14

30 10 1
                                    

Luna melangkah kan kakinya sangat cepat, hari ini adalah hari dimana dia mendapatkan pengakuaan cintanya oleh dua orang cowok.

Tembok sebagai perisai yang menjadi pertahanan Luna selama sembilan tahun ini akhirnya runtuh. Sebenarnya hanya Darren yang menembak Luna, tapi secara tersirat Luna juga ditembak oleh Arirham.

Luna segera menuju ke gerbang sekolah agar tidak melihat orang yang bernama Arirham itu. Dengan langkah cepat Luna menuju ke halte bus.

Lain hanya Luna, Arirham yang masih berada di kelasnya itu sedang tersenyum nggak jelas. Hatinya sangatlah berbunga-bunga melihat orang yang dia sukai menjadi salting saat dia menembaknya walaupun secara tersirat sih.

"Hei!" suara itu memecahkan Arirham yang masih sedang berbunga-bunga. Arirham tampak kesal. Karena dia masih mau memikirkan Luna yang salting saat itu.....

"Apaan sih Axel?" tanya Arirham past tau Axel lah yang memanggil namanya..

"Sebenarnya elo itu dengan Darrren kenapa sih? Sampai-sampai kalian memperebutkan satu cewek yang tidak ada istemewanya?"

"Hei!" Arirham memukul mejanya, mendengar ucapan Axel, Arirham nggak bisa terima begitu saja. Dia bilang apa? Luna tidak ada istimewanya. Batin Arirham.

"Axel, lo itu nggak tau Luna itu seperti apa? Apa maksud elo bilang Luna nggak ada istimewanya? Jelas-jelas dia sangat istimewa bagi gue!" Bentak Arirham yang langsung mengeloyor pergi. Axel hanya menggeleng-geleng kan kepalanya.

Sekitar 30 menit akhirnya Luna sampai di pagar rumahnya. Ia langsung masuk ke halaman rumahnya dan mendapati sebuah kotak. Luna langsung mengambil kotak itu, lalu masuk ke rumahnya dan menuju ke kamarnya.

Sesampainya di kamar Luna, dia membuka kotak itu dan lagi-lagi mendapatkan sebuah novel. Novel yang bergenre Teen Fiction itu, membuat Luna mengingat-ingat saat dia pergi ke toko buku bersama Fariz.

Luna mengacak-acak kotak itu, siapa tau ada surat pengirim dan hasilnya dia mendapatkan surat kecil itu. Namun lagi-lagi surat itu hanya menunjukkan Untuk Luna. Dia hanya bisa menghela nafas yang berat.

Kenapa hari ini terasa berat bagi Luna, dia ditembak oleh dua orang sekaligus, dan lagi-lagi ada yang kirimin sebuah kotak yang hanya menuliskan Untuk Luna. Hidupnya penuh dengan teka-teki.

Luna kali ini sangat lah bingung, dia membaringkan tubuhnya ke kasur empuk itu. Tiba-tiba ponselnya bergetar menandakan seseorang sedang menelfon.

Luna mencari ponsel kecilnya itu dan mendapati ponsel itu didalam tas sekolahnya. Terlihat jelas di layar ponsel itu bahwa yang menelfon adalah Arirham.

Luna bingung, mau angkat tapi dia masih malu dengan kejadian itu. Tapi kalau dia tidak angkat dia pasti penasaran apa yang mau dibicarakan Arirham. Dan jadilah Luna memencet tombol merah.

"Aakkkhhhh" jerit Luna sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.

Lagi-lagi ponselnya berbunyi dan mendapati Arirham yang masih mencoba menelfonnya. Dengan kesal Luna mengangkat telefon dari Arirham.

Luna: Halo, apa?

Arirham: loh, kenapa elo marah sih. Atau jangan-jangan elo masih mikirin kejadiaan itu ya...

Luna: yaa...nggak lah. Mau ngapain nelfon gue?

Arirham: sebentar malam, gue datang ke rumah elo ya..

Luna: mau ngapain?

Arirham: gue mau ajakin elo ke suatu tempat. Hmm boleh kan? Elo nggak punya jadwal malam ini kan?

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang