Puri POV
Aku masih belum percaya bahwa laki-laki yang sekarang sedang mengobrol dengan bapak adalah suamiku. Yang aku ingat memang aku pernah mengenalnya dulu saat aku masih menjadi MABA. Kami sempat bertemu beberapa kali dalam beberapa acara yang diadakan BEM, organisasi yang digelutinya. Dan tanpa sengaja Puri yang ditugasi untuk meliputnya.
Ingatanku setahun sebelum aku kecelakaan memang hilang. Dan aku sama sekali tak mengerti kenapa lelaki itu dengan setia menemaniku 2 tahun ini. Seperti yang ibu ceritakan padaku. Apa karena dia merasa bersalah padaku karena kecelakaan dulu. Aku sangat bingung sekarang? Apa dia tulus denganku?
Flashback On
"Anak ibu kok melamun pagi-pagi? Radit kemana Nduk?" Tanya ibu padaku. Ada beberapa pertanyaan yang selalu menghantuiku setelah aku sadarkan diri.
"Bu... kenapa Radit ada disini? Seingat Puri, Puri tak punya hubungan istimewa dengan dia disini. Puri memang sempat ngobrol tukar pengalaman dengan dia dulu waktu masih jadi MABA."
"Kamu lupa kalau kamu kecelakaan sama dia?"
"Bareng Radit bu? Kok bisa?"
"Kamu tanya aja sama dia. Biar Radit yang menjelaskan."
"Ibu Puri sama sekali gak inget kejadian satu tahun sebelum Puri kecelakaan. Ada kejadian apa disana?"
"Sudahlah sayang. Kamu akan ingat nanti. Percayalah. Dokter bilangkan cepat atau lambat ingatanmu akan kembali."
"Iya ibu. Hmm bu... sebelum Puri bangun, Puri seakan mimpi kalau Puri dicium oleh seseorang. Dia memanggilku istriku." Kataku malu
"Puri tau siapa dia?" Tanya Ibuku lalu dibalas gelengan kepala olehku
"Itu bukan mimpi sayang. Radit yang menciummu." Kata Ibu membuatku tak percaya
"Apa? Radit Bu?" Tanyaku terkejut
"Iya dia suamimu Puri. Beberapa menit sebelum kamu bangun, bapak menikahkan kalian. Radit yakin kamu seperti putri tidur yang hanya akan bangun jika ada seseorang yang mencintainya dengan tulus. Dan konyolnya ibu dan bapak percaya. Inilah akhirnya. Kamu bangun setelah Radit menciummu. Dia halal melakukan itu nak."
"Bagaimana bisa bapak dan ibu mengijinkan dia menikahiku?"
"Karena kami percaya dia lelaki yang sholeh dan bertanggungjawab. Dia menunggumu dua tahun ini tanpa ada kata lelah. Dia tulus mencintaimu nduk. Bahkan dia rela jauh-jauh bolak balik dari Surabaya blitar cuma buat menjagamu. Dan kamu tau, saat ibu ingin mengikhlaskan kamu, dan menghentikan semua ini karena alasan biaya Raditlah yang memaksa untuk tetap mempertahankanmu sampai dokter benar-benar menyatakan kamu telah meninggal. Dan Radit berjanji semua biaya dia yang menanggungnya."
"Jadi karena itu ibu dan bapak mengijinkan dia menikahi Puri?" Entahlah aku merasa kecewa dengan penjelasan ibu.
"Puri dengarkan ibu, kalau kamu kecewa dengan keputusan ibu dan bapak. Ibu minta maaf. Ibu dan bapak cuma merasa Radit sangat tulus padamu nak. Terlebih Radit sangat menjaga kamu nduk. Percaya sama ibu nduk." Aku tertegun mendengar penuturan ibuku. Aku merasa sangat bersalah sekarang.
"Maaf bu. Puri gak bermaksud seperti itu. Puri percaya ibu dan bapak ingin yang terbaik untuk puri. Puri hanya kaget bu. Puri insyaallah ikhlas menerima pernikahan ini. Puri ikhlas bu." Kataku dan tanpa aku sangka ibu langsung memelukku dan aku menangis dalam pelukannya
Flashback off
"Kamu kenapa Pur?" Tanya Radit menghampiriku. Apa dia tau aku memperhatikannya daritadi?
"Kamu kenapa melihatku seperti itu daritadi? Ati-ati jatuh cinta sama pesonaku." Kata Radit menyebalkan.
"Aissh aku lagi serius Radit."
"Serius terpesona denganku?" Ini orang minta dijitak mungkin kepalanya. Agak konslet
"Berhenti bercanda dit. Kenapa kamu lakuin semua ini?" Tanyaku langsung
"Ibu sudah memberitahumu?" Tanya Radit. Aku hanya mengangguk.
"Aku cuma ingin melindungimu sebisaku. Cuma itu."
"Untuk apa? Apa untungnya buatmu?"
"Hmm untungnya aku bisa menikahimu sekarang. Bahkan tanpa meminta persetujuan darimu."
"Dit??? Aku serius. Aku sangat ingat dulu waktu MABA kamu jadi sorotan banyak orang. Banyak cewek yang suka sama kamu. Dan aku cuma gak mau karena aku, karena rasa bersalahmu, kamu mengorbankan semuanya buatku."
"Apa yang aku korbankan sebanding dengan apa yang aku dapatkan Puri. Dan kamu juga perlu tau, bukan rasa bersalahlah yang mendasari aku melakukan ini semua."
"Lalu karena apa?"
"Karena aku percaya bahwa akan ada pelangi setelah hujan."
"Apa indahnya pelangi kalau hujan jauh lebih indah dan menyegarkan?" Kataku. Aku bingung bagaimana bisa aku bilang bahwa hujan jauh lebih indah dari pelangi. Bahkan dari dulupun aku sangat tidak suka pelangi.
"Apa indahnya hujan?" Tanya Radit. Aku hanya diam tak tau alasan untuk menjawab pertanyaannya.
"Hujan akan indah dan menyegarkan bila kehadirannya diharapkan. Namun hujan akan menjadi sangat menyebalkan bila tak ada yang menginginkan kehadirannya." Jelas Radit. Apa maksudnya.
"Besok terapimu akan dimulai. Sekarang lebih baik kamu istirahat.tadi sudah makan kan?" Tanya Radit padaku lembut. Aku hanya mengangguk seperti anak kecil.
"Selamat Tidur. Semoga mimpimu menyenangkan dan saat terbangun nanti ingatanmu telah kembali. Jangan lupa berdoa." Kata Radit lalu mencium keningku lembut. Seketika tubuhku menegang. Radit hendak beranjak dari duduknya. Tanganku mencegahnya. Entah aku pun tak tau apa yang telah aku lakukan. Aku hanya ingin Radit disini menemaniku. Raditpun tanpa berkata langsung duduk kembali. Dia membelai wajahku lembut. Dan aku mulai terlelap
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan
SpiritualHujan membawamu padaku, mengenalkan tentang cinta. Namun karena hujan aku merindumu dan karena hujan aku harus melupakanmu, meletakkanmu sebagai masalalu