With You

5.5K 220 18
                                    

Warning!!!
Typo and Gaje
Happy reading guys^^
.
.
.
.
.
.

Anya memakai gaun pengantinnya dan dia mulai duduk dimeja rias. Dia menatap wajahnya di cermin. Tidak ada raut bahagia yang keluar dari wajahnya. Dia meneteskan air mata kesedihannya.

"Sano, kenapa!? Kenapaaa!?" Batin Anya berteriak dalam hati. Ia sangat mencintai Sano bahkan untuk apapun. Namun Sano memilih untuk melepaskan Anya.

*Flashback*
"Aku tau.. dari raut wajahmu, kau ingin mengatakan soal perjodohan itu kan??" Anya mulai meneteskan air mata saat memeluk Sano.

"Iya.. uhmm itu sebenarnya aku ingin agar kau tidak menikah...." Belum sempat Sano menyelesaikan perkataannya Anya langsung memotongnya.

"Apa benar kau tak ingin aku menikah??apakah kau kesini untuk melamarku didepan orang tuaku??"

"Anya.. tolong dengarkan aku.. Aku cuma ingin mengatakan sebaiknya kau tidak menikah denganku. Aku gak ingin menjadi penghalang antara kau dan keluargamu.. Terimalah perjodohan itu dan lupakan aku.." Setelah mengatakan semua itu Sano berlalu meninggalkan Anya yang mulai terisak.

Anya terduduk sambil berpegangan di sisi jembatan rasanya dia sudah tak memiliki kekuatan untuk berdiri lagi.

*Flashback Off*

Anya masih menatap kosong ke arah cermin di sertai tetesan tetesan air mata. Sementara itu beberapa tata rias melihat Anya yang tengah bersedih hanya bisa menatap ibah.

"Kasihan sekali ya nona Anya yang terus terdiam seperti itu" Kata si penata rias ke penata rias yang satunya.

"Iya.. Dia pasti tak ingin menikah ya??" Balas penata rias satunya.

Tok.. tok..

Pintu kamar rias Anya diketuk. Ibu Anya kemudian masuk kedalam.

"Anya.. Ibu tau kamu tak ingin dijodohkan seperti ini.. Tapi ibu dan ayah hanya ingin yang terbaik untukmu sayaang" Kata ibu Anya sambil memeluknya dari samping. Namun tak ada balasan dari Anya. Dia hanya diam seperti mayat hidup. Karena merasa putrinya membutuhkan waktu untuk tenang ibunya pun tak banyak bertanya lalu segera keluar dari kamar itu. Kemudian penata rias segera merias wajahnya agar tak memakan banyak waktu. Karena pemberkatan akan secepatnya di mulai.

Sementara itu ditempat lain Sano berjalan gontai. Ia saat ini masih berada di Tokyo. Dia menginap di Tokyo sampai hari dimana Anya akan menikah. Ia meratapi apa yang telah diperbuatnya. Ia sangat menyesal telah melepaskan Anya untuk dijodohkan. Sano pun singgah disebuah kedai lalu duduk merenung.

"Apa yang telah aku lakukan?? Dasar bodoh.." Batin Sano.

"Apa kau dengar tidak tentang teman sekampus kita yang orang tuanya itu kaya raya. Katanya sekarang dia sudah seperti mayat hidup.. Mungkin dia tidak ingin di nikahkan.. Ya tapi pasti begitu kehidupan untuk orang kaya.. Orang tua selalu menjodohkan anak mereka dengan orang yang kaya agar bisnis mereka semakin berkembang.." Sano mendengar pembicaraan dua orang gadis yang tengah duduk di kedai tempat Sano singgah.

"Hahaha iya kasihan ya dia.. Apa kau yakin hidupnya akan bahagia kalau menikah?? Aku yakin pasti enggak.." balas gadis satunya lagi.

Sano segera berdiri dari tempat itu kemudian dia segera menaiki taksi menuju gereja tempat dinikahkannya Anya dan lelaki yang akan di jodohkan dengannya.

"Pak bisakah Anda lebih cepat??" Pintahnya pada sopir taksi.

"Maaf tuan tapi saya tidak bisa.. Karna itu melanggar aturan.. ditambah saya tidak mau membahayakan penumpang saya" kata sopir taksi itu.

"Pak acara pernikahan teman saya akan segera dimulai tolonglah" Pintah Sano sekali lagi.

"Baiklah.. baiklah.." Sopir taksi itu mempercepat mobilnya.

Kini Sano sudh berada di depan gereja tempat Anya akan dinikahkan. Sano memantapkan langkahnya untuk memasuki tempat itu. Saat memasukinya, ia melihat kedua mempelai sudah berada didepan altar.

