. Tak ada sepatah katapun yang mampu keluar dari mulut gadis cantik itu. Radit mencoba menenangkan Puri.
"Pur... gue tau loe kehilangan David... tapi loe harus kuat. Loe harus bisa tersenyum. Karena gue yakin David gag pengen liat loe nangis kayak gini." Kata Radit sambil menghapus air mata gadis yang dicintainya itu.
"Tapi kenapa harus seperti ini Dit? Gue nunggu dia didepan gerbang asrama sampek malem. Cuma satu harapan gue waktu itu. Gue liat dia dan motornya ada didepan asrama. Tapi apa yang gue dapet??? Sampek asrama tutup tak ada dia, bahkan kabarnya pun takku dapat. Dan sekarang???" Kata Puri menangis. Bersimpuh didepan makam bertuliskan nama David
"Gue ngerti perasaan loe. Gue tau. Tapi apa loe lupa, rejeki jodoh dan maut sudah Allah tuliskan dilauhul mahfudz. Kita sebagai hamba bisa apa kecuali ikhlas?" Kata Radit sambil memeluk Puri yang masih terus menangis
"Tapi kenapa harus David? Kenapa secepat ini? Untuk apa? Untuk apa Allah ngenalin gue sama David kalau akhirnya sakit yang gue dapet dit?"
"Istighfar Pur. Allah pasti punya tujuan baik dibalik peristiwa menyakitkan ini. Ikhlaskan David Pur."
"Kenapa Dit??? Kenapa harus David?" Kata-kata Puri yang selalu diucapkannya didalam tangis.
Radit hanya mampu mendekap gadis yang dicintainya dalam diam itu. Radit tak mampu berkata apapun. Hatinya sakit mengetahui gadisnya mencintai sahabatnya Sangat dalam. Ada rasa cemburu dalam hati Radit. Hatinya tertawa, masih pantaskah dia cemburu pada sahabatnya yang kini telah tiada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan
SpiritualHujan membawamu padaku, mengenalkan tentang cinta. Namun karena hujan aku merindumu dan karena hujan aku harus melupakanmu, meletakkanmu sebagai masalalu