Puri sedang terlelap ketika sebuah ciuaman mendarat dikening, hidung dan bibirnya. Gadis itu perlahan membuka matanya merasa tidurnya terusik oleh seseorang. Dialah Radit, suaminya.
"Kamu bilang pulang besok? Ini masih tengah malam Radit." Kata Puri mencoba untuk bangun.
"Tidurlah. Besok saja tanya nya. Maaf sudah membangunkanmu." Kata Radit sambil mengelus puncak kepala Puri. Gadis itupun tertidur kembali.
Radit pun tidur disalah satu sofa yang ada diruangan itu. Ibu mertuanya telah tidur di kasur sebelah Puri sedang bapak mertuanya lebih memilih tidur di mushola.
"Loh dit. Kapan kamu datangnya kok ibu gak tau?" Tanya Bu dewi saat Radit hendak sholat subuh di mushola
"Tadi malem bu jam 11. Radit mau ke mushola ya bu. Mau sholat subuh." Kata Radit sambil mencium tangan ibu mertuanya.
"Iya Dit."
"Oh iya bu. Insyaallah nanti bunda sama ayah akan kesini. Agak siangan mungkin sampek sininya."
"Oh kalau gitu bunda sama ayahmu suruh langsung kerumah aja dit. Hari ini Puri sudah boleh pulang nak."
"Ah iya bu. Nanti Radit sampaikan ke bunda. Assalamualaikum." Kata Radit sebelum keluar kamar rawat istrinya.
"Radit mana bu?" Tanya Puri ketika bangun dan tidak menemukan sosok suaminya.
"Di musholla nduk. Bentar lagi juga kesini. Paling ya masih ngobrol sama bapakmu. Kayak gak tau bapakmu aja. Kan kalau udah ketemu sama mantunya kan emang gitu. Gak kenal waktu."
"Iya ya bu. Padahal bapak bukan tipe orang yang gampang akrab."
"Persis kamu sama adikmu. Yaudah kamu istirahat aja lagi. Ibu tak siap-siap."
"Adek gak kesini bu?"
"Enggak. Kan dia mesti sekolah."
"Hmm bu."
"Apa nduk?"
"Menurut ibu Radit cinta gak sama Puri?" Tanya Puri setengah berbisik
"Kalau aku bilang iya kamu percaya gak?" Kata Radit membuat Puri terkejut.
"Radit? Sejak kapan kamu disitu? Nguping." Kata Puri menyembunyikan rasa gugupnya. Wajahnya memanas.
"Ibu keluar dulu ya. Mau nyusul bapak." Kata Dewi meninggalkan anak dan menantunya.
"Enak aja bilang aku nguping. Kebetulan aku tadi nyampek pintu kamu tanya gitu ke ibu ya otomatis dengerlah." Kata Radit sambil sambil duduk disisi tempat tidur Puri yang kosong.
"Ini ngapain kamu ikutan duduk disini?"
"Diem dulu deh. Bentar aja. Kamu rasain detak jantungku." Kata Radit sembari membawa tangan Puri ke dadanya.
"Bandingin sama detak jantung kamu. Cepet yang mana? Kata orang, kalau orang jatuh cinta itu jantungnya berdetak lebih cepat kalau lagi deket orang yang dia cintai. Cepet punya siapa?" Tanya Radit pada Puri sembari menatap istrinya tulus.
"Punya kamu."
"Aku bukan orang yang pintar merangkai kata. Aku juga bukan orang yang romantis. Aku cuma mau kamu tau bahwa aku sangat mencintai kamu, bukan melalui mulutku ini tapi dengan perilaku ku ke kamu." Kata Radit lembut sembari mengecup tangan istrinya.
"Sejak kapan?"
"Hmm sejak aku mengenal Puri Rahmatika Zahara."
"Tadi katanya suruh serius kamu sendiri malah bercanda." Kata Puri sembari mencubit perut suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan
SpiritualHujan membawamu padaku, mengenalkan tentang cinta. Namun karena hujan aku merindumu dan karena hujan aku harus melupakanmu, meletakkanmu sebagai masalalu