"Berhenti!!" Teriak Sano yang mengundang segala perhatian di tempat itu tak terkecuali Anya. Anya menatap Sano penuh tanda tanya. Namun terkir senyum dibibirnya.

"Aku ingin acara pernikahan ini dihentikan... aku tau 'Anyaku' tidak akan pernah bahagia dengan perjodohan yang terjadi saat ini." Kata Sano sambil menekankan nadanya pada kata Anyaku.

"Heiii apa yang kau lakukan?? Apa kau tak berpikir yang kau lakukan ini ridak masuk akal??" Teriak calon mertua lelaki Anya.

"Tidakk.. berhenti.. Aku memang tidak bahagia dengan perjodohan ini.. Ayah.. Ibu.. kalian tau sendiri kan bahwa aku tak ingin berada diatas altar ini kalau bukan dengan dia.." kata Anya sambil menunjuk ke arah Sano. Air matanya sudah berada dipelupuk matanya.

Anya turun dari altar kemudian menundukan dirinya di kaki ayahnya.

"Ayah.. ku mohon ijinkan aku untuk membatalkan pernikahan ini.. Aku tak ingin menikah dengan pria itu.."

"Anya berdiri.. apa yang kau lakukan.. Jangan permalukan dirimu sendiri Anya.." Ayahnya membantunya berdiri.

Ibu Anya berjalan mendekati Sano. Lalu ibu Anya berbicara padanya.

"Sano.. Aku tau kau sangat mencintai putriku.. Tapi yang harus kamu sadar itu kalau kau dan dia berbeda.. Kalian tidak bisa menikah.. Kau itu seorang perempuan begitu juga Anya.. Aku tak akan mengijinkan putriku berpacaran dengan seorang wanita.." Kata Ibu Anya dengan nada marah namun tidak meneriakinya karna tak ingin orang-orang mendengarnya.

"Tante.. saya berjanji saya akan membahagiakannya lahir batin.. Saya sangat mencintainya lebih dari diri saya sendiri.. Tanpa Anya saya bukan siapa-siapa.. Tolonglah tante.. Saya gak bisa hidup tanpa Anya.."

"Iya ibu.. Ku mohon ijinkan aku untuk terus bersamanya.. aku nggak butuh yang lain ibu.. Hanya Sano.. Ku mohonn.." Anya memohon kepada ibunya.

"Ta.. tapi sayang.. dia kan wanita.."

"Aku tak peduli ibu.. Tapi yang pasti aku sangat mencintainya.. Apakah ibu tau, dialah yang telah membuat hidupku penuh warna disaat aku sudah sangat teepuruk.. Dia juga alasan aku semangat untuk kuliah.. Dan dia juga yang sudah memintaku menerima perjodohan yang tak seharusnya aku terima ini.. Dia mengorbankan semuanya agar aku bisa tersenyum tapi untuk peejodohan ini, aku takkan bisa tersenyum karna satu-satunya orang yang bisa buatku tersenyum adalah Sano bukan orang lain. Kumohon ibuuu" Anya mulai terisak.

"Tante.. Saya berjanji akan membuat Anya bahagia.. bahkan saya berjanji akan membuat masa depannya cerah.. Saya akan kuliah dan bekerja dengan keras agar bisa membuat nya memiliki masa depan yang cerah.. Jadi kumohon ijinkan kami untuk bersama.." Jelas Sano.

"Ibuuu aku mohhoon.. Ayahhh tolonglahhh.." Anya terisak didepan ibu dan ayahnya bahkan orang-orang yang ada disana.

"Hahh.. Baiklah ibu setuju.." ibunya menghela nafas tanda ia kalah dengan keinginan anak semata wayangnya.

"Ayah akan lakukan segala yang kau mau.. Asalkan kau bahagia putriku.. Ayah tak ingin hanya karna kebodohan Ayah dan ibu, Kami akan kehilangan anak semata wayang kami" Anya memeluk Ayah dan Ibunya.

"Aku cinta kalian.." Setelah mengatakan hal itu, Sano dan Anya berjalan keluar dari gereja.

Beberapa minggu kemudian dikampus Anya ia melihat mahasiswa baru yang begitu tampan. Dia tersenyum pada gadis itu.

"Jadi kau serius ternyata pindah kesini ya?? Hahaha aku pikir itu hanya candaanmu"

"Aku tak pernah bercanda tuan putriku"

Sano merangkul leher Anya kemudian membisikkan sesuatu.

"Ayok kita menikah" perkataan itu sukses membuat orang disampingnya memerah. Dan mungkin wajahnya kini sudah semerah tomat.

End


Hello readers.. Maaf ya kalo endingnya gaje.. Dan thank you karna udah support cerita ini dan bahkan membacanya dari awal cerita sampai pada cerita terakhirnya..
Love you guys^^

She's My LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang