Rain

5.5K 253 7
                                    

Warning!!!
Typo and Gaje..
Happy reading guys..
.
.
.
.

Sano dan Anya masih duduk di kelas Anya.

"Anya ayo kita ke kantin.. hari ini aku yang traktir.." ajak Sano.

"Aku tak menerima traktiran" Kata Anya sambil tersenyum manis pada Sano.

"Angap ajha ini hadiah pertemanan kita.. dan ucapan terima kasihku karna kamu sudah menolongku kemaren" Sano menarik tangan Anya menuju kantin.

Sano dan Anya duduk di kantin. Banyak mata tertuju pada mereka berdua. Lebih tepatnya Anya.

"Anya kau ini sering makan magnet ya?"

"Apa-apaan si kamu Sano? Aku tuh makan nasi lah bukan makan magnet.."

"Hahaha aku bercanda kok Anya.. habisnya semua perhatian tertuju ke meja kita.. Hey Anya aku pesen makanan bentar ya? Kamu tunggu disini.. jangan lari kemana-mana ya? Hehehe" Anya hanya tersenyum melihat tingkah orang yg dia sukai itu.

"Aku merasa semua tentang mu itu adalah hal yang slalu membuatku tersenyum" Anya menatap punggung Sano.

Saat Anya sedang duduk dengan Sano seorang lelaki duduk dihadapannya.

"Hai.." Anya menatap orang yang berhai ria didepannya.

Tanpa membalas sapaan orang itu, Anya malah memalingkan wajahnya melihat Sano kembali.

"Hey kenapa kau tak membalas sapaanku?" Dia berdiri di depan Anya menghalangi Anya yang tengah memperhatikan Sano.

Anya kemudian berdiri lalu pergi ke dengan Sano yang tengah memesan makanan.

"Heyy.." Sano kaget karna tiba-tiba saja Anya sudah disampingnya.

"Ku bilang kan kau jangan kemana-mana.. kenapa malah ke sini tak tunggu saja di tempat duduk?" Kata Sano.

"Ada cowok jadi aku tak suka" Anya hanya berdiri di samping Sano.

"Baiklah.. baiklah.. dasar phobia cowok.. hahahaha"

"Ihh aku bukan phobia cowok tapi trauma Sano" Anya memukul lengan Sano.

"Hahaha maaf.. maaf.."

Mereka pun membawa pesanan makanan mereka. Namun, saat mereka akan menuju ke meja yang tadi Anya menahan lengan Sano.

"Ada apa lagi tuan puteri?"

"Kita pindah meja lain saja Sano. Ada lelaki itu disana."

"Baiklah"

Anya dan Sano pun beranjak ke meja lain yang masih kosong. Anya segera duduk. Saat Sano akan duduk di depannya Anya menatapnya.

"Hey, kenapa kau duduk situ Sano?"

"Loh emang aku harus duduk dimana?"

"Disampingku. Aku tak suka jika nanti ada yang duduk di sampingku.." "Sekalian biar aku bisa duduk lebih dekat denganmu" Tambahnya dalam hati.

"Baiklah.. baiklah.."

Sano duduk disamping Anya. Lalu memulai acara makannya. Anya sesekali melirik Sano.

Sano yang merasa seperti dilirik Anya menatap kearah nya.

"Uhuuukk" Anya terbatuk ketika orang yang diliriknya menatapnya.

"Perasaanku kau terus melirikku ya?" Bisik Sano yang membuat Anya semakin terbatuk.

"Heyy Anya kau tak apa?? Minumlah air ini dahulu." Sano memukul-mukul punggung Anya lalu memberinya air minum.

Glekk.. glekk.. glekk..

Anya meneguk habis air di gelas yang diberikan Sano.

"Kau itu makannya seperti anak kecil saja harus batuk kayak gitu" Ejek Sano dan yang di ejek hanya menatapnya miring.

"Ini semua juga gara-gara kamu dasar bodoh" Batin Anya.

Mereka berdua sudah sangat akrab. Berjalan layak sepasang kekasih, bercanda layak kakak dan adik, danbertengkar layak kucing dan tikus. Anya sering kerumah Sano begitupun sebaliknya. Anya bahkan sudah dekat dengan Seina kakak kembar Sano. Oh ya, kenapa seina tak terlihat di sekolah Sano? Karna Seina bersekolah di sekolah fashion di Kyoto. Karna dari kecil itu adalah impian Seina.

Dan seperti biasa Sano dan Anya slalu pulang bersama dari Sekolah.

Sano masuk ke kelas Anya. Anya tak pernah mau keluar dari kelas jika tak dijemput Sano.

"Anya ayo cepat pulang kayaknya akan hujan. Langit sudah mendung."

"Tenang saja aku membawa payung kok"

"Huhh kau curang bawa payung kok tidak bilang aku dulu sih."

"Sudahh.. ayo cepat balik nanti kita kehujanan Sano."

Sano dan Anya segera keluar dari kelas Anya. Langit sudah sangat mendung. Mereka mulai berjalan pulang. Hujan mulai turun satu per satu ke permukaan tanah. Anya segera membuka payung ungunya.

"Hey Sano mendekatlah hujan mulai turun" Mendengar kata-kata Anya, Sano hanya mengacuhkan.

"Hujan menyenangkan tau.." katanya pada Anya.

Anya menggeleng-gelengkan kepalanya. Hujan semakin deras turunnya.

"Hey Sano ayo payungan.. kau mau nanti kena sakit?"

Sano mendekat pada Anya. Dia kemudian merampas payung Anya.

"Heyy kembalikan apa yang kau lakukan.. nanti aku basah" Namun bukannya mengembalikkan payung Anya dia malah menutupnya.

"Ayo kita bersenang-senang di bawah hujan" Sano menarik tangan Anya.

Anya melihat Sano yang seperti itu membuatnya tersenyum. Sank melihat Anya.

"Anya kau terlihat lebih cantik jika dibawah hujan.."

Blushh..

Satu kata Sano itu sukses membuat wajah putih Anya menjadi merah.

"Aku akan mencintai hujan karna dirimu Sano" Anya membatin sambil tetal menatap Sano sambil tersenyum.

"Apa kau tak apa-apa Anya?"

"H..hahh?? Eh.. ehmm.. ti..tidak kok.. aku tak apa" Anya jadi salah tingkah karna Sano.

Sano hanya tersenyum geli melihat Anya yang seperti itu. Sano kemudian berputar-putar di bawah hujan.

"Sano.. aku.. aku.. menyukaimu.." Sano yang mendengar itu sontak terhenti. Dia menatap Anya.

Dia mendekati Anya. Semakin dekat.

T.B.C

Vote and Comment please.. thanks for reading this chapter..^^ Sorry juga kalo agak pendek ceritanya..

She's My LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang