Wedding Day : Unromantic Guy

9.1K 557 16
                                    


Cie yang ngechat Deva :p Hahaha sorry ya Deva emang agak-agak nyebelin, hemat kuota dan pelit huruf :(( Tapi jangan kapok-kapok ngechat dia loh yaa, yang mau tanya2 silahkan asalkan jangan minta dikawinin aja (?) Buat yang belum add Deva, sok atuh di-add LINE-nya alxadeva

Happy Reading!


-


Belum jadi istri aja aku sudah rela berkorban bangun subuh seperti ini buat nyiapin baju kamu, Dev, apalagi kalau sudah resmi.

"Bangun, ntar telat!" aku menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Deva sekali lagi. Namun dia tak juga bangun, malah makin mengeratkan selimutnya. Melihat tumpukan baju Deva yang sudah kususun rapi di dalam koper, aku semakin tidak sabar untuk melakukan ini setiap hari. Menyiapkan seragamnya sebelum terbang, memasak sarapan, kemudian mengemas keperluanku sendiri, dan terus berulang.

Atau lebih jauh lagi, aku dan Deva akan memandikan anak-anak kami dan mengantar mereka ke sekolah sebelum terbang. Marriage life is perfect.

Sudah pukul setengah enam, Deva harusnya berangkat setengah jam lagi tapi dia tetap juga tidak mau bangun, padahal sudah seribu kali aku meneriakinya. Hiperbola.

"Dev, bangun cepetan!" lima belas menit tersisa, Deva melenguh, mengintip jam dinding dan masih sempat menutup mata.

"Sekarang jam berapa?" tanyanya dengan mata tertutup.

Aku memutar bola mataku, sebal, "Enam kurang lima belas menit."

"Hah?!" Deva bangkit dari kasurnya, menyambar handuk, dan melepas kaosnya dalam waktu sepuluh detik. Rekor barunya.

"Kenapa kamu gak bangunin aku?" cetusnya saat ia sedang memasang dasi, "aku jadi telat begini, Ra."

"Dih! Aku udah bangunin kamu berkali-kali tapi kamunya aja yang kebo! Udah tahu terbang pagi malah molor!" balasku, tak ingin disalahkan, "kamu kenapa jadi manja sih kalau aku ada di sini? Biasanya juga bangun sendiri."

"Ya 'kan beda, Ra," Deva meneguk segelas air putih yang sudah kusediakan, dasi bergaris abu-abu yang ia pasang tadi entah bentuknya seperti apa, "kamu juga harus belajar menghadapi sifat asliku yang seperti ini. Aku capek, Ra, setiap hari dibangunin sama alarm hp terus, sekali-sekali pakai suaramu."

"Pakai suaraku juga kamu gak bangun, ckck," aku berdiri di hadapannya, membenarkan dasi yang terpasang di lehernya. Setiap wanita pasti menyukai ini, 'kan? Memasangkan dasi untuk suami atau kekasih mereka sebelum berangkat kerja dan dibalas dengan seuah kecupan di dahi, wanita bukan wanita juga tidak menyukai kegiatan ini.

"Mungkin lain kali kamu harus nyoba cara lain?" dia mengerlingkan matanya. Aku bergidik ngeri.

"Apaan sih kamu, mesum!"

Deva tertawa, ia mengambil topi dan memakainya. Kopernya pun sudah kusiapkan di dekat pintu, enak sekali ya jadi dia.

"Aira," dia berbalik, "thanks for being mine," telapak tangannya menangkup kedua pipiku, menarik aku ke dalam dekapannya yang hangat. Aroma mint langsung mencuat dari lehernya saat Deva memelukku erat.

"I'm sorry for being yours," ledekku. Bibirnya mengerucut.

"Tau ah, gak aku bawain oleh-oleh, ya," ancamnya.

Devair Part. 2 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang