"Dasar banci!" Darren berteriak sambil menoyor kepala anak kelas satu.
Udah menjadi tradisi yang sifatnya turun-temurun kalau anak kelas tiga mendoktrinasi para adik kelasnya. Biasanya hal seperti itu dilakukan ketika pulang sekolah di saat udah sepi. Seperti hari ini. Ngak sedikit anak kelas satu yang kepergok belum pulang sama anak kelas tiga dipaksa mengikuti doktrinasi mereka.
"Saya takut, Bang.." ucap anak kelas satu itu gemetaran.
"Huahuahuah.... Takut?" Derren meremehkan.
"Hei... Lho itu COWOK ATAU CEWEK SIH!"teriaknya tepat di depan wajah anak itu disertai bonus hujan yang keluar dari mulutnya.
Ngak lama kemudian Arirham memasuki ruangan. Kalau Arirham udah masuk, biasanya anak-anak kelas satu ngak ada berani liat. Mereka pasti pada nunduk.
"Ngapain nih anak?"tanya Arirham ketika melihat si anak kelas satu sedang dimarah-marahi Derren.
"Biasa, banci" jawab Derren dengan wajah tengilnya. Mirip Fatso, pamannya Casper si hantu.
Arirham mendekati wajah anak kelas satu yang sejak tadi gemetaran itu. "Kenapa?" Ngak mau ikut tawuran? Takut? Hah? TAKUT?" anak kelas satu itu semakin gemetar. Arirham memegang dagu anak itu dengan tangan kirinya.
"Ngak solider banget lho. Elo mau diem aja ngeliat temen lo digebukin anak sekolah lain? Hah? Seneng lo? SENENG NGAK?"
"Ng...ng...ngggak...ngak,Bang, ngak!" jawab anak iti terbata. Ngak jauh beda sama anak balita yang lagi belajar ngomong.
Arirham melepaskan tangannya dan berkata pada teman-temanya. "Kerjain aja!"
Tanpa basa-basi teman Arirham langsung mengeroyok anak kelas satu itu dan memberinya pelajaran.
Arirham berjalan mendekati pintu kelas dan berdiri di sana sambil bersandar di pintu. Ia menatap ke luar kelas, seperti tidak memedulikan apa yang dilakukan teman-temannya terhadap anak kelas satu itu. Tiba-tiba matanya tertuju pada anak-anak cheerleader yang sedang berlatih.
"Weissstt.... Tasya maann!" Arirham langsung mumpeng ketika melihat Tasya sedang berlatih cheerleader. Cowok-cowok emang paling betah ngelihat anak-anak cheerleader sedang berlatih.
"Gila tuh cewek.... cantik benar!"
Axel dan Junet tiba-tiba menghentikan keasyikan mereka mengerjai anak kelas satu dan ikut-ikutan ngeliatin cewek-cewek cheerleader. Yah....namanya juga cowok.
"Eh, Arirham, mata lho tuh! Ngak bisa ngelihat cewek nganggur dikit, ya?" Junet kaget melihat Arirham yang segitu takjubnya ngeliatin Tasya. Lagian tampan Arirham udah kayak ngeliat es krim di tengah padang pasir.
Tapi Arirham kayaknya ngak connect sama pertanyaan Junet. Soalnya Arirham lagi terkagum-kagum sama cewek cheerleader itu.
"Woi! Lho denger ngak sih?" Junet menetuk kepala Arirham.
"Kalo Derren sampe tau, bisa gawat lho!"ucapnya setengah berbisik.
"Santai, Darren itu ngak peduli sama Jennie. Buktinya selama ini dia fine-fine aja gue dekatin cewek lain"
"Berarti elo itu mainin Jennie dong?" nada suara Junet seperti ngak terima.
"Bukannya mainin, jelas-jelas Jennie nya sendiri yang mau kayak gitu. Buat gue, Jennie itu ibarat rezeki. Nah, kalo Tasya ibarat surga."
"Waaa... kacau lhu! Surga sih surga. Tapi masa anak orang setiap hari dipelotin mulu" Axel hanya menggeleng. "Untung aja cantiknya Tasya ngak luntur gara-gara elo pelototin mulu!"
Arirham tersenyum. "Buat gue, kalau gue punya cewek, paling lama tuh bertahan ngak sampai dua minggu. Habis itu cari lagi yang baru."
"Dasar lho Arirham!. Semua cewek cakep lo sikat. Stanie, Meisye, Ayu, Putri, Glory, sekarang sepupunya Derren elo embat juga. Kok elo ngak kapok-kapoknya sih, mainin perasaan orang? Kena karma elo baru tau rasanya."Axel mengeluh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate
Teen FictionInilah kisahnya 2 orang yang saling bertolak belakang di pertemukan karena Takdir. Sepanjang hari, sepanjang waktu mereka di takdirkan untuk saling mengenal satu sama lain. Walaupun pada akhirnya Takdir tidak memihak kepada mereka. Klise: SweetFairty